APOLOGETIC

27.2K 1.4K 127
                                    

Saat Sam menutup pintu loker, telah selesai mengambil buku yang akan digunakannya di kelas pagi ini ia cukup kaget karena Arav sudah berdiri menghadap ke arahnya. Mengingat semalam kelakuannya begitu Sam memutuskan untuk tak memberikan senyum ramah pada cowok itu.

Suka sih suka, deg-degan juga masih, tapi semalam itu ada major turn-off yang bikin Sam rada malas berurusan dengan Arav dan segala hal berbau perasaannya pada cowok itu. Jadi, dengan seulas senyum samar dan 'hei' yang hampir tak terdengar Sam mengunci lokernya dan hendak berjalan ke arah kelas paginya.

"Sorry."
Kata itu yang berhasil membuat Sam tak jadi berbalik. Kalimat setelah itu juga akhirnya membuat Sam bisa sedikit lega dan tak lagi kesal pada kejadian semalam. "Aku minta maaf soal semalam. I ruined our first date and I'm sorry."

"Aku nggak tahu kalau Kai bakal muncul malem itu," jelas Sam.

"I know."

Suara bel masuk terdengar ememcah kesunyian diantara mereka. Arav akhirnya membuka suara dan mengajak Sam untuk makan malam kembali sebagai ganti dari acara semalam yang tak berjalan lancar.

"Okay," jawab Sam pendek. Ia tak terlalu ingin Arav tahu jika ada sorak kegirangan dalam dirinya mendengar ajakan itu kembali dilontarkan.

"Oh iya, Sam."

"Hm?"

"I like you." Suara Arav ketika mengatakannya terdengar serius dan dari tampanganya juga tak terlihat main-main. Sam bisa merasan jantungnya kembali berdebar tak beraturan apalagi ketika Arav mau selangkah lebih dekat, tersenyum, dan melengkapi kalimat manis tadi dengan, "It's too soon, I know. but I like you since we were in Junior high. Kamu nggak perlu jawab karena ini bukan permintaan. Aku cuma pengen kamu tahu kalau ajakan makan malam ini aku lakuin bukan tanpa alasan."

"I like you too."

Setelah memendam selama ini, kayaknya nggak perlu lagi Sam tahan perasaanya. Arav sudah mengungkapkan, apa salahnya untuk membeti tahu jika perasaan Arav itu nggak bertepuk sebelah tangan?

***

"Gimana date-nya semalem?"

Sam hanya melirik ke ara Kai yang seperti biasa menjajari langkah Sam ke arah kelas terakhir tanpa permisi dan melontarkan kalimat-kalimat asal.

"Good."

"Really? Padahal semalam kayaknya mukanya Arav udah nggak mood."

Karena sudah tak tahan dengan Kai yang terus-terusan mengurusi dan merepotkan hidupnya akhirnya dengan sedikit kasar Sam menarik Kai ke arah ruang musik yang kebetulan kosong siang itu.

"Woohoo, what you gonna do to me, Samara?" Katanya terdengar menggoda dan tentu saja menyebalkan. Kapan sih Kai nggak bikin sebal?

"Do you like me?"

"What?"

"You heard me."

"Well, isn't it obvious?"

Cowok ini benar-benar nggak ada duanya. Ditantang begitu malah balik nantang. "Oke, gue hanya ingin informasikan kalau gue dan Arav, we like each other. He confirmed this morning by actually saying that to me."

"Congratulations!"

"So you can stop following me around and act like we've known each other for a long time."

Dan Kai malah tertawa.

"I like you as a friend, Samara."

"I don't need a friend."

"But I do." Setelah itu Kai mengeluarkan aura intimidatif yang dimiliknya itu. Namun jelas Sam tak ingin terlihat jika tatapan cowok yang kini ujung sepatunya hampir menyentuh ujung flat shoes yang dikenakan Sam, sedikit membuatnya merasa terintimidasi.

"Gue butuh teman ketika pesawat hilang itu ketemu. Dan gue yakin lo juga."

"Masih ada posibilitas kalau pesawat itu ketemu dan semua penumpangnya selamat."

"Kita semua tahu kalau itu cuma angan-angan menyedihkan, Sam. So, see you later and good luck with Arav!"

Perginya Kai diiringi dengan perasaan sesak yang datang menyusup dalam diri Sam. Apa yang dikatakan Kai benar, posibilitas jika Lilly dan penumpang pesawat itu selamat kini makin kecil. Bisa dibilang tak ada malah.

Sam duduk di salah satu kursi, tak mengindahkan suara bel dan koridor yang mulai sepi karena anak-anak lain yang sudah masuk ke kelas masing-masing. Air mata pertama jatuh di pipi Sam. Awalnya ia menghapus dan bertekad tak terbawa emosi. Tapi tanpa Sam sadari kini pipinya telah basah, air mata datang bergerombol tanpa ampun membuat Sam tak punya pilihan selain duduk di ruangan itu selama jam pelajaran terakhir, menangis.

After You've Gone [Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang