TYPE THREE

33.6K 1.9K 49
                                    

Dari Lia untuk kalian yang akan membaca part ini,

Entah kenapa dari awal menulis, aku punya obsesi untuk membuat cerita yang tokoh-tokohnya berupa member sebuah keluarga besar. Seru aja pikirku kalau antar tokoh utama di novelku kenal satu sama lain. Apalagi setelah lihat beberapa penulis juga sukses melakukan hal yang sama, aku jadi makin yakin dengan keinginanku ini.

Part yang akan berisi sedikit trivia tentang keluarga bernama Asthabrata ini awalnya akan kujadikan special part. Tapi ternyata bisa juga dijalinkan dengan jalan cerita #NovelAYG, voilà! Jadilah part Type Three. Oya, iklan dikit. Selain Kai, ada satu tokoh bernama Asthabrata lain yang ceritanya sudah kutulis dan akan segera diterbitkan oleh Bentang Pustaka. Doakan semoga bisa segera beredar!

Mengakhiri curhatan panjang ini, aku harap kalian nggak bosan baca part Type Three. And please let me know what you think about this family-or this part-on the comment box. Aku sangat menantikan feedback (juga vote) kalian!

Merci d'avance tout le monde!

__________

Jika Alfred Wallace dan Max Weber membuat sebuah garis khayal yang dapat mengklasifikasi hewan di Indonesia menjadi tiga kelompok: Asiatis, Peralihan, dan Australis, maka Jaya Wardhana Asthabrata-founding father yayasan Byron Private School ini secara tak sengaja mengklasifikasi tiga tipe manusia yang mampu bersekolah di Byron dengan kurikulum sulit dan biaya sekolah mahal ini:

1. Anak-anak seperti Sam, Lilly, dan hampir 75% anak lain yang punya otak cerdas untuk mengikuti pelajaran Byron dan mampu secara finansial untuk membayar uang sekolah.

2. Anak-anak yang secara finansial kurang mampu tapi punya otak encer dan sederet prestasi yang membuat Byron sudi membiayai seluruh uang sekolah bahkan membelikan mereka buku, laptop, apapun yang mereka butuhkan untuk menunjang prestasi.

3. Anak-anak dari klan Asthabrata.

Anak-anak tipe 1 dan 2 sebenarnya tidak punya perbedaan mencolok. Dan di Byron, cerita anak-anak beasiswa di-bully atau direndahkan karena tak bisa berdandan glamor saat Free Friday misalnya, jarang sekali terjadi. Sebagian besar tak peduli, terlalu sibuk mengejar kesempurnaan nilai-seperti Sam. Sebagian lagi justru berteman sekaligus mengeruk keuntungan agar bisa belajar tambahan-Lilly pernah mengakui dia merupakan salah satu bagian dari ini. Hanya sebagian kecil yang merasa superior karena uang yang mereka miliki dan menjadikan itu paspor untuk apa saja, termasuk menjadi tukang bully.

Jadi, bisa dikatakan manusia tipe 1 dan 2 hampir berbaur dengan sempurna di Byron. Justru yang mencolok di Byron adalah anak-anak dari tipe 3. Entah karena sekolah ini milik dan dibuat untuk mereka, atau karena fakta jika keluarga itu almost too good to be true. FYI, keluarga Asthabrata itu punya label keluarga baik-baik yang harmonis, punya aset kekayaan yang membuat nama mereka tak pernah absen dari daftar orang terkaya versi majalah A, B, C, dan lainnya. Dan yang membuat nama mereka makin tenar adalah karena semua membernya tak punya wajah yang membuat orang mencibir, "untung kaya, kalau nggak gue ogah juga kali deket/pacaran/temenan sama dia."

Sam pernah dengar beberapa orang berpendapat jika ketebalan dompet bisa menaikkan level tampan dan cantik seseorang-bahkan yang nggak punya kualitas itu saja bisa terlihat menarik karena kemana-mana bawa Maserati atau Cadillac. Nah, bayangkan kalau wajah-wajah si dompet tebal itu ternyata dari sananya sudah lumayan menarik?

Nggak ganteng mampus, tapi keturunan konglomerat.

Nggak cantik gila, tapi keturunan konglomerat.

Menyempurnakan sosok-sosok bernama Asthabrata itu, ijinkan Sam mengutip kata Lilly si wartawan majalah sekolah yang juga mengklaim dirinya pengamat sosial di Byron, "menurut gue, orang kaya beneran itu sosial medianya udah bebas dari ajang pamer-pamer punya tas mahal, naik private jet atau chopper** kemana-mana. Ya, kayak kita udah males lah pamer foto liburan ke Eropa karena malah jadi terkesan norak, ya kan? Nah menurut gue, di Indonesia baru keluarga Asthabrata yang kayak gitu. Mereka tuh kayak 'gue terlalu sibuk nyetak uang, ga ada waktu buat pamer'. "

After You've Gone [Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang