Pergi jauh

1K 51 14
                                    

"Gimana ... kalo gue berubah?" Aku sedikit gugup menyampaikan pemikiranku kepada keempat temanku.

"Berubah gimana maksud lo? Jadi power ranger?"

"Bukan gitu. Ish." Aku merenggut kesal. Vitta malah mempermainkanku. Menyebalkan memang.

"Haha. Sorry-sorry. Berubah dalam aspek apa maksud lo? Lo bakal rubah penampilan lo jadi lebih bitchy? Ya Allah, istighfar, Put. Jangan sampe." Ish Vitta ini memang sangat menyebalkan. Apa ia tak bisa menungguku berbicara terlebih dahulu?

"Amit-amit, jangan sampe ya Allah. Lo yang harus nya istighfar. Gak baik ngomong sembarangan kek begitu, dosa loh. Perkataannya lebih dijaga ya, Vit."

Vitta terbengong menghampiriku dengan wajah nya yang terkesan 'komuk' dan 'bopung' itu langsung memegang pipiku dan mencubitnya kasar.

"Argh, ish, sakit." Aku melepaskan tangan Vitta dari wajahku kasar. Aku mengusap pelan pipiku yang terasa berdenyut. Perih sekali rasanya.

"Eh, maaf. Tapi ini beneran lo kan, Put? Subhanallah, temen gue agamis banget. Cinta deh sama kamu. Muah-muah, sayang." Ia melontarkan hembusan nafas dengan telapak tangan tak jauh dari mulutnya. Kiss bye. Aku tersenyum dan menatap Vitta gemas.

"Uuu tayangku."

* * *

Aku berjalan bersama temanku menuju mushola untuk melaksanakan shalat dzuhur. Aku lekas membuka sepatu dan mengambil air wudhu. Aku memakai mukena yang memang sudah tersedia di mushola.

Selesai aku shalat aku memakai kerudungku kembali, aku menatap Salwa dan Amalia yang sudah memakai kerudungnya terlebih dahulu. Aku melipat mukena dan menaruhnya ketempat semula. Aku menghampiri mereka berdua sambil membenahi kembali kerudungku.

"Sal, udah belom?" Aku menatap Salwa yang sedang memakai kacamatanya, aku lihat Amalia sudah selesai dan sedang memainkan ponselnya.

"Udah, ayo."

Aku berjalan turun dari lantai atas menuju bawah. Mataku terpaku pada kak Diva yang terlihat sedang membaca al-qur'an bersama dengan temannya yang lain. Aku memalingkan pandanganku kearah lain, aku ingin menghindari dosa yang kian hari semakin menumpuk. Aku terus berjalan sampai akhirnya tiba didepan mushola, aku mengambil sepatu dan duduk disekitar mushola. Aku memakai kaos kakiku dengan santai, aku menatap kearah depan saat mendengar suara tawa, aku menatapnya dan dia menatapku. Aku langsung memalingkan wajahku kearah sepatu dan segera memakainya dengan cepat.

"Sal, udah selesai, kan? Ayo ke kelas lagi." Aku harus bisa besikap biasa saja dihadapannya. Karena itu pun untuk kebaikannya dan kebaikanku pula.

* * *

Ulangan kenaikan kelas menunggu diminggu yang akan datang. Tak terasa baru saja aku memasuki sekolah ini dan sekarang aku sudah akan menjadi kelas 11. Aku memasukan buku yang berada diatas meja belajar ke dalam tas untuk esok.

Aku membuka ponselku, sudah lama sekali rasanya aku tak melihat foto atau sekedar update-an status terbarunya. Aku mencari namanya dan langsung tertera paling awal, aku melihat satu foto terakhirnya. Ada foto dirinya dan beberapa orang yang lebih tua dari padanya, mungkin kerabatnya. Aku membaca komentar yang tertera difoto itu, aku melihat fotonya yang selanjutnya. Ada foto seperti screenshoot dan ada bagian yang dilingkari dengan tanda merah, alisku mengernyit saat membaca caption yang tertulis difoto tersebut.

Ege üniversitesi, alhamdulilah🙏

Aku mengernyit. Ege üniversitesi itu apa? Semacam universitas? Aku penasaran. Aku membuka mbah google di ponselku. Mataku meneliti sejelas-jelasnya tulisan dihadapanku. Aku sama sekali tidak mengerti apa arti kata itu. Namun terlihat jelas dipaling awal blog. Alamat. Tapi tunggu ... Turkey? WHAT??

WHEN?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang