Berbalik haluan

835 40 10
                                    

Aku adalah sang pemuja
Pada sang cinta yang kupuja
Kapanlah kau merasa?

* * *

Aku berdiri didekat salah satu rak buku yang menyediakan deretan novel yang baru saja hadir ditoko buku. Aku sudah niat ingin berburu novel meskipun itu sedikit menguras uang jajan yang selama ini aku sisihkan untuk membeli banyak buku. Aku gila novel.

Aku mulai mencari buku yang memiliki cover menarik. Menurutku kalau cover nya menarik pasti ceritanya menarik. Mataku menatap salah satu buku dengan cover sepatu, terlihat simple namun membuatku tertarik. Aku meraih buku itu dan membaca sedikit penggalan cerita yang berada dibelakang buku. Lumayan menarik, aku mengambil buku itu dan mencari buku yang lain.

Aku beralih kederetan buku yang berada disebelah, aku melihat ada seorang wanita cantik yang sedang mencari buku juga. Aku tersenyum saat dirinya menatapku dan ia balik tersenyum.

"Halo. Lagi cari novel terbaru?." Ia menyapaku,

"Eh maaf, namaku Citra. Kamu?." wanita ini menjulurkan tanganya. Senyuman manis terus terlihat diwajahnya. Aku membalas uluran tangannya sambil tersenyum ramah.

"Putih, iya nih lagi mau berburu sebelum kehabisan."

"Wah kita samaan ya. Kamu sekolah di mana?."

"Aku sekolah di SMA 4. Baru masuk." Aku mencoba ramah, jujur aku paling tidak suka jika orang baru aku kenal menanyakan ini itu yang membuat rasa nyamanku hilang. Aku paling anti jika privasiku terusik.

"Oh masih kelas 10 rupanya. Aku kelas 12. Eh tadi kamu bilang SMA 4 ya? Aku juga punya seorang sahabat baik disana."

"Kelas berapa? Aku tidak terlalu mengenal kakak kelas." Jawabku sekenanya. Aku juga tidak mudah menghapal nama dan wajah orang-orang disekitarku.

"Kelas 12 juga. Seangkatan sama aku."

"Wah, aku kurang kenal dengan anak kelas 12. Maaf kak."

"Kalau tak salah ia anggota osis." Ia terus berceloteh dengan semangatnya. Tak lihat apa kalau aku sudah mulai malas berbicara tentang kakak kelas? Hey, kami baru bertemu dan dia sudah membicarakan ini itu padaku.

"Dhika. Namanya Dhika Khalam."

Nafasku tercekat dan mataku melotot sempurna. APAA?

* * *

Aku duduk dihadapan wanita cantik ini sambil memakan makananku. Aku memutuskan untuk mengajaknya makan dan dia dengan senang hati menerima ajakan konyol dari orang yang baru ia kenal beberapa menit lalu.

"Apa kamu tak kenal dengan dia? Ternyata dia kurang famous. Ckck."

"Aku tahu dia." Sangat tahu. Sial, bahkan aku mengaguminya.

"Benarkah?" Matanya berbinar dan langsung menghentikan aksi makannya dengan memfokuskan pandangannya kearahku yang masih berkutat dengan makanan dihadapanku.

"Iya. Memang ada apa dengan kak Dhika?." Aku mencoba cuek walaupun rasa penasaran dalam hatiku terus memojokanku untuk bertanya lebih dalam lagi, mengapa ia mengenal kak Dhika?

"Tak apa. Dia adalah sahabat yang paling dekat denganku, bahkan ia selalu bercerita tentang apapun padaku."

"Dan kami juga pernah menjalin hubungan dulu."

* * *

Aku terpekur. Pikiranku masih terpaku pada sore tadi. Setelah aku mendengar perkataannya itu aku memutuskan untuk segera pergi.

Aku membuka Facebook yang sudah lama tak aku buka, sekalian mengerjakan tugas bahasa Indonesia yang harus mengirim sebuah syair ke akun Fecebook milik guru bahasa Indonesia.

Aku melihat-lihat foto yang terdapat didalam akun tersebut. Ada foto angkatan kak Dhika. Aku pastikan dia juga pasti pernah membuat ini. Aku melihat semua status dan kiriman yang dikirimkan, sudah ada anak kelasku yang mengirimkan. Aku terus meng-scroll mencari akun milik kak Dhika.

Tanganku sedikit pegal karena terus-menerus meng-scroll tanpa henti. Tunggu, kenapa aku tidak mencoba dengan mengetik nama lengkapnya dibagian pencarian? Bodoh memang, aku sampai terlupa cara yang paling mudah.

Aku mengetik nama kak Dhika. Dan langsung banyak berderet nama-nama yang mirip dengan namanya. Aku meng-klik akun paling atas yang namanya paling sama dengan nama kak Dhika.

Aku melihat foto profilnya. Dan benar saja itu akun milik kak Dhika. Aku melihta foto-fotonya terlebih dahulu, ada yang saat ia smp dan masih banyak lagi foto selagi ia pubertas.

Aku kembali, aku melihat status-status yang pernah ia tulis. Aku melihat status terakhir baru dua hari yang lalu, berarti ia masih menggunkan akun ini. Aku terus membaca semua status yang ia buat, sampai mataku melihat ada yang sangat menarik, ia ternyata ... berpacaran. Siapa gadis beruntung yang menjadi kekasih dari kak Dhika?

Citra. Itulah nama kekasih kak Dhika. Apakah ia wanita sholeh? Apa ia cantik? Apa ia baik? Apa ia bisa memberi kebahagian kepada kak Dhika?

Tunggu, bukankah wanita yang mengajak ku berkenalan tadi bernama Citra? Aku menghempaskan tubuhku keatas kasur. Oh, ya Tuhan.

Aku bangun dan pergi mengambil wudhu dan lekas melaksanakan ibadah. Ya Allah, hilangkan lah rasa sakit dihati hamba dan buatlah hamba ikhlas dengan semua ini. Jika ia memang baik untukku maka dekatkan lah ya Rabb.

Aku meneteskan air mata didepan sajadah dengan balutan mukena putih. Aku merasa kotor telah menyimpan rasa untuk orang yang tidak halal bagiku, pikiranku sudah tercemar dengan perbuatan zina hati. Aku yakin jika dia memang jodoh yang diberikan Allah padaku maka ia akan senantiasa bersamaku didalam ikatan yang sakral.

Aku melipat sajadah dan membuka mukena. Segera aku rapikan dan aku taruh diatas kasur. Sekarang yang aku butuhkan adalah Mama. Tempat dimana aku bisa mengeluarkan keluh kesah tanpa ragu sedikitpun.

* * *

Pagi ini aku merasa pening. Aku memasuki ruang kelas yang belum ramai, ini masih pukul 06.15 wib. Masih terlalu pagi bukan? Mungkin aku sedang semangat sekali hari ini. Aku duduk sendiri, Vitta belum menunjukkan batang hidungnya, mungkin ia masih dijalan. Aku membaca ulang materi bahasa jepang yang akan dijadikan bahan sebagai ulangan harian siang ini. Mataku pening melihat hiragana, makin pening saja kepalaku ini. Aku berdiri dan hendak pergi ke kamar mandi, memcuci mataku yang agak berat, masih terasa kantuk.

Pikiranku melayang pada saat semalam, aku membaca kisah romance penulis terkenal, dan aku menemukan kisah Fatimah Az-zahra. Anak kesayangan dari nabi Muhammad. Aku sangat kagum padanya, selain cantik dan sholehah ia juga dapat mengendalikan perasaannya, ia dapat menghindari zina hati, bahkan setan pun tak tahu apa yang beliau rasakan. Sungguh aku terpana saat membaca kisahnya. Aku bertekad akan mencoba seperti yang beliau lakukan, mencoba membuang perasaan yang membuatku bodoh dan semakin tenggelam dalam kemaksiatan. Bismillah, akan ku coba. Kalau memang aku berjodoh dengannya, pasti dia akan datang padaku dengan atas izin Allah, semuanya sudah diatur oleh Allah di lauhul mahfuzd. Aku mengelap wajahku yang basah dengan tisu dan berjalan kembali menuju kelas.

* * *

WHEN?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang