24. Stay With Me

12.6K 934 78
                                    

Malam berganti pagi, Erika membuka mata setelah baru jam tiga dini hari tadi dirinya terlelap. Ciuman Nick tadi malam membuatnya tidak bisa tidur. Apa yang sebenarnya ada dalam pikiran laki-laki itu, tiba-tiba saja berubah begitu saja. Dan ada apa dengan dirinya kenapa dia dengan mudah terlena oleh pesona Nick.
Ah, memikirkannya membuat kepala Erika bertambah bingung. Namun tidak dapat dipungkiri kalau ada sesuatu yang hangat di dalam hatinya. Dia segera bangun dan menuju kamar mandi untuk membersihkan diri. Setelah membersihkan diri, dia segera turun untuk sarapan. Namun langkahnya terhenti ketika melihat Nick yang sudah duduk di sana lengkap dengan setelan jasnya. Tiba-tiba ada rasa canggung menelusup dalam hatinya.

"Mau ke mana kau?" Langkah kaki Erika berhenti setelah mendengar pertanyaan Nick. Rupanya laki-laki itu telah menyadari kehadirannya.

"Aku ingin jalan-jalan sebentar." Alasan yang konyol. Bodoh.

Nick menaikkan sebelah alisnya. "Kau tidak sedang menghindariku bukan?"

Oh sial, apakah dia begitu kelihatan kalau sedang berbohong?

"Tentu saja bukan," ucap Erika sedikit gugup.

"Duduklah!" perintah Nick dan Erika akhirnya hanya bisa menurut.

Entah kenapa dirinya harus menghindari Nick? Dan ada dengan dirinya saat ini? Kemana hilangnya Erika yang dulu berani?

"Apakah kau sakit?" tanya Nick ketika melihat Erika yang hanya diam saja.

"Oh..., tidak!

Nick menatap Erika sekilas kemudian tersenyum kecil." Makanlah setelah itu temui aku di ruang kerja, ada yang ingin kusampaikan. "

Erika hanya mengangguk saja. Entah apa yang terjadi pada hati dan pikirannya. Berada dalam satu ruangan bersama Nick membuat jantungnya berdebar lebih cepat dari biasanya.

Nick telah meninggalkan Erika entah sejak kapan ketika wanita itu sedang sibuk dengan pikirannya sendiri. Dan Erika hanya bisa menghembuskan napas kemudian mulai menyantap sarapannya.

Setelah selesai sarapan Erika langsung naik ke lantai dua namun bukan menuju kamarnya melainkan ke ruangan kerja Nick. Laki-laki itu ingin mengatakan sesuatu yang membuat Erika sedikit penasaran.

Erika telah masuk ke dalam ruang kerja tersebut dan melihat Nick sedang duduk sambil serius memeriksa sesuatu. Dia mendongak ketika mendengar bunyi sepatu Erika.

"Kau sudah datang?"

"Ada apa?" tanya Erika sedikit formal menurutnya dan dia benci harus bicara formal seperti saat ini. Entah kenapa ada rasa senang ketika Nick yang bicara hangat padanya seperti tadi malam dan kemudian ciuman itu membuat Erika tanpa sadar melihat lama pada bibir Nick.

"Kau mendengarkanku Erika?" tanya Nick yang melihat Erika hanya diam dan hanya menatap lurus ke arahnya.

Erika terlonjak seperti sedang kepergok melakukan hal yang buruk. "Ma—maaf," ucapnya sedikit terbata.

"Duduklah!" perintah Nick yang sudah berdiri dan mengambil sesuatu dari dalam laci mejanya. Erika hanya menurut dan duduk di salah satu kursi kosong di dalam ruangan tersebut.

Nick berjalan mengitari meja dan berdiri tepat di sampingnya kemudian menyodorkan sebuah amplop berwarna cokelat yang Erika tidak tahu apa isinya.

"Bukalah!" pintanya.

Erika ingin bertanya namun diurungkan dan memilih membuka amplop tersebut.

"Surat cerai?" Dahi Erika berkerut, dia tidak menyangka kalau isi dari amplop tersebut adalah surat cerai lengkap dengan tanda tangan Joshua. Erika jadi bertanya-tanya kapan laki-laki itu melakukan semua ini?

Save You - e-book di PSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang