Dua hari Erika terkurung dalam sebuah kamar mewah di penthouses milik Mark. Sesekali pelayan datang untuk mengantarkan makanan dan minuman namun Erika enggan menyentuhnya. Dia memilih meminum air keran dari kamar mandi jika merasa haus.
Dia pernah berpikir untuk kabur namun sia-sia karena pintu kamar selalu terkunci. Selalu saja ada dua orang yang datang ketika mengantarkan makanan untuknya. Salah satu di antara mereka bertugas menjaga pintu dan menguncinya.
Kabur melalui jendela. Bodoh. Itu adalah satu tindakan yang bodoh jika Erika benar-benar melakukannya. Karena letak penthouses ini di lantai paling atas. Dia tidak ingin berakhir mengerikan dengan tubuh hancur berkeping-keping.
Erika memeluk lututnya sendiri. Setelah malam itu Mark langsung menyeretnya masuk ke dalam kamar dan mengurungnya. Setelah itu Erika belum pernah melihat laki-laki itu datang ke kamarnya lagi. Sial. Apa yang sebenarnya direncanakannya?
Perutnya berbunyi menandakan cacing-cacing di dalam sana minta diberi makan. Namun, Erika masih tidak mau menyentuh makanan yang sejak setengah jam yang lalu berada di atas nakas samping tempat tidurnya. Akhirnya dia berlari masuk ke dalam kamar mandi dan menyalakan keran, kemudian menyesap air tersebut hingga membasahi kerongkongannya. Namun, sia-sia saja karena semakin dia berusaha untuk minum semakin perutnya terasa lapar.
"Ternyata kau masih keras kepala Erika." Erika terkejut dan langsung melempar pandangan menjijikkan pada laki-laki yang entah sejak kapan telah berdiri di depan pintu kamar mandi.
"Kau tahu jika cacing-cacing di perutmu sudah memberontak meminta makan dan aku bisa mendengarnya dari sini."
Sial. Perutnya berbunyi ketika laki-laki itu menatapnya.
Erika berjalan melewati Mark yang masih berdiri di ambang pintu. Namun, tangannya dicekal.
"Lepaskan!" perintah Erika tanpa mau repot-repot menatap lawan bicaranya.
"Jangan siksa dirimu."
Erika tersenyum meremehkan. "Apa kau takut, aku akan mati? Tenang saja aku tidak akan mati semudah itu."
Erika menghentakkan tangannya hingga cekalan Mark lepas. Mark mendengkus.
"Aku hanya tidak tega melihat kau kelaparan padahal permainan sesungguhnya belum dimulai." Mark tersenyum licik.
Erika menatapnya tajam. "Sebenarnya apa yang kau rencanakan Mark?"
"Aku hanya ingin merasakan wanita dengan harga jutaan dollar," ucapnya tersenyum licik.
"Brengsek kau!"
"Aku memang brengsek dan aku menyukainya." Dia terkekeh membuat Erika seketika merasa jijik.
"Jangan melemparkan tatapan jijik padaku Erika, seolah aku ini laki-laki yang mempunyai penyakit menular."
"Kau memang sakit Mark!" tegas Erika.
Mark terkekeh, "Jangan merasa suci setelah tidur dengan laki-laki yang telah memberikan pinjaman pada suamimu."
Erika pasti tidak salah dengar bukan? Mungkin yang dimaksud Mark adalah Nick.
"Apa maksudmu Mark?" Erika hanya ingin memastikan jawaban Mark sama dengan apa yang ada dipikirkannya.
"Kau tahu maksudku Erika." Dia tersenyum licik.
"Bagaimana rasanya tidur dengan laki-laki lain selain suamimu?" Mark melangkah mendekati Erika yang sedang berdiri di samping ranjang.
"Tidak ada yang tidur denganku, selain laki-laki bajingan yang telah menjualku padamu," balas Erika sinis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Save You - e-book di PS
RomanceErika Louis Simpsons, Wanita yang dijual suaminya sendiri Joshua Daniel Hoffman karena terlilit hutang hingga mereka bangkrut membuat Erika membenci dan tidak mempercayai makhluk yang bernama laki-laki. Nick Gibson Mackenzie, laki-laki yang ditingga...