FIRST DATE | Part 2

24.5K 1.3K 92
                                    

"Ah, lo ternyata ada tamu istimewa malam ini." Kemudian setelah berkata dengan menyebalkan tadi, Kai langsung tahu diri. Ia akhirnya beranjak dari sofa yang didudukinya dan tanpa perlu Sam mengusir ia sudah berpamitan. Walaupun tetap saja, pamitannya dengan sentuhan menyebalkan khas Kai. "Gue nongkrong aja di airport kalau gitu. Have fun, Sam." Tapi sebelum keluar, ia berkata pada Arav, "Kan lo belum official nih, gue ikut ambil nomor antrian ya buat ngajak dia beginian." Kemudian Kai melambaikan tangan pada Sam dengan senyum tanpa bersalahnya. Meninggalkan Arav yang terlihat tegang dan menunjukkan wajah yang tak terlalu ramah.

Sepeninggal si menyebalkan tadi, Sam berusaha menyapa Arav dengan, "Hei," yang lirih.

Namun cowok itu menanggapinya dengan dingin, "Ayo, nanti kemalaman."

Semoga saja ini hanya perasaan Sam, tapi ia meraskan perasaan tak enak tentang malam yang akan mereka habiskan ini.

***

Apa ekspektasi cewek yang baru pertama kali diajak kencan pertama?

Mengobrol dengan asyik walaupun terus mengingatkan diri untuk tidak melakukan hal bodoh. Terlalu bersemangat mengobrol hingga air ludah menyebrang ke penjuru arah misalnya.

Berusaha mengingat detail kecil yang dilakukan si cowok di malam pertama jalan bersama. Seperti warna apa kaus yang dikenakannya? Bagaimana ia menata rambutnya? Atau seremeh, apa yang ia pesan untuk makan?

Tapi, justru di kencan pertama yang seharusnya berjalan asyik karena Sam dan Arav tak perlu jaim karena harus menghabiskan malam di restoran fine dining, atau terlalu khawatir akan pakaian yang dipakai tak terlalu nyaman untuk melewati malam, Sam harus puas jika sepanjang malam Arav hanya diam. Cowok itu memang terkenal tak banyak bicara, itu benar. Tapi ketika berada di sekitar Sam akhir-akhir ini ia selalu berinisiatif untuk membuka pembicaraan.

Lagipula, Sam bisa membedakan mana diam yang menyenangkan mana diam yang membuat tak nyaman. Dan yang malam itu terjadi adalah diam tipe kedua. Arav yang diam sepanjang perjalanan menguarkan aura dingin yang tak mengenakan. Sesampainya di restoran, hanya ada percakapan kecil ketika ia mengatakan, "Buburnya enak, nasi gorengnya juga."

Untuk pertama kalinya, Sam berusaha untuk memanjangkan percakapan, "Lo mau makan apa?" Setelah pertanyaan itu Sam baru menyadari ada dua kesalahan yang ia katakan.

1. Tentang betapa bodohnya Sam yang menanyakan tentang pilihan makanan Arav malam itu. Tentu saja ia akan memilih bubur, kemarin ia mengaja kesini kan karena itu.

2. Penggunan kata ganti 'lo'.

Well, untuk yang kedua sebenarnya Sam juga agak bingung. Apalagi ditambah dengan suasana tak enak yang terbangun, ia jadi agak enggan mengatakan 'kamu' pada Arav. Jadi, yang poin terakhir tadi tak bisa juga dibilang kesalahan. Tapi jika mengingat Arav mulai beraku-kamu kemarin, Sam merasa agak nggak enak juga.

Kembali ke percakapan yang berusaha dipanjang-panjangkan itu, Arav menjawab pertanyaan Sam tadi dengan mencentang di salah satu kolom bubur di kertas pesanan yang mereka dapatkan saat masuk ke restoran sederhana ini. Cowok itu, tanpa sedikitpun berusaha memandang Sam, menyodorkan kertas beserta pena biru agar ia bisa memilih sendiri makanannya.

Setelah mencentang hakau dan segelas teh hijau dingin sebagai pendampingnya, tanpa banayk bicara Sam langsung bangkit dan menaruh pesanan ke meja kasir. Ketika ia kembali Arav sibuk dengan smartphone-nya, Sam memutuskan untuk melakukan hal yang sama.

Singkat cerita, malam itu adalah malam paling buruk yang pernah ia alami sepanjang hidupnya. Bahkan ke pool party bersama Kai saja setidaknya ada sisi menyenangkannya. Ia bisa melihat sisi lain cowok penakut itu, ia bisa merasa bersyukur karena rumahnya tak besar hingga ia perlu membuat keributan agar tak kesepian, dan melihat cowok itu tampak berbeda dengan kacamata yang bertengger di hidungnya. Kedengaran nggak masuk akal, sih alasannya, tapi daripada diam-diaman? Dicuekin? Dan langsung pulang begitu Arav menghabiskan setengah mangkuk buburnya?

Dan yang paling parah, ketika mengantar Sam pulang, cowok itu cuma mengatakan, "Good night, Sam," dengan begitu dingin. Karena sudah kesal, Sam tak membalas dan cuma menyunggikan senyum terpaksa sebagai balasan.

Dan begitulah cerita kencan pertama dengan Aravind Kazan.

___________

Oke, curhat sedikit ya, aku ngerasa beberapa part terakhir kayak kurang greget gitu. Aku ngerasa kayak ada yang kurang tapi ketika ditambahin jadi makin jelek.

Aku nggak tahu perasaan itu sampai ke teman-teman pembaca atau nggak, tapi kalau sampai iya aku mau minta maaf, deh. Aku pun sebenarnya kurang suka update kalau ngerasa ceritanya nggak sreg sama aku, cuma ya karena sudah terjadwal aku akhirnya update aja daripada nggantungin kalian. Setidaknya kalian bisa baca dan kasih aku masukan, harapannya aku bisa lebih baik lagi ke depannya.

Anyway, terima kasih yang udah berpartisipasi dia giveaway kecil-kecilan ini.

Dan hai HerlinaEKARS! Selamat kamu terpilih untuk mendapatkan ebook gratis Public Enemy! Kirim data diri dengan format:

[PEMENANG EBOOK GRATIS PUBLIC ENEMY]

nama_alamat email_nomor hp

kirim ke official Line Bentang Pustaka di @bentang_pustaka ya (pakai @).

Untuk yang belum menang, pastikan udah follow ArdeliaKarisa dan komen di part ini ya! Good luck!

After You've Gone [Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang