Ada beberapa kategori yang bisa membuat Sam menjatuhkan label 'pagi yang baik'. Bangun kesiangan, tak sempat sarapan, lupa membawa smartphone, dan terjebak macet jelas tidak masuk dalam list tersebut. Ini gara-gara semalam Sam begadang demi bercerita empat halaman buku hariannya ke Lilly. Menjelaskan dengan detail apa yang terjadi pada malam itu, tentang Kai dan ketakutannya pada makhluk mistis, dan tentu saja perjalanan singkat dari kafe sekolah menuju pick-up point dengan Arav.
Ketika mobil sampai di area drop-off, Sam langsung menyampirkan tasnya sambil keluar mobil dan berjalan dengan sedikit terburu-buru. Sebenarnya Sam belum telat, masih ada sisa waktu sepuluh menit sebelum bel tanda kelas pertama dimulai. Tapi tetap saja, dengan sisa waktu yang begitu sempit, Sam masih merasa khawatir. Jika belum masuk kelas, hatinya belum tenang.
"Good morning."
Saking kagetnya, Sam sampai menghentikan langkahnya yang teburu-buru tadi. Terdengar sangat jelas bagaimana nafasnya memburu dan hal itu yang membuat Arav menautkan alisnya, bertanya, "you okay?"
"Yes, I am." Kata Sam sambil berusaha keras untuk mengembalikan ritme nafasnya seperti semula.
"Breathe."
"I'm trying."
Arav tersenyum geli melihat bagaimana Sam kini dengan konyol berusaha mengambil nafas panjang, lalu menghembuskannya kembali. "Lo telat bangun?"
"He-eh."
"Kelas pertama apa?"
"Bahasa Spanyol."
"Kebetulan, gue juga pagi ini ada kelas Bahasa Perancis."
Area kelas bahasa sebenarnya tak terlalu jauh dari tempat mereka sekarang masing-masing sedang menekan sederet angka untuk membuka loker. Sam yang belum pernah sama sekali telat, terlihat sedikit bingung ketika memandangi jajaran buku yang ada di lokernya. Otaknya tiba-tiba kosong. Kombinasi telat dan munculnya Arav pagi ini sungguh berefek tak baik bagi konsentrasinya. Mematung cukup lama di depan loker, Arav yang sudah selesai mengambil buku memutuskan untuk membantu Sam mengambil buku Bahasa Spanyol-nya, sambil berujar, "Santai aja, gue biasa telat. Masih cukup waktunya," dengan senyum.
Sam hanya mengangguk samar kemudian mendekap buku yang dimbilnya dari sodoran Arav. Berjalan dengan hati berdegup ketika menyadari perhatian kecil Arav tadi membuatnya melukiskan senyum di wajah. Aroma tubuh Arav yang maskulin, langkah lebarnya, dan pandangan matanya saat memberikan buku tadi membuat sesuatu dalam dirinya menghangat. Belum pernah ia merasakan hal seperti ini sebelumnya. Perasaan yang tiba-tiba menjadi melankolis, suasana di sekitar yang menjadi romantis, dan entah darimana asalnya, ada suara Amy Winehouse menyanyikan Our Day Will Come menjadi latar belakangnya.
Tepat dua menit empat puluh sembilan detik, ketika penyanyi perempuan favoritnya itu mengakhiri lagu, langkah Sam dan Arav sampai di depan kelas Bahasa Spanyol yang telah ramai oleh anak-anak lainnya. Baru Sam sadari jika Arav sengaja menemaninya hingga sampai ke bibir pintu, padahal kelas Bahasa Perancis letaknya dua ruangan lebih dulu dari kelas yang berada di ujung koridor ini.
"Rav."
"Yes?"
"Istirahat nanti...," Sam menggigit bibirnya sejenak, mengusir rasa gugupnya kemudian berkata dengan cepat, "lo mau ke kantin? Kebetulan gue belum sarapan."
Cheesy.
Cheesy.
Cheesy.
Sam merutuki dirinya sendiri melihat adegan yang bakal ia cap super murahan jika sedang menonton drama romantis atau film romantic comedy kesukaan Lilly ini. Kalau di film-film, sekarang kamera sedang fokus pada Sam dan Arav yang berdiri saling berhadapan, membelakangi time-lapse anak-anak Byron yang hilir mudik kesana-kemari. Dan Sam sudah melengos, bosan melihat adegan yang menitikberatkan pada pandangan kedua tokoh utamanya. Seperti sekarang. Sungguh, Sam nggak tahu darimana ia bisa mendapatkan keberanian sebesar ini untuk mengajak Arav menemaninya makan di kantin nanti.
"Oke."
Jawaban itu begitu singkat, padat, namun jelas.
Mendengar itu Sam seperti kembali ke dunia nyata. Ia begitu bersyukur jika adegan cheesy tadi setidaknya berujung manis seperti ini. Lalu Arav sekilas memberikan senyum sebelum berbalik, berjalan menuju kelasnya. Sam tak bisa menghapus senyum bahagianya ketika melihat punggung Arav itu berjalan menjauh, lalu ketika ia kini duduk di bangkunya, bahkan hingga pelajaran Bahasa Spanyol berlangsung.
Ini bakalan terdengar bodoh dan murahan, seperti film romantis Hollywood yang membosankan. Tapi pagi ini Sam sadar jika sejelek apapun harinya, hanya dengan keberadaannya, Arav ternyata mampu mengubahnya menjadi lebih baik. A good morning starts with his good morning.
***
Dear, Lilly
Gue ajak Arav ke kantin pagi ini.
I swear to God, gue nggak mau mengejek adegan-adegan murahan di film romantis lagi karena ternyata adegan seperti itu benar-benar bisa terjadi di dunia nyata. Di dunia gue, lo bisa bayangkan?
Ceritanya bakal gue simpan sampai malam nanti. Lebih baik lagi kalau lo berhenti pura-pura hilang dan muncul di kamar gue. Dengan senang hati gue bakal cerita detail tentang semuanya. Tentang perasaan gue, tentang Arav yang ternyata nggak secuek yang lo bayangkan. Tentang bagaiaman akhir-akhir ini hidup gue begitu bergejolak setelah nggak ada lo.
We miss you here, Lil.
Kalau lo kelamaan main sembunyi sembunyi beginigue takutnya orang-orang bakal terbiasa dengan keabsenan lo. So, please, just show up, okay?
_______________
Perasaan kangen Sam ke Lil sebenarnya agak mirip dengan perasaan kangenku pada karya Amy Winehouse. Too bad, aku baru kenal lagu-lagunya setelah nonton film dokumenternya dan sekarang aku harus puas dengerin karya-karya yang ditinggalkan Amy Winehouse sebelum meninggal.
Lagu 'Our Day Will Come' sebenarnya kalau diresapi nggak terlalu cocok sih sama adegannya. Lagunya agak terlalu 'dark' untuk adegan manis manis gulali ini. Tapi nadanya, beberapa penggal liriknya, dan perasaan yang datang waktu nulis sambil dengar ini membuatku mengambil keputusan untuk menjadikannya BGM di part ini.
BTW, aku merasa kurang puas dengan tulisan ini. Kayak kurang polesan gitu. Tapi semoga kalian tetap bisa nikmati lagu dan ceritanya, ya. Jangan lupa vote dan kutunggu kalian di kolom komentar *wink*
KAMU SEDANG MEMBACA
After You've Gone [Sudah Terbit]
Teen Fiction[SUDAH TERBIT] After You've Gone "Karena kamu hidupku jadi berwarna" oleh Ardelia Karisa _______________ Jika dianalogikan, kehidupan Sam itu mirip dengan masakan barat yang berbumbu minimalis. Tapi, tidak lagi setelah satu orang paling b...