"You look very pretty."
Sam mengintip dari balik pintu lokernya, memandang cowok tengil yang tak sungkan memandangnya dari ujung kepala hingga kaki sambil mengunyah permen karet. Tanpa perlu dipuji sebenarnya ia tahu hari ini penampilannya lebih cantik daripada biasanya. Yah, setidaknya itu yang sedang Sam usahakan dengan mengenakan dress berwarna orange ini. Ibu saja sampai kaget waktu Sam pinjam dress Carolina Herrera miliknya untuk ke sekolah.
Free Friday kali ini dia memang tampil agak niat. Jika biasanya Sam merayakan hari dimana anak Byron lebih mirip orang penting yang diundang ke Fashion Weeks daripada ke sekolah itu dengan kaus, cardigan, skinny jeans, sweater, atau kemeja kasual, kini ia mengikuti arus dengan tampil berbusana mahal. Sam bahkan menata rambutnya mengikuti gaya messy bun yang sedang tren. Alasannya? Sam tak mau mengaku tapi sebenarnya ada orang yang ingin dia bikin kagum, ternganga, yah semacam itu lah. Intinya hari ini dia benar-benar menerapkan isitilah 'dress to impress' pada penampilannya. Dan tentu saja Kai bukanlah orang yang ingin dia buat kagum seperti sekarangan ini.
Tapi, sejujurnya pujian dari Kai tadi-terlepas itu tulus atau hanya basa-basi-lumayan bikin Sam makin percaya diri. Seumur-umur baru sekarang dia ke sekolah dengan penampilan heboh seperti ini. Sayang, Lilly nggak bisa lihat temannya ini akhirnya mengerti pada kekuatan make up yang bisa membuat wajahnya tampak lebih segar walaupun sudah begadang karena mengerjakan laporan praktikum sains.
"Lo sebenarnya ada perlu apa sih sama gue?"
Sam menutup pintu lokernya, memandang cowok yang berpenampilan seperti rockstar lengkap dengan jaket kulit itu dengan intens. Sebenarnya sih, Sam sedang berusaha membuat si rambut ikal yang dikucir asal-asalan itu agak takut dengan Sam, tapi seperti sebelumnya, dia malah santai, penuh senyum ketika menanggapi pertanyaan tadi dengan, "nggak ada. Gue hanya penasaran dengan cewek yang selalu sendirian dan tiba-tiba pindah ke loker gue."
Oh, jadi itu masalahnya.
"Maaf kalau bikin lo harus pisah sama temen-temen lo."
"No worries, semua orang disini temen gue." Lalu ia memandang Sam dengan tatapan yang seolah berkata 'nggak kayak lo' dan melanjutkannya dengan, "yang agak memberatkan karena justru gue sekarang harus tetanggan sama si anak hilang itu."
"Lilly," tegur Sam keras. Nggak sopan sekali Kai bilang Lilly si anak hilang. Padahal mereka kan juga pernah hangout bareng. Dan nggak perlu lagi kan Sam jelaskan kalau Lilly itu macam everybody's favorite-nya anak Byron? Masa Kai nggak merasa kehilangan seperti sebagian besar anak-anak lainnya, sih?
"Ha?"
Berusaha keras untuk tak menempeleng wajah sok innocent itu Sam menjelaskan, "si anak hilang itu, namanya Lilly."
Setelah kalimat itu keluar, untung Sam tak jadi mengangkat kakinya untuk menghindari percakapan apapun dengan Kai. Karena saat ia mengalihkan pandangan, matanya menangkap si orang yang ingin dibuat kagum itu datang dengan penampilan kasualnya. Ia hanya mengenakan kaus berwarna hitam dengan skinny jeans berwarna sama, tapi di mata Sam entah kenapa Arav terlihat berkali-kali lipat lebih tampan dari biasanya.
"Hei," sapanya sambil mengedarkan senyum lebar pada Sam.
Berusaha menunjukkan senyum yang sama, Sam membalas, "hai."
Sam baru saja merasakan seluruh tubuhnya meringan akibat perasaan yang muncul dari sapaan sederhana itu, tapi sedetik kemudian suara Kai merusaknya. "Selama dua tahun jadi tetangga loker, gue kira lo kehilangan kemampuan buat nyapa orang."
Dasar cowok ini. Daripada Sam terlibat entah apapun yang sedang direncanakan Kai ketika memancing Arav yang kini hanya tersenyum dingin mendengar sindirannya yang menyebalkan, mending sekarang juga dia pergi. Tapi, baru saja beberapa langkah menjauh dari loker, bisa Sam dengar jika ada langkah buru-buru yang mengejar dari belakang.
"I smell romance in the air."
"Stop following me."
"Jadi menurut lo yang harus gue sebar adalah berita kalau lo memendam perasaan ke Arav atau kalau the duke and the duchess of ice mulai saling sapa sampai bikin pipi lo merah gitu?"
Memangnya iya pipi Sam memerah? Tangan Sam otomatis memegang pipinya dan itu membuat Kai sok-sok menyembunyikan tawa mengejeknya. Padahal dia yakin banget kalau Kai akan memastikan suara tawanya cukup keras hingga bisa terdengar oleh Sam.
Sam heran, deh. Kenapa ini cowok tiba-tiba muncul? Kalau kata Lilly dulu, Kai yang terus saja menjajari langkahnya ini lekat dengan label lone wolf. Sebelas dua belas dengan Arav yang juga tak terlalu punya banyak teman kecuali tim renang sekolah, Kai juga bukan tipikal cowok populer yang punya antek-antek seperti di film-film itu. Ia populer dan punya banyak teman, buktinya sepanjang dia berjalan mengikuti Sam ke kelas Bahasa Perancis tak henti-hentinya sapaan dialamatkan kepadanya. Tapi ya itu tadi, Kai lebih sering kemana-mana sendiri atau ikut nimbrung aja. Nggak punya geng tetap atau apa lah istilahnya. Jadi melihat dia sekarang dengan santai mengekor hingga ke pintu kelas, Sam jadi makin bertanya-tanya motif apa yang dibawa oleh si tengil menyebalkan ini?
"Heh!"
Daripada Kai nanti bikin ribut di kelas, Sam akhirnya berhenti berjalan, dan dengan penuh penekanan membalas heh tadi dengan, "gue udah bilang ancaman lo nggak berarti apa-apa buat gue. Lagian tiga hari lalu di rumah gue, lo bilang bakal nyebarin tapi sampai sekarang?"
"Wise man once said, there's a time for everything."
"A very wise woman also said, there's a coward man out there who blackmailed someone but actually will never have courage to do it. Perhaps, that's a description for the word 'loser'."
Kai tersenyum mendengar kalimat yang diucapkan sangat tenang dan tanpa ekspresi itu. Bel berbunyi membuatnya tak sempat memuji bagaimana Sam yang pelit bicara ternyata diam-diam mengasah lidahnya. Membalas ucapan tajam itu, Kai hanya berkata, "gue kepingin lebih banyak dengar deskripsi dari kamus lo. So, see you at lunch, Samara."
__________
The duke and duchess of ice finally break the ice!
Aku sangat antusias menulis part ini karena akhirnya ada interaksi lagi diantara dua orang yang cocok tinggal di north pole itu. Dan juga Kai yang semakin kesini sepertinya makin menyebalkan, LOL. Anyway, tunggu kelanjutan part ini di hari Jumat ya!
Oh iya, jangan lupa vote dan comment juga dong. Thank you!
KAMU SEDANG MEMBACA
After You've Gone [Sudah Terbit]
Teen Fiction[SUDAH TERBIT] After You've Gone "Karena kamu hidupku jadi berwarna" oleh Ardelia Karisa _______________ Jika dianalogikan, kehidupan Sam itu mirip dengan masakan barat yang berbumbu minimalis. Tapi, tidak lagi setelah satu orang paling b...