Sam tak pernah membayangkan di hari SMA-nya, ia akan duduk berhadapan dengan Arav. Cowok yang selama hanya sanggup ia perhatikan diam-diam dari kursi penonton di kolam renang. Cowok yang beberapa tahun belakangan hanya berdiam di sudut hatinya, tak pernah Sam berani untuk mengusiknya. Sam tak berani memperbolehkannya untuk mengisi seluruh hatinya, ia selalu mengingatkan diri jika Arav hanya cowok yang ia sukai. Tak perlu Sam membuatnya makin pelik dengan menjadikan kehadirannya sebagai parameter suasana hati atau semacamnya.
Tapi di lain sisi, Sam juga tak sanggup untuk mengusir Arav. Ia membiarkan dirinya diterjang dengan debaran tak menentu ketika tak sengaja berpapasan. Arav dibiarkannya duduk di sudut hatinya, diam. Hingga saat ini ketika cowok itu menangkap basah Sam sedang memandangnya sambil menyesap milkshake-nya.
Arav tersenyum lalu melap bibirnya setelah selesai mengunyah bubur ayam yang dipesannya. "We should do this more often," katanya. Dan suara Arav yang mengatakan kalimat singkat tadi tiba-tiba membuat Sam merasakan senang yang berbeda. Senang yang lain, yang bukan ia rasakan ketika tahu dirinya mendapat peringkat satu. Senang yang membuat tubuhnya ringan. Senang yang membuat Sam tak bisa mengontrol diri hingga kini ia mengangguk dan tersenyum sama lebarnya dengan Arav.
Awalnya Sam kira ide untuk makan bersama ini akan berakhir buruk. Sam hanya diam, tak mampu mencari ide bagi obrolan di sela-sela bubur ayam dan milkshake mereka. Arav pun hanya sempat tersenyum sebagai basa-basi tanpa mengatakan sepatah katapun setelahnya. Lalu terjadilah kejadian memalukan yang untungnya menjadi ice breaker bagi keduanya. Kalau tidak, Sam nggak membayangkan akan seperti apa satu jam makan pagi bersama ini jika dihabiskan saling menunduk, sok berkonsentrasi pada pengisi perut masing-masing.
"Kamu nggak makan sesuatu?"
Sam agak kaget dengan pertanyaan ber-kamu tadi kemudian. Tapi tanpa perlu waktu lama ia akhirnya mengikuti arus obrolan dengan menjawab, "Nggak, aku nggak terlalu lapar."
"Padahal kamu yang ajak makan pagi bareng, tapi malah aku yang makan sendiri."
"Memangnya kamu belum sarapan?"
"Udah, cuma nggak bisa nahan godaan bubur ayam aja. Enak banget, mau coba?"
Arav tak jadi menyodorkan mangkuk buburnya ketika Sam menggeleng. Sesaat ada keheningan kembali setelahnya, namun Sam berhasil memecahnya dengan, "Kamu suka makan bubur ayam?"
"Bubur apapun aku suka."
"Nggak eneg?"
"Nggak, justru aku kalau makan nasi suka eneg."
"Kamu cuma males ngunyah aja, kali."
"Kok tahu?" Tanya Arav dengan kespresi super terkejut mendengar pernyataan asal dari Sam tadi. Kemudian tanpa perlu bertanya lagi, penjelasan yang keluar dari bibir Arav selanjutnya membuat Sam tahu alasan dibalik bubur yang jadi makanan favorit Arav si pemalas itu, "Kata mama dulu aku paling susah makan, tapi kalau makan bubur bisa sampai nambah. Jadi sampai sekarang aku lebih suka makan bubur. Bisa sih makan nasi, cuma males-males gitu makannya."
"Orang biasanya malas belajar, malas olahraga, kamu malah malas ngunyah," Sam tertawa kecil menyadari fakta super aneh itu. Ada gitu orang males ngunyah? Sam pernah nggak nafsu makan, sih. Tapi alasannya juga bukan malas ngunyah. Biasanya kalau lagi sibuk belajar ngejar nilai itu nafsu makannya malah turun. Biasanya itu dikarenakan Sam nggak mau jam belajarnya terpotong atau dia sedang dalam kondisi fokus yang nggak ingat apa-apa selain belajar.
Setelah tawa Sam mereda, Arav dengan antusias bertanya, "Kalau kamu suka makan apa?"
"Apapun sih, nggak terlalu milih juga. Cuma paling suka Chinese food."
"Cocok berarti, kita," imbuh Arav dengan semangat. "Aku punya tempat langganan makan bubur ala Chinese nggak jauh dari rumah, disana chinese food-nya juga enak. Besok malam aku jemput, kita makan disana mau?"
"Boleh."
Setelah boleh tadi Sam baru sadar jika ia baru saja mengiyakan ajakan pegi bersama Arav untuk pertama kalinya. Ini adalah sejarah yang seharusnya Lilly tahu. Si teman kuper akhirnya mengiyakan ajakan keluar malam yang artinya tak ada waktu untuk belajar atau membaca santai buku-buku Sejarah yang merupakan buku cerita paling menyenangkan bagi Sam itu. Tapi sayangnya, di tengah rasa senang karena besok akan ada acara keluar bareng dengan Arav, ada perasaan sedih menyusup karena Sam tak bisa membaginya dengan Lilly. Tulisan dalam diary saja nggak cukup untuk ini. Ia ingin Lilly melihat bagaimana wajahnya penuh senyum seperti sekarang. Ia ingin mendengar Lilly dengan menyebalkannya berkata jika Sam norak karena baru diajak makan sekali aja sudah begitu semringah.
_______________
Hai! Maaf AYG baru bisa update sekarang ya. Dan maaf jika part ini terlalu pendek *sigh. Semoga kalian tetap bisa menikmatinya.
Aku ada pengumuman yang sedikit mengecewakan buat kalian. Sebelumnya aku minta maaf ya, karena hingga akhir Januari aku bakal hiatus sementara. AYG nggak akan aku update karena alasan pekerjaan lain yang perlu sesegera mungkin ditangani. Setelah kerjaan itu kelar aku akan kembali menulis dengan semangat yang awal-awal dulu, dengan cerita yang semoga tidak mengecewakan dan pendek-pendek amat, ya. Aku bakal ganti utang karena bolong-bolong update-nya, deh. Janji!
Untuk mengobati kekecewaan, aku ada pengumuman yang lebih menyenangkan, nih. Januari ini e-book perdanaku terbit! Ingat aku pernah bilang di part 'Type Three' kalau bakal ada salah satu member klan Asthabrata yang sudah kutulis ceritanya? Nah ini dia hasilnya.
Karena bentuknya e-book, kalian jadi nggak perlu angkat pantat nyari-nyari di toko buku. Tinggal ke Google Play, cari judulnya, dan beli, deh. Atau tinggal klik link: https://play.google.com/store/books/details?id=hep_DQAAQBAJ. Semua bisa diakses dalam genggaman dan harganya juga jauh lebih murah, Rp 20.000 saja.
Untuk yang mau gratisan, aku juga bakal ngadain GIVEAWAY buku ini. Gimana caranya biar bisa dapetin Public Enemy gratis? Tunggu update AYG yang berikutnya karena bakal aku sisipin di akhir cerita cara buat dapetinnya.
Jadi, tunggu kedatangan Sam dan si cowok-cowok itu datang di kolom notifikasimu dengan cerita barunya, ya. Karena selain part baru aku juga bakal bagi-bagi buku baru~
Sampai ketemu, semuanya!
KAMU SEDANG MEMBACA
After You've Gone [Sudah Terbit]
Teen Fiction[SUDAH TERBIT] After You've Gone "Karena kamu hidupku jadi berwarna" oleh Ardelia Karisa _______________ Jika dianalogikan, kehidupan Sam itu mirip dengan masakan barat yang berbumbu minimalis. Tapi, tidak lagi setelah satu orang paling b...