3 rasa - part 14

2.8K 255 6
                                    

#Baim#

Aku melewati pagar rumah sambil membawa sajadah di tanganku. Ku lihat Marko sudah duduk di teras, mobilnya juga terparkir lebih ke dalam dibandingkan tadi. Padahal waktu aku berangkat ke masjid, dia masih tidur di mobil dengan posisi mobil terparkir tidak jauh dari pagar.

"Anjir, ternyata aslinya lebih cantik." Marko menyambut kedatanganku dengan kata-kata yang tidak ku pahami maksudnya.

"Siapa?" aku mengerutkan dahi.

"Cewek yang di hape kau itu." jawabnya antusias.

"Kapan ketemu?"

"Tadi waktu aku lagi tidur di mobil, tiba-tiba ada yang ngetuk jendela mobil. Waktu aku bangun, ku pikir sedang mimpi. Lha begitu melek langsung disuguhi pemandangan indah." dia nyengir lebar. "Begitu kubuka jendela, eh malah disuruh minggirin mobil. Katanya dia mau lewat tapi tak bisa."

Sontak aku ngakak begitu mendengar ceritanya.

"Sialan kau, Im. Puas-puasin lah kau ketawa."

"Hahaha. Terus?" aku tidak bisa menahan tawaku. Marko ini mantan playboy yang langsung turn on ke-playboy-annya begitu melihat cewek cantik. Pasti dia merasa harga dirinya sebagai mantan player langsung jatuh karena ada perempuan yang menyapanya hanya untuk memindahkan mobil. Karena kuakui dia punya wajah tampan tapi sepertinya tidak cukup mempan untuk mempesonakan seorang Sybil.

"Ya sudah, kupindah mobilnya. Begitu aku turun, dia cuma mengucapkan terimakasih dari atas motor dan langsung pergi." lanjutnya dengan menggebu-gebu.

"Siapa cewek itu sebenarnya?" ekspresi wajahnya terlihat penasaran.

"Ayo masuk, makan." ajakku masih dengan sisa-sisa tawa geliku setelah mendengar cerita Marko.

"Jawab dulu, siapa?" tahannya sebelum aku masuk ke rumah.

"Bidan pendamping Intan."

"Bisa-bisanya kau bilang liat dia dari mata melek di pagi hari sampai mau merem di malam hari? Ku pikir kau sudah menikah lagi." gerutunya.

Aku berdecak. "Dia nginap disini. Jadi betul kan kalo aku bilang sudah ketemu dia waktu pagi dan masih ketemu dia sebelum tidur." kilahku.

"Bah, dan cewek secantik itu malah kau anggurin. Goblok itu namanya." Marko berjalan mengikutiku masuk rumah. Aku tidak lagi memperpanjang pembahasan tentang Sybil dan langsung mengajaknya ke ruang makan.

"Apa kabar Marko?" sapa Mama begitu kami sudah duduk di kursi makan. Bahkan piring Marko sudah penuh terisi nasi kuning beserta lauknya.

"Baik. Tante apa kabar? Oh iya selamat untuk kelahiran cucu pertamanya." sapa Marko balik, lengkap dengan senyuman menawannya yang ku yakin adalah senyuman andalannya untuk menaklukkan perempuan.

"Baik juga. Makasi, Ko. Ayo silahkan makan." Mama mempersilakan, Marko mengangguk kemudian mulai makan.

"Oh ya Im, besok Mama balik ke Kalimantan. Tolong kamu pesankan travel buat ke bandara ya." pinta Mama padaku.

"Biar Baim yang antar." tawarku.

"Ndak usah, kasian kamu capek bolak balik. Biar Mama naik travel aja." tolak Mama.

"Ngga, Ma. Biar Baim aja yang antar."

"Ya sudah." akhirnya Mama mengalah. "Makan yang banyak, Ko. Jangan sungkan." Mama beralih pada Marko lagi.

"Siap, Tante. Makanannya enak banget." Marko mengacungkan jempolnya sambil tersenyum.

"Iya, Sybil yang masak. Tante tinggal ya." Mama beranjak dari ruang makan setelah Marko mengiyakan.

3 RASATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang