STILL BLUE

37.2K 2.3K 50
                                    


Ada beberapa penyesalan yang telah Sam rasakan hingga saat ini.

1. Tak pernah mengijinkan dirinya untuk bercerita panjang lebar pada Lilly dan akhirnya kini harus puas menuangkannya pada Lilly berbentuk buku harian.

2. Karena menjadi alasan ibu dan ayah berpisah.

3. Tak punya keberanian untuk menemui Arav pada pagi itu.

Mungkin itu kenapa sejak itu Arav tak pernah sama sekali menyapa Sam, bahkan ketika mereka kini memiliki loker yang saling bersebelahan. Atau mungkin dia telah lupa jika pernah mengenal Sam dari pertemuan renang pagi mereka itu. Yang jelas, pertanyaan 'apa yang terjadi jika Sam tak meninggalkan Arav menunggu hingga bel masuk berbunyi?' selalu menghantui benaknya. Dan itu kenapa Sam hingga saat ini tak pernah berhenti memberikan sedikit perhatiannya pada Arav walaupun itu hanya memastikan cowok itu telah menutup loker dengan benar.

Sam menepuk pipinya cukup keras berusaha untuk menghilangkan pikirannya tentang Arav yang  entah kenapa tiba-tiba muncul. Setelah menyemprotkan sun screen ke seluruh tubuhnya, Sam keluar dari kamarnya. Masih pukul enam pagi tapi Sam sudah tampak rapi mengenakan seragam serta membawa dua tas. Satunya ransel kecil yang biasanya dibawa, satu lagi tote bag yang berisi alat mandi dan handuk untuk bilas. Ayah yang melihat pemandangan anak perempuannya mengambil apel segar dari keranjang buah lalu menggigitnya sambil memakai sepatu tak terlalu heran.

Samara Harmandir memang sudah seharusnya tumbuh menjadi anak perempuan yang sangat disiplin dan rajin, seperti yang telah direncanakan ayahnya. Sejak kecil Sam hidup dengan jadwal teratur yang telah dibuat begitu presisi. Bangun pukul lima, memanfaatkan otak yang masih segar dengan belajar selama tiga puluh menit, setengah tujuh waktu sarapan, sudah harus sampai di rumah jam tujuh malam, waktu tidur paling lambat jam dua belas, begitu seterusnya. Dan sejak masuk SMA, ayah mengijinkan Sam untuk magang di perusahaan. Dengan semua kesibukan itu Sam tak pernah mengecewakan ayahnya soal nilai. Ia selalu memastikan nilainya sempurna. Makanya, jika kebanyakan orang tua selalu pusing dengan polah tingkah anak remajanya, ayah Sam tak pernah merasakannya.

"Kamu pagi sekali ke sekolah?" Ayah meletakkan tabletnya kemudian berjalan ke arah Sam yang sudah siap pergi.

"Sam mau berenang sebelum kelas."

"Nggak bisa tidur?"

Sam hanya tersenyum kecil menjawab pertanyaan dari ayah itu kemudian mengalihkan pembicaraan dengan berpamitan, "Sam pergi sekolah dulu, Yah."

Tapi tak seperti biasanya, ayah masih tetap membuka percakapan diantara mereka. Basa-basi pula. "Disini kan ada kolam renang, kok harus ke sekolah?"

"Biar Sam nggak khawatir telat sekolah kalau nanti keenakan renang."

"Ibumu khawatir karena sekarang kamu nggak punya teman dekat lagi di sekolah."

Akhirnya Sam tahu kenapa ayah banyak bicara pagi ini. Tak biasanya ia ditanya kenapa ke sekolah sepagi ini—ayah selalu percaya apapun yang Sam lakukan tak akan merugikan dirinya ataupun Sam sendiri. Pasti ibu sudah cerita semuanya tentang Lilly ke ayah. 

"Nggak ada yang perlu dikhawatirkan, Yah. Lilly ada atau nggak aku pastikan nilai tidak ada yang turun." Kata Sam menenangkan ayahnya. Harusnya sih ayah tak perlu lagi khawatir tentang ini. Sam sudah buktikan sejak SD tak ada satupun hal yang bisa menghalanginya mendapatkan nilai sempurna.

"Kamu akhir-akhir ini nggak bisa tidur, kan? Hari ini nggak usah ke kantor dulu bantu ayah. Ayah udah minta ibu buat ajak kamu have fun. She's the best at it, you know that."

Tak seperti ayah, ibu justru selalu khawatir dengan Sam. Beliau bilang Sam perlu sedikit santai, masa muda hanya sekali, pokoknya bicara tentang hal-hal seperti itu, lah. Ibu malah mendorong Sam untuk sesekali pulang malam karena keasyikan have fun bukannya keasyikan belajar. Lilly sering kali didorong ibu untuk mengajaknya ke salah satu party, makanya Lilly melabel ibu dengan 'cool mom'. Dan kalau melihat bagaimana mereka begitu dekat dan klop banget kalau udah nyindir Sam sebagai robot, orang lain sepertinya malah nggak percaya kalau ibu itu ibunya Sam.

Bagaimana ibu khawatir dengan hidup teratur Sam dan ayah yang begitu bangga pada Sam yang selalu disiplin dan mendapat nilai sempurna tadinya tak terlalu mengganggu buat Sam. Sampai akhirnya perbedaan cara pandang tentang Sam ternyata adalah alasan mereka untuk berpisah.

***

Sudah empat minggu lebih pesawat Lilly tidak ditemukan. Harapan Sam bahwa Lilly menjadi salah satu korban selamat atau ternyata cewek itu naik pesawat lain—walaupun di televisi sudah disebarkan nama penumpang pesawat naas itu dan nama Lilly-Rose Tejeda beserta kakak sulungnya, Marion ada dalam daftar—kini makin kecil. Pikiran itu, pertemuannya dengan Arav di kolam renang yang masih juga menghantui walaupun sudah terjadi bertahun-tahun lalu, dan munculnya Kai yang tiba-tiba beserta ancamannya membuat malam Sam terasa panjang. Makanya hari ini dia memutuskan untuk berenang sebelum kelas dimulai. Selain karena ingin merasa segar dengan sedikit berolahraga, ia juga ingin bisa mengambil tindakan dan berusaha mengontrol keadaan jika benar hari ini cowok sialan bernama Kai itu akan menyebarkan berita tentang perasaannya ke Arav.

Setelah supirnya memberhentikan mobil tepat di pintu masuk sekolah, Sam turun dan segera berjalan berlawanan arah. Pagi itu tak terlalu dingin, mungkin karena sedikit mendung jadi udara malah terasa lembab. Semilir angin membuat rambut Sam yang tergerai sedikit berantakan, sambil membenarkan rambutnya, ia melangkah masuk ke kolam renang indoor sekolah.

Aroma air kolam menyergapnya, dan mata Sam otomatis membesar ketika melihat jika pagi ini kolam renang tak sepenuhnya kosong. Seseorang sedang mengayuh tangannya melintasi kolam renang. Beberapa detik kemudian, Sam mendapati jika kini mereka sedang saling tatap selama..

Satu.

Dua.

Tak peduli pada fakta bahwa Sam sudah berusaha menyapa dengan senyum samar, Arav kembali melanjutkan berenangnya. Sam melangkah ragu menghampiri loker, meletakkan semua barangnya kemudian menghilang dibalik bilik ganti dengan keinginan untuk segera keluar dan menghabiskan sisa pagi sebelum bel berbunyi dengan membaca buku di perpustakaan.

___________

Hai, readers!

Thank you udah baca part 'Still Blue' ini ya. Jangan lupa untuk kasih vote dan comment-nya, ya! Semoga part ini bikin kalian penasaran dengan cerita yang aku bakal upload Selasa depan. *wink*

After You've Gone [Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang