FREE FRIDAY | Part 2

36.2K 2.2K 52
                                    


Dear, Lilly

Remember the first Free Friday in high school when you dressed up in that pink Miu Miu dress just because you wanna look all pretty for one person-a boy you liked to be exact? What was I called you back then? Shallow.

Well, guess what? Today I'm the shallow one.

Sambil diam-diam mengunyah snack bar di bilik perpustakaan, Sam terus menulis buku harian. Istirahat makan siang ini ia manfaatkan untuk curhat dengan Lilly. Suasana tenang ini lebih Sam pilih daripada harus makan di kafetaria dan bertemu dengan Kai yang pagi tadi sudah mengancam akan menemaninya makan siang. Sembari mengunyah makan siangnya itu, Sam menulis tentang bagaimana pagi sebelumnya ia memberanikan diri untuk berenang bersama Arav dan akhirnya menyapa cowok yang disukainya itu dengan kata sesederhana, "morning."

Menulis bagaimana momen pagi itu bisa membuat perubahan pada penampilannya di Free Friday kali ini, ia juga jadi ingat momen ketika Lilly muncul dengan dress berwarna pink lembut berpotongan feminin serta sepatu tinggi itu. Seperti halnya Sam, saat SMP Lilly menganggap tradisi Free Friday sekolah sangat tidak penting. "Gue mengerti kalau mayoritas anak Byron itu dompetnya tebal, tapi nggak perlu show off juga dengan pakai pakaian mahal begitu, kan? Lagian memangnya nyaman ikut kelas dengan baju aneh-aneh begitu?"

Tapi ternyata, kalimat yang diucapkan Lilly tadi dibantah sendiri olehnya ketika dengan malu-malu dia mengakui jika, "waktu SMP kan gue naif, Sam. Sekarang gue sadar jika Free Friday adalah hari dimana lo nunjukin kepribadian lo dengan pilihan pakaian."

"Atau lo cuma kepingin dapat perhatian Bill aja," kata Sam menyebut cowok yang disukai temannya itu santai sambil menyuap nasi putih dan ayam bakar yang menjadi menu makan siang hari itu.

"Sst!" Katanya sambil mengisyaratkan Sam untuk menurunkan volume suara dengan tangan. "Dapat perhatian Bill itu alasan kedua, Sam."

"How shallow."

Lilly mencibir mendengar pendapat Sam yang sinis itu. "Setidaknya gue mau berkorban untuk menjadi dangkal demi dapet perhatian cowok yang gue suka. Sedangkan lo?"

"Gue nggak lagi ada suka sama cowok."

"Oh, please! Arav memangnya bukan termasuk cowok?"

"I don't like him that much."

"Kenapa sih lo sukanya memendam semuanya sendiri? Gue yakin lo tuh punya cerita tentang Arav dan cerita-cerita lainnya yang gue nggak tahu."

"Udah deh, Lil, nggak perlu menebak-nebak begitu."

"Ya gimana nggak nebak-nebak guenya kalau lo nggak mau cerita?" Lalu ia menyingkirkan tray makan siang, memajukan duduknya untuk lebih mendekat pada Sam dan akhirnya berbicara, "lo ingat nggak gue pernah wawancara anak klub renang waktu mereka mau perlombaan nasional itu? Nah, waktu giliran Arav, anak-anak renang ribut nyindir-nyindir dia."

"Nyindir apa?" Sam tak bisa menyembunyikan keingintahuannya dengan memberikan nada sedikit tinggi pada pertanyaannya itu.

"Pengen tahu ya lo?" Jari telunjuk Lilly menoyor bahu Sam, wajahnya menampakkan ekspresi menggoda. Dengan malas, Sam menepis jari itu lalu dengan serius mendengarkan penjelasan Lilly. "Intinya mereka bilang nggak kebalik tuh gue yang wawancara Arav? Padahal dia yang kepingin tahu info-info tentang sahabat gue."

"Sahabat lo?"

"Elo Samara! Siapa lagi?"

"Lo kan punya banyak teman dekat, jangan ambil kesimpulan begitu."

After You've Gone [Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang