12. He's Know

13K 1K 107
                                    

Sudah beberapa hari sejak kejadian itu Nick tidak pernah menampakkan dirinya di depan Erika. Bahkan ketika sarapan dan makan malam, sepertinya laki-laki itu sengaja menghindari Erika.

Berbeda dengan Erika yang tengah duduk gelisah di tepi ranjang. Dia memikirkan perkataan Nick malam itu. Laki-laki itu mengatakan kalau dia mengetahui semuanya. Erika bertanya-tanya apakah Nick tahu tentang perusahaan Joshua yang telah diakuisisi dan juga kelakuan laki-laki itu yang tengah bersenang-senang dengan uang hasil perjanjian yang diberikan oleh Nick.

Erika semakin dibuat bingung, atau Nick tahu kalau Joshua tidak akan pernah datang untuk membayar uangnya?

Erika memijat pelipisnya yang terasa pening. Sudah beberapa hari dia memikirkannya namun belum bisa mendapatkan jawaban. Apakah dia harus bertanya langsung pada Nick? Tapi mungkin laki-laki itu sedang marah padanya, terbukti kalau beberapa hari ini dia tidak mau makan bersamanya. Kepalanya dipenuhi banyak pertanyaan yang membuatnya menghela napas panjang.

Lalu kenapa dia masih mengizinkan Erika tinggal di rumahnya kalau laki-laki itu tahu semuanya? Permainan apa yang sedang dilakukannya?

Erika menggelengkan kepalanya mencoba menepis pikiran-pikiran yang membuat kepalanya terasa mau pecah.

Erika menatap lantai kamarnya dengan pandangan yang sulit untuk diartikan. Kemudian dia beranjak dari duduknya, berjalan keluar dari kamar. Dia menuruni anak tangga dengan hati-hati. Erika bertekad untuk mencari laki-laki itu dan menanyakan semuanya.

Kakinya melangkah menuju ruang makan kemudian beralih ke ruang tamu tapi dia tidak mendapati Nick di sana. Erika berpikir mungkin dia sedang berada di kamar atau ruang kerjanya. Dia berbalik dan melangkah kembali menuju tangga. Namun, dia sedikit ragu untuk menemuinya.

"Ada yang bisa saya bantu Nyonya?" tanya Hannah tiba-tiba sudah berada di dekatnya.

"Oh, Hannah." Erika sedikit terkejut.

"Maaf jika saya mengagetkan anda, Nyonya," ucap Hannah dengan sopan.

"Tidak apa-apa Hannah," balas Erika.

Erika merasa sedikit canggung pada Hannah yang telah berdiri di hadapannya. Dia ingin menanyakan keberadaan Nick tapi Erika sedikit ragu.

"Ada yang bisa saya bantu Nyonya?" tanya Hannah sekali lagi.

"Ehm...," Nampaknya Erika benar-benar ragu untuk bertanya kepada Hannah.

"Apakah Anda sedang mencari Tuan Nick?" tebak Hannah yang sejak tadi mengamati sikap Erika yang sedikit aneh.

"Ehm..., kau tahu di mana dia?" akhirnya Erika mengucapkan pertanyaannya.

Hannah tersenyum kemudian menjawab pertanyaan Erika. "Tuan sedang berada di kamarnya, Nyonya."

Erika tersenyum canggung kemudian mengucapkan terima kasih setelah itu dia melangkah menaiki anak tangga dengan perasaan yang sulit diartikan. Antara canggung, takut dan penasaran.

Akhirnya dia sampai di depan pintu kamar Nick. Erika ragu untuk mengetuk pintu warna putih tersebut. Dia menarik napas kemudian menghembuskannya setelah itu tangan kanannya terulur untuk mengetuk pintu tersebut.

Tok... Tok... Tok

"Masuklah." Terdengar suara dari dalam.

Tangannya sedikit ragu ketika hendak memutar knop pintu tersebut tapi dia sudah bertekad untuk menemui Nick. Dia tidak bisa berbalik lagi.

Akhirnya Erika membuka pintu tersebut dan langsung di hadapkan dengan pemandangan kamar Nick yang begitu besar dan mewah. Memang Erika sudah berkeliling hampir semua ruangan di rumah Nick tetapi hanya dua ruangan yang belum pernah dimasukinya yaitu ruang kerja Nick dan kamarnya.

Save You - e-book di PSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang