23. I'm Sorry

13.7K 997 43
                                    

"Mark."

Sebuah suara membuyarkan lamunannya. Seorang gadis yang cantik telah berjalan mendekat. Dia menyembunyikan kembali kotak beledu yang sejak tadi di genggam.

"Hai."

"Apakah sudah lama menunggu?" tanya Ellisa yang telah duduk di sebuah kursi persis di depan Mark.

"Tidak apa-apa jika harus menunggu gadis secantik dirimu," balasnya membuat pipi Ellisa merona. Mark selalu saja bisa membuatnya tersipu tapi sayang laki-laki itu tidak bisa meluluhkan hati Ellisa.

"Kelihatannya kau bahagia hari ini." Mark menilik wajah Ellisa yang terlihat lebih ceria.

"Benarkah?" Ellisa menepuk-nepuk pipinya.

"Katakan apa yang telah terjadi?" Mark tersenyum melihat tingkah unik Ellisa. Gadis itu cantik yang telah mengisi kekosongan hatinya selama dua tahun ini dan sekarang dia akan merubah status mereka. Itu pun kalau Ellisa mau menerima Mark sebagai kekasihnya.

"Nick melamarku tadi malam." Wajah Mark berubah seketika, senyum di bibirnya mendadak hilang.

"Kenapa Mark? Kau terlihat tidak senang." Ellisa menatap wajah Mark.

"Tentu saja aku senang." Mark memasang senyum palsu, mencoba menyembunyikan sakit hatinya.

"Syukurlah kalau begitu." Ellisa tersenyum bahagia.

"Oh, ya kau ingin mengatakan apa?" Ellisa ingat dengan pesan yang ditulis Mark tadi pagi bahwa dia ingin bertemu untuk mengatakan sesuatu.

"Sepertinya penting." Ellisa penasaran.

"Tidak ada, hanya ingin bertemu denganmu, sudah satu minggu bukan aku tidak melihatmu." Mark berbohong.

"Benar dan aku sangat merindukanmu, untung saja Nick selalu menemaniku jadi aku tidak merasa kesepian ketika sahabatku pergi," ucap Ellisa dengan senyuman yang tidak hilang dari bibirnya.

Sahabat. Hanya kata itu yang pantas untuknya. Selama kurang lebih dua tahun berhubungan hanya kata sahabat yang pantas untuk dirinya.

"Apakah kau bahagia?"

Bodoh. Tentu saja Ellisa bahagia, dia tentu tidak buta, hanya dengan melihat senyum yang tidak hilang dari bibir gadis itu, tentu saja dia sangat bahagia.

"Aku tidak pernah sebahagia ini Mark," ucapnya tersenyum kembali.

"Kalau begitu kita harus merayakannya," ucap Mark. Merayakan lamaran Nick pada Ellisa atau merayakan patah hatinya. Batinnya meringis.

"Baiklah kalau begitu, aku akan menghubungi Nick."

"Jangan," cegah Mark sebelum Ellisa berhasil menghubungi Nick.

"Kenapa?" tanya Ellisa bingung.

"Cukup kita berdua saja, sebagai sahabat."

Sebagai sahabat.

"Baiklah kalau begitu."

Mereka akhirnya memutuskan untuk makan malam bersama di apartemen Mark. Ellisa sangat bahagia sekali sehingga tanpa sadar mengabaikan Mark yang telah sedikit mabuk. Kemudian apa yang terjadi selanjutnya adalah sesuatu yang seharusnya tidak boleh dilakukan Mark. Namun akal sehatnya seolah menghilang digantikan dengan nafsu dan amarah yang menguar. Gadis itu terisak setelah kehilangan satu-satunya harta yang berharga dalam hidupnya. Dan Mark laki-laki itu yang telah merenggut semuanya.

****

Sudah hampir tengah hari setelah kejadian tadi malam Erika belum juga tersadar. Efek obat yang diberikan dokter cukup besar rupanya dan membuat wanita itu tetap tertidur. Nick masih menggenggam tangan Erika sejak tadi malam. Dia tertidur di samping ranjang Erika dengan posisi duduk. Rasanya Nick benar-benar tidak ingin melepaskan Erika lagi.

Save You - e-book di PSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang