Tiga tahun berlalu. Aku sekarang adalah seorang mahasiswi semester 2 yang sedang sibuk dengan UTS yang akan dilakukan pada minggu depan. Aku sekarang adalah mahasiswi kedokteran. Vitta, dia mengambil jurusan pendidikan, Caca calon disainer dan Tara dia sama sepertiku, calon dokter.
Awalnya aku ingin menjadi seorang pilot, namun jika dipikir ulang aku ragu untuk mempertaruhkan nyawa ratusan orang yang aku bawa dalam pesawat. Memang sama besarnya dengan tanggung jawab menjadi pilot, jadi dokter pun tanggung jawab nya sangat besar. Apalagi jika sedang operasi, jika sudah salah sedikit bisa terjadi pendarahan. Jika salah obat, orang lain bisa keracunan. Kan berabe. Musti perlu sangat dan lebih teliti jika jadi dokter.
Aku berada disamping Rika, teman fakultas kedokteran yang satu kampus denganku, sudah satu tahun belakangan ini ia selalu disampingku. Tara, Vitta, dan Caca memang berpisah kampus denganku. Mereka memilih jalannya masing-masing. Sudah saatnya kami melangkah lebih jauh.
Aku memainkan sedotan es teh manis yang aku pesan saat sampai dikantin. Aku sengaja tak memesan makanan karena sudah sarapan tadi rumah. Aku hanya menemani Rika yang belum sarapan sebelum kami masuk kelas di jam 9.
"Nanti abis ngampus anterin gua belanja yok, Put. Keperluan di kost-an udah mulai menipis nih, akhir bulan."
Ya, Rika memang nge-kost di Ibukota. Berbeda denganku yang pulang pergi Bandung-Jakarta setiap hari. Mamaku tak mengijinkan untuk nge-kost, diizinin untuk kuliah diluar Bandung juga sudah alhamdulilah.
"Siap." Aku menyeruput es teh manis yang sudah habis. Rika juga sepertinya sudah menghabiskan ketoprak yang ia pesan.
Aku dan Rika pergi saat melihat jarum jam sudah menunjukan sembilan kurang 15 menit.
* * *
"Beli apalagi ya, Put, kira-kira?," Rika mengambil salah satu sabun mandi yang ia lihat terlebih dahulu masa kadaluarsanya.
Aku mengedikkan bahu, "Gak tau."
"Kayaknya udah semua deh, bayar yuk." Aku mengangguk dan mendorong troley yang berisikan belanjaanku dan Rika. Meski kebanyakan belanjaan milik Rika.
Selesai berbelanja aku dan Rika pergi ke arah caffe. Perutku sudah keroncongan rasanya.
Aku duduk menunggu pesanan yang sudah dipesankan oleh Rika sementara aku pergi ke toilet sebentar.
"Udah ke toilet nya?," Tanya Rika saat aku baru saja duduk dihadapannya. Aku mengangguk tanapa mau menjawab ucapan Rika.
"Putih." Seseorang menepuk pundakku pelan.
Aku menengok, "eh, halo, kak Manda."
"Wah, udah gede. Makin cantik aja, kuliah dimana, Put?" Kak Manda itu kakak kelasku, dia pernah satu ekskul denganku dulu saat di teater.
"Hehe, iya, kak. Di UNJ. Kakak kuliah dimana?," aku bangun dan bersalaman dan capaka-cipiki ala ibu-ibu yang lama tak bertemu.
"Aku di UNPAD, lagi main aja ke Jakarta."
"Eh, ini kak kenalin temanku, Rika. Rik, ini kak Manda." Rika bangun dan berjabat tangan dengan kak Manda sambil mengucapkan namanya.
"Eh, Put, gimana masih suka?,"
Suka?
Maksudnya? Sama dia?
* * *
Aku tersenyum canggung saat pertanyaan yang aku pun tak tahu apa jawabannya. "D-duduk sini, kak, bareng kami."
Dia tersenyum, "oke."
"Eh, dia kan lagi pulang ke Bandung. Keluarga dekat nya ada yang meninggal. Katanya sih kakeknya."
KAMU SEDANG MEMBACA
WHEN?
Teen Fiction"Jadi, kapan Kak Dhi suka sama gue?" -Putih "Percuma, dek, perhatian sama saya, saya sudah punya calon istri!" -Dhika Sep, 2016