3 rasa - part 8

3.7K 296 2
                                    

#Nina#

Ku putar kunci lokerku dan membukanya. Hari ini aku shift pagi, sudah waktunya pulang sekarang. Ku ambil tas dan segera beranjak ke kamar mandi khusus karyawan untuk berganti baju. Kebiasaan ku selama bekerja disini, berangkat menggunakan baju kerja yang diberikan oleh pihak hotel dan pulang dengan baju lain yang memang sengaja ku bawa. Jadi aku masih bisa main sana-sini tanpa harus pulang ke kost hanya untuk berganti pakaian. Walau jarak kost ku tidak jauh dan bisa ditempuh hanya dengan berjalan kaki, tetap saja aku malas untuk keluar lagi kalau sudah sampai kost.

Seusai berganti baju, ku sempatkan mengecek ponsel sambil berpikir akan kemana aku hari ini. Biasanya kalau dapat shift pagi, aku akan keluyuran hingga malam sepulang kerja karena malas menghabiskan waktu hanya di kost. Sedangkan kalau dapat shift siang, aku akan menghabiskan waktu pagiku untuk tidur.

That's my beautiful life.

Dan saat ku cek WhatsApp messenger ku, seketika senyumku mengembang melihat salah satu nama yang chatnya belum terbaca karena memang selama bekerja aku tidak diperbolehkan bermain ponsel.

Ibrahim: motorku kamu digadaikan? Give it back!

Aku mendengus geli membaca pesan itu. Kesal sih melihat isinya tapi tidak ku pungkiri aku senang luar biasa karena dia menghubungiku lebih dulu. Sudah dua hari ini motor Baim ku pinjam dan aku memang sengaja tidak mengembalikannya hingga dia yang menagih. Dan baru dua hari, dia sudah menagihnya.

Ku ketik balasan untuk Baim dengan cepat. Chat darinya sudah dikirim sejak satu jam yang lalu. Boleh kan aku berharap dia menunggu balasanku?

Nina: kangen motor atau kangen aku? 😝

Tidak butuh waktu lama pesan balasanku dibaca tapi hingga sepuluh menit berikutnya tidak ada tanda-tanda dia akan membalas chat ku. It's ok, biar ku datangi saja dia. Lagipula aku juga kangen.

Aku keluar dapur dengan langkah semangat, menyapa setiap karyawan yang berpapasan denganku. Bukannya sok kenal, tapi aku memang mengenal hampir semua karyawan di hotel ini. Setiap bulan ada acara kumpul khusus karyawan hotel dari yang jabatan paling tinggi hingga yang paling bawah, dengan mengadakan arisan. Yang mendapat arisan wajib menjamu karyawan-karyawan lainnya tapi bukan jenis jamuan berlebihan hingga uang hasil perolehan arisan habis, cukup jamuan sewajarnya yang penting kumpul-kumpul.

"Pulang, Nin?" sapa Irfan, supervisor food and beverage, cowok yang sudah satu bulan belakangan ini dekat denganku.

"Yoi. Kamu?" tanyaku balik dengan senyum sumringah yang tidak bisa ku tahan. Pasti dia berpikir aku tersenyum senang karena bertemu dengannya karena dia ikut tersenyum lebar.

Dia menggeleng. "Shift siang." senyum lebarnya berubah menjadi senyuman masam. "Ngga bisa kencan deh sama kamu." godanya terang-terangan. Aku tahu dia tertarik padaku.

"Ngga apa-apa, sekarang waktunya aku kencan sama yang lain." balasku dengan seringai lebar.

"Heh, jangan macem-macem ya." tegurnya dengan mata melotot pura-pura marah.

Aku terkekeh melihat reaksinya. Aku selalu senang tiap kali berhasil membuat cowok berada dalam kendali ku, bertekuk lutut padaku. Dan si Irfan ini bisa dalam kendaliku hanya dalam sekali jentikan jari kalau aku mau. Tapi untuk saat ini aku lebih memilih untuk menarik ulurnya saja dulu karena targetku yang sesungguhnya adalah Baim. Di saat bosan dengan sikap sok jual mahal Baim, aku masih bisa bersenang-senang dengan Irfan. Sah-sah saja kan?

"Ngga macem-macem. Kan aku cuma satu macam." ku kedipkan sebelah mataku, menggodanya.

Dia tertawa kecil. "Mau kemana memangnya?" dia terlihat penasaran.

3 RASATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang