Dear Mark
Aku tahu mungkin ini terlambat. Tapi aku ingin meminta maaf karena telah menyakitimu. Aku tidak menyadari bahwa selama ini kau begitu sangat mencintaiku dan aku baru merasakannya ketika kau telah pergi menghilang setelah malam itu. Bahkan kau tidak datang di acara pernikahanku. Walaupun saat itu aku marah karena perbuatanmu namun aku berharap kau datang di hari bahagiaku.
Ada satu hal yang ingin kuberitahukan kepadamu. Dua hari sebelum hari pernikahanku dengan Nick, aku pingsan kemudian dibawa ke rumah sakit. Dokter mengatakan bahwa aku sedang hamil. Tidak ada yang mengetahuinya selain diriku, bahkan aku terus merahasiakannya terutama pada Nick.
Kau tentu bertanya anak siapa yang aku kandung bukan?
Tidak ada laki-laki lain yang tidur denganku selain dirimu Mark. Karena Nick tidak pernah menyentuhku sebelum hari pernikahan kami. Aku mengandung anakmu tapi aku menikah dengan Nick. Laki-laki yang begitu sangat baik dan mencintaiku. Selama delapan bulan pernikahan kami aku terus berbohong dan berpura-pura bahwa anak dalam kadunganku adalah anaknya.
Tapi diam-diam aku mencarimu namun sia-sia, kau seperti menghilang begitu saja tanpa memikirkan bagaimana keadaanku setelah kau merenggut satu-satunya harta yang paling berharga dalam hidupku. Aku pikir mungkin itu lebih baik karena ada Nick yang mencintaiku dan bayi dalam perutku. Namun aku salah semakin aku melihat Nick mengelus perutku semakin hatiku sakit karena telah membohonginya. Nick terlalu baik.
Dan hatiku entah kenapa menjadi kosong. Perasaanku terhadap Nick berubah. Ternyata apa yang aku rasakan selama ini hanya sebatas rasa kagum, bukan cinta. Dan aku membencimu Mark. Sangat.
Aku membencimu karena ternyata aku mencintaimu. Aku mencintaimu Mark dan maafkan aku tidak bisa menjaga anak kita dengan baik. Dan mungkin setelah kau membaca surat ini, aku telah berada di surga bersama dengan anak kita.
Hanya satu pintaku, jangan pernah membenci Nick. Dia tidak bersalah. Dia sangat mencintaiku walaupun aku telah berbohong padanya.
Maafkan aku Mark,
I Love You, Ellisa
***
Nick menatap wajah Erika yang tengah tertidur lelap akibat pengaruh obat. Hampir saja Erika kehilangan nyawa karena kesalahan yang dilakukan olehnya. Sial. Dia terlalu terburu-buru tadi dan ternyata membahayakan nyawa wanita yang dicintainya. Untung saja pisau itu tidak cukup dalam menggores lehernya kalau tidak Nick akan benar-benar menyesal seumur hidup.
Diusapnya wajah pucat Erika dengan sebelah tangan. "Maafkan aku Erika."
Apa yang terjadi satu jam yang lalu benar-benar di luar dugaannya. Nick meringis ketika mengingat peristiwa yang baru saja terjadi.
"Jangan bergerak!" Erika terkejut seseorang tengah mencekal lengannya dan meletakkan sebuah benda di leher yang dia yakin itu adalah sebuah pisau. Dari suaranya Erika yakin bahwa orang yang sedang menodongkan pisau di lehernya adalah seorang laki-laki.
Sungguh sial baginya. Baru saja dia keluar dari kandang macan kenapa dia harus masuk ke lubang buaya. Nasibnya akhir-akhir ini memang begitu sial.
"Siapa kau?" tanya Erika gugup dan gemetar.
"Tenang saja cantik, kita akan bersenang-senang sebentar lagi." Laki-laki itu terkekeh.
"Kalau kau ingin merampokku, aku tidak punya sesuatu untuk dirampok," ucapnya disela ketakutan karena benda tajam tersebut masih menempel di leher mulusnya.
"Benarkah?"
"Aku hanya seorang gelandangan jadi percuma saja kau merampokku."
Erika ingin bergerak tapi sekali dia melakukannya maka dapat dipastikan pisau itu akan melukai leher dan mungkin akan menyebabkan dia mati.
"Kalau begitu kita bisa bersenang-senang dengan tubuhmu." Laki-laki itu pun terkekeh.
Sial. Batin Erika mengutuk laki-laki sialan yang tengah mencekal dirinya.
"Lepaskan wanita itu, Bung!" Tiba-tiba sebuah suara menghentikan kegiatan laki-laki itu yang berusaha membawa Erika pergi. Dia tahu siapa pemilik suara berat yang kini tengah berdiri di hadapannya. Erika sedikit lega melihat sosok laki-laki yang beberapa hari ini selalu ada di dalam pikirannya. Nick, dia datang untuk menolongnya.
"Ini bukan urusanmu Tuan," balas laki-laki itu tidak begitu suka dengan kehadiran Nick yang sedikit mengganggu kesenangannya.
"Ini menjadi urusanku karena wanita itu adalah milikku." Nick menunjukkan tatapan tajam dan dingin.
"Baiklah kalau begitu kita lihat siapa yang berhak mendapatkan wanita ini." Laki-laki asing tersebut melepaskan cekalannya namun sebelum itu dia berhasil menggores sedikit leher Erika agar dia tidak bisa melarikan diri.
"Sial." Nick segera melayangkan tinjunya setelah melihat Erika yang terkulai di tanah. Pukulan demi pukulan dia arahkan pada laki-laki asing itu. Namun tidak cukup mudah karena beberapa kali Nick juga terkena serangan balik. Bukan Nick namanya kalau tidak bisa menghabisi nyawa laki-laki asing yang telah menggores leher Erika.
Laki-laki itu telah terkapar tidak berdaya di tanah. Nick segera menghampiri Erika yang ternyata tengah pingsan dengan darah yang sudah mengalir dari lehernya. Sial, umpatnya sekali lagi.
Dia kemudian segera menggendong tubuh Erika dan membawanya ke rumah sakit. Dalam perjalanan Nick begitu panik karena darah tersebut tidak juga berhenti. Dia khawatir itu akan melukai saraf utama dan bisa merenggut nyawa Erika. Tidak. Nick segera melenyapkan pikiran buruknya. Erika tidak akan apa-apa. Wanita itu akan sehat kembali.
Erika segera mendapatkan pertolongan setelah sampai di rumah sakit. Nick masih panik serta khawatir kalau terjadi sesuatu yang buruk pada wanitanya. Ah, entahlah apakah Erika bersedia menjadi wanitanya.
Setelah beberapa saat dokter telah keluar dari dalam ruangan di mana Erika berada.
"Anda tidak perlu khawatir Tuan, pasien tidak apa-apa, mungkin kalau sedikit saja terlambat kami tidak akan bisa menyelamatkannya."
Begitulah ucapan dokter yang menangani luka Erika. Dan sekarang wanita itu masih saja tidur setelah satu jam yang lalu. Semua ini gara-gara keterlambatan juga kebodohannya. Untung saja lukanya tidak terlalu dalam dan tidak sampai mengenai saraf utama. kalau tidak, mungkin Nick akan menyesal seumur hidup.
"Maafkan aku Erika." Nick memegang erat tangan Erika.
Setelah Erika sadar Nick berjanji tidak akan pernah melepaskan wanita itu kembali. Dia tidak akan melakukan kesalahan yang sama untuk kedua kalinya.
Nick mencium kening Erika, kemudian membelai wajahnya dengan lembut. Erika telah membuat dinding es yang dibangunnya selama ini mencair. Pertama kali Nick hanya ingin menyelamatkan Erika dari permainan yang dibuat oleh suaminya. Namun ternyata dia peduli hingga membuatnya jatuh hati.
"Bangunlah Erika," ucapnya lembut.
"Aku berjanji akan selalu menjaga dan melindungimu."
****
*
Maaf pendek, tugas akhir tahun banyak banget cuma sempat nulis segini jika kurang panjang nunggu update selanjutnya saja... Daripada aku tidak update sama sekali.
Pilih aku update pendek atau tidak update?? (ketawa jahat)
Ditunggu vote dan komentarnya...
Bakal ada kejutan di akhir tahun jadi tunggu saja update cerita ini...
Peluk cium 😘 veaaprilia
Minggu 18 Desember 2016
KAMU SEDANG MEMBACA
Save You - e-book di PS
RomanceErika Louis Simpsons, Wanita yang dijual suaminya sendiri Joshua Daniel Hoffman karena terlilit hutang hingga mereka bangkrut membuat Erika membenci dan tidak mempercayai makhluk yang bernama laki-laki. Nick Gibson Mackenzie, laki-laki yang ditingga...