Jika ada yang pernah bilang penyesalan itu selalu ada di akhir, itu memang benar dan itulah yang dirasakan oleh Erika saat ini. Menyesal telah menuduh laki-laki itu dan selalu berpikiran buruk tentangnya.
Harusnya dia membuka mata sejak awal bahwa laki-laki itu benar-benar telah menyelamatkannya. Kalau dia laki-laki brengsek mungkin Erika telah dijadikan budak nafsunya selama ini atau mungkin dia juga sudah membuangnya di pinggir jalan karena sikapnya selama ini. Namun, Nick tidak melakukannya.
Rumit. Hidupnya terlalu rumit. Entah apa yang telah dilakukannya di masa lalu sehingga membuat hidupnya seperti sekarang ini. Mungkin ini adalah karma atas perbuatannya di masa lalu.
Erika menatap langit-langit kamarnya malam ini. Matanya enggan terpejam memikirkan esok ketika laki-laki itu kembali dari perjalanan bisnisnya. Satu hal yang mungkin akan dilakukannya yaitu meminta maaf itupun kalau Nick bersedia memaafkannya. Erika tersenyum miris membayangkan bagaimana kalau laki-laki itu tidak mau memaafkannya.
Dia mencoba memejamkan mata walaupun sulit. Setitik air mata jatuh begitu saja. Erika menangis setelah sekian lama.
Mengapa ada laki-laki seperti Nick dan kenapa harus ada wanita yang tidak tahu diri seperti dirinya yang masih tinggal di rumahnya?
Erika mengutuk dirinya sendiri. Dia tidak pantas untuk diselamatkan. Dia hanya wanita yang tidak tahu diri, mengingat itu membuat Erika menangis dalam diam.
****
Hujan turun pagi ini membuat udara semakin dingin. Erika merapatkan sweternya dan berjalan menuju kamar Nick. Tadi malam laki-laki itu telah kembali dan dia berharap masih bisa menemukan Nick di kamarnya pagi ini.
Pintu kamar Nick dalam keadaan terbuka ketika langkah kakinya berada di depan pintu tersebut dan mendapati Nick yang tengah sibuk memasang dasinya. Erika berjalan masuk perlahan. Dia menatap Nick cukup lama hingga laki-laki itu menyadari kehadirannya di dalam kamarnya.
Kening Nick berkerut melihat tidak biasanya Erika berada di kamarnya ralat belum pernah wanita ini datang ke kamarnya apalagi sepagi ini.
"Apa yang membuatmu datang ke kamarku sepagi ini Erika?" tanya Nick yang telah menghentikan kegiatannya dan menatap lurus pada Erika.
Erika merasa canggung pada Nick saat ini. Dia ingin meminta maaf tapi apakah laki-laki ini mau memaafkannya.
"Ada apa Erika? Kau tidak sedang sakit bukan?" tanya Nick semakin bingung atas sikap Erika pagi ini.
"Aku ingin meminta maaf," ucap Erika lirih namun masih bisa didengar oleh Nick.
"Untuk?" tanya Nick tidak mengerti untuk apa wanita ini harus repot-repot meminta maaf padanya.
"Aku minta maaf atas sikapku selama ini," jelasnya kemudian.
Nick memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana dan kembali menatap Erika.
"Kau sakit Erika." ucapnya sinis.
Erika diam sesaat, dia tahu mungkin ini terlalu aneh untuk Nick.
"Aku sungguh-sungguh meminta maaf padamu," balas Erika yang sejak tadi menunduk.
Nick menyilangkan tangannya di depan dada kemudian tersenyum kecil.
"Aku sangat terkejut seorang Erika meminta maaf kepadaku."Erika mengangkat wajahnya dan menatap Nick, laki-laki itu sedang tersenyum mengejek padanya.
"Jangan buang waktumu Erika, aku harus pergi sekarang juga," ucap Nick yang berjalan melewati Erika. Namun langkahnya terhenti oleh pegangan tangan Erika di lengannya.
Nick menatap tangan Erika yang berada di lengannya. Dia semakin tidak mengerti kenapa wanita ini bersikap aneh pagi ini.
"Apakah kau bersedia memaafkanku?" tanya Erika menatap harap pada Nick.
"Tidak alasan untuk aku harus memaafkanmu." Tangan Nick melepaskan genggaman tangan Erika dan kembali berjalan keluar dari kamarnya.
Erika tertegun sesaat. Laki-laki itu benar-benar marah padanya. Dia menghela napas, memang benar tidak ada alasan untuk Nick harus memaafkan sikapnya selama ini. Dia terlalu percaya diri berharap Nick mau memaafkannya padahal jelas Erika telah menyakitinya selama ini.
Dia keluar dari kamar Nick dengan langkah gontai. Berjalan menuju kamarnya sendiri, dia tidak ingin turun untuk sarapan karena mungkin Nick masih berada di sana. Dia sudah tidak memiliki kepercayaan diri untuk bertemu Nick lagi. Lebih baik mengurung dirinya dalam kamar sendiri.
****
Erika melangkah menuju kamarnya setelah suasana canggung setengah jam yang lalu di ruang makan ketika sarapan bersama dengan Nick. Setelah bergulat dengan hatinya sendiri akhirnya Erika memutuskan untuk ikut sarapan. Dia sudah tidak memiliki kepercayaan diri untuk sekedar meminta maaf kembali pada Nick walaupun hatinya menginginkannya.
Erika memasuki kamarnya dan tidak terkejut ketika mendapati Hannah sedang membereskan pakaiannya. Mungkin Nick akan membawanya ke New York lagi. Dia tidak ingin bertanya pada Hannah ataupun menolak pada Nick karena sekarang cukup baginya untuk menjadi wanita penurut.
Erika duduk di tepian ranjang sambil mengamati Hannah dan salah seorang pelayan memasukkan pakaiannya pada sebuah koper yang lumayan besar. Dia tidak ingin bertanya.
"Nyonya, Anda bisa bersiap-siap karena semua pakaian Anda sudah kami bereskan," ucap Hannah setelah selesai pada pekerjaannya.
Semua. Erika sedikit aneh ketika mendengar kata semua.
"Semua?" tanya Erika kemudian dengan kerutan di wajahnya.
Bukankah mereka hanya akan pergi ke New York dan mengapa Hannah membereskan semua pakaiannya?
Erika berdiri dan berjalan cepat menuju lemari. Lemari itu telah kosong tidak ada satupun pakaiannya di sana. Apa mungkin?
Dia menatap Hannah yang masih berdiri di tempatnya.
"Maafkan saya Nyonya tapi Tuan Nick yang menyuruh saya untuk membereskan semua pakaian milik Anda?" ucapnya sebelum Erika bertanya.
"Kau tahu aku akan pergi kemana?" tanya Erika karena tidak mungkin dia hanya akan pergi ke New York.
"Saya tidak tahu Nyonya karena Tuan hanya menyuruh untuk membereskan pakaian Anda dan setelah itu Anda bisa bersiap-siap," jawab Hannah tanpa mengurangi rasa sopan.
Erika mulai berpikir dan ingat tentang ucapan Nick malam itu.
Aku hanya ingin menyelamatkanmu Erika dan jika kau tidak bersedia untuk tinggal di rumah ini, aku akan melepaskanmu
"Apakah kau sudah siap Erika?" suara Nick membuyarkan pikirannya.
Erika menoleh dan menatap Nick yang tengah berdiri tak jauh darinya.
"Aku akan mengantarkanmu ke Louisiana," ucap Nick kemudian meninggalkan Erika yang masih mematung.
Louisiana?
Itu artinya....
****
Kalau ada yang masih ingat dengan Louisiana, maka kalian akan tahu kemana Nick akan membawa Erika.
Maaf jika pendek karena part ini memang tidak akan dijelaskan konflik yang panjang.
Dan maaf juga karena tidak ada adegan ciuman, pelukan atau yang lainnya. Bukan berarti tidak akan ada, pasti ada hanya menunggu saat yang tepat saja.
Jika kalian bosan saya tidak akan memaksa untuk melanjutkan membaca ceritaku.
Silakan komen karena komentar kalian membantu saya lebih semangat lagi.
Thanks for reading Vea Aprilia 😍
Kamis 24 November 2016
KAMU SEDANG MEMBACA
Save You - e-book di PS
RomanceErika Louis Simpsons, Wanita yang dijual suaminya sendiri Joshua Daniel Hoffman karena terlilit hutang hingga mereka bangkrut membuat Erika membenci dan tidak mempercayai makhluk yang bernama laki-laki. Nick Gibson Mackenzie, laki-laki yang ditingga...