Hi, semuanya! Akhirnya aku bisa kembali update AYG , maafkan karena hiatus cukup lama ya. Anyway, semoga part ini bisa kalian nikmati setelah sebulan lebih aku absen. Jangan lupa comment dan vote-nya. Aku jamin, nggak bakal sia-sia kalian meluangkan waktu untuk nulis komen disini. *wink*
___________
Dear, Lilly
You know what's funny? Setelah lo hilang, sepertinya hidup gue justru makin ramai. Banyak hal yang terjadi dan membuat gue merasa kalau kehadiran lo ternyata cukup penting di saat-saat seperti ini.
Ketika gue banyak cerita, lo nggak bisa dijangkau.
Giliran cerita gue akhirnya keluar dari tema yang lo bilang kental dengan suasana 'nerdy', gue nggak bisa dengar komentar nyeleneh lo lagi.
I miss you, Lil. Semoga lo bisa ketawa ketika nggak sengaja baca buku harian ini suatu hari nanti. Gue sudah bisa bayangkan lo ketawa sampai nangis melihat sisi melankolis gue dan itu yang gue harapkan akan terjadi.
Anyway, malam ini akhirnya gue dinner date sama Arav. Sejujurnya, gue nggak tahu harus pakai apa. Dia sih, bilangnya kami bakal makan malam di restoran Chinese food kesukaannya. Jadi gue artikan kalau dengan kaos lengan panjang, jeans, dan flat shoes, penampilan gue tidak berlebihan tapi cukup rapi.
Semoga aja begitu.
Suara ketukan di pintu disertai dengan suara, "Mbak temannya sudah datang," membuat Sam berhenti sejenak menulis buku hariannya. Jam masih menunjukkan pukul setengah tujuh, Arav ternyata datang tiga puluh menit lebih awal daripada yang dijanjikannya. Untung saja Sam sudah siap, tinggal menyemprotkan parfum, selesai.
"Suruh masuk dulu aja, Mbak. Bilang aku masih pakai baju."
Tanpa banyak tanya Mbak ART itu pun mengangguk lalu kembali meninggalkan Sam dengan 'Lilly'. Ia memutuskan mengambil waktu beberapa menit untuk menyelesaikan curhatannya pada Lilly. Dinner date dengan Arav adalah peristiwa besar bagi seorang Samara Harmandir. Lilly berhak tahu segala hal yang sedang ia rasakan sekarang dan jelas pulang nanti Sam bakal begadang menulis kronologi lengkapnya.
Arav udah datang, Lil. Dan sejujurnya perasaan gue nggak deg-degan, biasa aja. Sangat nggak diduga. Well, biasa saja kedengaran meremehkan, sih. Lebih tepatnya gue merasa senang dan excited buat ketemu dia tapi entah kenapa itu membuat gue tenang. Kayak kita udah sering ngelakuin aktivitas kayak begini gitu lah.
Nyaman.
Sam geli sendiri menyadari jika itu cukup tepat mendeskripsikan perasaannya saat ini. Padahal mereke berdua baru saja dekat beberapa waktu belakangan ini dan Sam sudah langsung nyaman begitu saja? Nggak tahu lah, mungkin memang kenyamanan nggak bisa diukur dengan lamanya waktu bersama kali, ya.
"Mbak, kata masnya dia buru-buru jadi..."
Sam langsung memotong kalimat dari Mbak ART tadi dengan, "Oke, aku kesana sekarang."
Aneh juga. Padahal mereka sudah janji bakal makan malam bersama kemarin lusa, tadi di sekolah Arav juga nggak menyinggung kalau dia bakal ada acara atau semacamnya. Dan sekarang, tanpa chat terlebih dahulu dia datang lebih awal. Pakai bilang buru-buru pula.
Walaupun sudah mendengar informasi tentang Arav yang sepertinya tak punya banyak waktu tadi, Sam tetap mash duduk di meja belajarnya. Ia kini menaikkan kecepatan menulisnya untuk menutup curhatan pra-kencan malam ini.
Okay, I gotta go.
Take care, Lil. Apapun yang terjadi, gue harap akan jadi yang terbaik buat lo.
Setelah itu Sam menutup bukunya, menyimpannya dengan rapi di laci meja belajar dan segera keluar setelah menyemprotkan banyak parfum ke tubuh. Sepanjang perjalanan menuju ke ruang tamu, Sam berkali-kali memastikan rambutnya masih rapi dan kaus yang dipakai tak ada yang terlipat atau hal-hal kecil yang menurut Sam cukup vital itu.
Namun, ketika matanya menangkap sosok yang sedang dududk di sofa, fokus pada layar smartphone itu, Sam langsung menghela nafas panjang. Suara nafasnya tadi mungkin terdengar cukup keras hingga mata abu-abu itu akhirnya kini menatap Sam. Cukup lama ia memerhatikan Sam sebelum senyuman tengil khas miliknya itu pun terkembang, "Lo mau nemuin gue aja pakai dandan segala, Sam."
"Lo ada urusan apa?"
Kai masih juga memperlihatkan senyuman itu walaupun pertanyaan tadi sengaja Sam lontarkan begitu dingin. Lebih dingin daripada biasanya. "Gue tadi mau jemput temen ke airport, tapi ternyata pesawatnya delay. Ya udah, karena kebetulan lagi di sekitaran sini gue mampir."
Setelah mendengar penjelasan panjang yang terdengar masuk akal namun tetap saja patut dipertanyakan kebenarannya itu, Sam berbalik. Ia sudah melihat ada gelas minuman di meja untuk Kai, jadi kini tak ada urusan lagi dia dengan cowok itu.
"Mau kemana?"
Tentu saja pertanyaan itu akan datang. Sam sebenarnya tak tega juga meninggalkan Kai begitu saja di ruang tamu. Tapi kalau nggak begini, Kai bakal terus seenaknya muncul di rumah tanpa pemberitahuan, seakan rumah ini pintunya selalu terbuka untuknya. Lagipula, setelah kemunculan Sam di pool party itu, seharusnya Kai menjalankan perjanjian untuk tidak akan mengganggu Sam lagi. Iya sih, dua hari kemarin hidup Sam jadi lebih tentram tanpa kehadiran cowok itu. Tapi sekarang dia malah muncul di rumah tanpa diundang untuk yang kedua kalinya.
Baru Sam berbalik, akan mengatakan jika sebaiknya Kai menunggu di kafe atau tempat mana pun yang cukup nyaman karena ia akan keluar bersama teman, Arav sudah muncul. Di bibir pintu, Sam bisa melihat pandangan Arav kini beradu dengan Kai. Arav dengan tatapan datar dan dinginnya, Kai surprisingly juga melakukan hal yang sama. Tapi sedetik kemudian Kai langsung tersenyum lagi, memandang Sam dengan tatapan nakal dan menggoda dengan kalimat, "Ah, lo ternyata ada tamu istimewa malam ini."
___________
Seperti yang kubilang tadi, untuk pembaca-pembaca AYG yang sudah meluangkan waktu untuk kasih komentar disini nggak bakal rugi, kok. Selain dapat pahala karena bikin aku senang dengan keramaian di cerita ini *apaan, Li*, aku juga punya hadiah e-book gratis untuk kalian!
Jadi, sebagai permintaan maaf karena sudah menghilang begitu lama, mulai hari ini setiap AYG update (Selasa dan Jumat), satu komentar terpilih dari kalian bakal dapetin e-book terbaruku yang berjudul Public Enemy secara gratis!
Tidak ada ketentuan khusus untuk jadi pemenang. Aku dan Tim BWM mengundi dari nama yang ada di kolom komentar. Jadi nggak usah muji-muji yang bikin tinggi, soalnya belum tentu itu yang bakal aku pilih, kok hahaha. Pemenangnya bakal diumumin di part selanjutnya ya.
So, untuk menutup part yang semoga bisa sedikit mengobati kangen pada Kai ini, aku ingin berpesan: rajin-rajin lah berkomentar teman-teman pembaca, siapa tahu bisa dapat rejeki buku gratis kan ya. Sampai ketemu Jumat!
KAMU SEDANG MEMBACA
After You've Gone [Sudah Terbit]
Teen Fiction[SUDAH TERBIT] After You've Gone "Karena kamu hidupku jadi berwarna" oleh Ardelia Karisa _______________ Jika dianalogikan, kehidupan Sam itu mirip dengan masakan barat yang berbumbu minimalis. Tapi, tidak lagi setelah satu orang paling b...