#Baim#
Aku mengernyit ketika merasakan sesuatu menempel di dahiku. Ku buka mata perlahan dan yang pertama ku lihat bukan atap kamar melainkan wajah Sybil lengkap dengan senyumannya.
"Gimana? Mendingan?" tanyanya yang ku jawab dengan anggukan pelan.
"Tidur aja dulu, Im." tahannya ketika aku akan bangun.
"Aku haus." aku duduk di tepi tempat tidur, memastikan pusingku sudah benar-benar hilang.
"Biar aku yang ambil." tawarnya lalu mengambil gelas dan mengisinya dengan air dari dispenser yang tersedia di kamarku.
"Makasi. Maaf ya jadi buat kamu repot." aku menerima gelas yang dia sodorkan.
"Ngga apa-apa, ngga repot kok." ujarnya tulus. "Ini aku bawa makanan. Makan aja dulu mumpung masih hangat."
Dia mengeluarkan kotak makan dari papper bag yang dia bawa lalu menyerahkan kepadaku. Begitu ku buka, aroma kaldu kikil kambing langsung tercium. Aku mulai makan, sementara Sybil menyeret satu-satunya kursi yang berada di kamar ku ke dekat pintu kamar yang terbuka lalu duduk disana.
"Ini buat sendiri?" tanyaku disela makan.
Dia mengangguk. "Umma yang buat."
"Umma? Bukan ummi?"
Dia tersenyum. "Sama aja."
"Oh. Enak banget. Kamu bisa masak?"
Aku tidak bohong untuk rasa kaldunya memang enak. Untung aku suka kambing, jadi makanan ini bisa ku santap habis. Mungkin melihat caraku makan Sybil berpikir aku sedang kelaparan.
"Bisa tapi ngga sejago umma." jawaban Sybil berhasil membuat gerakan tanganku yang memegang sendok berhenti. Tadinya akan masuk mulut tapi tidak jadi.
Aku mengalihkan pandanganku dari kotak makan ditanganku pada Sybil. "Apa menu andalan kamu?" pertanyaan itu meluncur begitu saja.
Geez. Jangan bilang kalau nasi goreng. Aku seperti mengalami de javu saat ini. Beberapa tahun yang lalu aku bertanya pada Sofia apakah dia bisa masak dan jawaban Sofia sama persis seperti jawaban yang diberikan oleh Sybil. Bedanya Fia memanggil ibu sedang Sybil memanggil umma. Dan ketika aku bertanya apa menu andalan Sofia, jawabnya nasi goreng.
"Hmm, apa ya." dia terlihat berpikir. "Ngga ada menu andalan sih. Tapi yang paling sering aku masak, nasi goreng." jawabnya santai. Sementara aku sudah kehilangan nafsu makan.
"Kenapa? Kok ngeliatin aku aneh gitu?" dia terlihat tidak nyaman karena aku terus memandanginya.
Aku menggeleng lalu tersenyum kecut. "Ngga apa-apa. Cuma dulu aku pernah tanya ke seseorang, dia bisa masak atau ngga dan jawabannya persis seperti jawaban kamu. Dia juga suka masak nasi goreng." ku suarakan apa yang ada di dalam pikiran ku.
"Mantan kamu ya?" tanyanya yang ku yakin keluar begitu saja tanpa dia pikir dulu.
Aku hanya tersenyum masam.
"Kalo masih suka, kenapa ngga balikan aja?" kali ini pertanyaan Sybil membuatku sedikit kaget. Kalau yang di depanku saat ini adalah Nina, aku tidak akan heran dengan pertanyaan yang diajukan. Tapi ini Sybil, sama sekali bukan tipe orang ceplas-ceplos tanpa pikir seperti Nina sebelum bicara.
"Eh, maaf aku ngga bermaksud." ralatnya.
Aku tersenyum tipis. "Ngga apa-apa. Dia sudah nikah." jawabku tanpa melihat Sybil.
"Sorry, aku ngga tau." dia terlihat tidak enak dengan apa yang sudah dia ucapkan.
"Santai aja." kali ini aku tersenyum agak lebar agar dia berhenti merasa tidak enak.
KAMU SEDANG MEMBACA
3 RASA
RomanceIbrahim Hakam, pria yang harus rela menjadi duda bahkan di usianya yang belum genap memasuki kepala tiga, belum bisa melupakan mantan istrinya yang sudah menikah lagi dengan sahabatnya sendiri. Kini harus kembali berhadapan dengan perjodohan yang ti...