Kicau burung menggema dilangit. Mentari pagi menunjukan sinarnya. Banyak siswa-siswi memasuki kantin di salah satu sekolah Negeri di daerah kota Bandung.
Aku bersama teman-teman baruku pun ikut berdesak-desakan di kantin. Terlalu banyak orang jika untuk pagi hari. Aku berhenti sejenak ditengah kerumunan orang-orang yang hilir mudik membawa makanan ditangan mereka masing-masing.
"Mau beli apa ke kantin?" Tanyaku.
"Gak tau, gua cuma nganterin yang mau ke kantin aja." Jawab Tara. Ia salah satu temanku, wajah nya seperti orang China namun asli oriental.
"Lu mau beli apa, Ca?" Aku mengalihkan pandanganku pada Caca, ia keturunan Arab, berhidung mancung dan gigi berbehel.
"Gua udah sarapan tadi di rumah. Gua kan ngikutin kalian doang." Jawab Caca sambil mengedikan bahunya. Kami ber-empat saling pandang dan langsung tertawa sejenak. Meratapi kebodohan kami. Jika tidak ada yang ingin dibeli, untuk apa pergi ke kantin dan berdesak-desakan?
"Udahlah balik lagi aja." Ucap Vitta, gadis berkerudung dan memakai kacamata. Sebenarnya kami semua berkerudung kecuali Tara. Ia bilang kalau dia belum siap jika berkerudung,
"Eh, Tar, itu si Miko noh." Kami mengalihkan pandangan dan langsung melihat ke sisi pojok kantin yang menghadirkan penampakan 3 orang yang sedang asik memakan sarapan mereka masing-masing.
"Haha. Udah ah balik ke kelas lagi." Tara tersenyum,
Kak Miko itu kakak kelas, anak kelas 11 ipa 3, anak basket dan memakai kacamata gagang merah.
Kalau sudah melihat salah satu kakak kelas tampan, pasti ujung nya jahil. "Aa Iko, Aa Iko..." Mulut ku ini memang 'agak jahil plus usil, sambil terus meledek Tara dan mencolek-colek dagunya gemas.
"Jirr, Aa Iko. Sadis lah." Caca memegang perut nya yang sakit karena tertawa, dia paling jahil sebenarnya. Devil.
Sang empunya nama pun 'agak celingukan, merasa dipanggil seperti nya.
"Kalian ih, udah. Dia kaya nyari orang yang manggil tau." Tara cemberut sambil menarik-narik lengan baju Vitta. Ingin segera bergegas pergi dari kantin sepertinya. Hmm.
"Sabar, Tar. Belum waktu nya balik ke kelas. Belum bel, elah." Tukas ku. Masih belum puas menggoda.
"Udah deh, balik ke kelas aja. Lagian 'gak ada yang mau beli makanan 'kan." Vitta itu emang bestie Tara parah. Kaya kembar 'tak identik gitu.
"Baik, Baginda."
* * *
"Gua 'kan semalem chat doi lagi. Hmm." Ucapku didepan keempat temanku sambil memegang ponsel dan senyum-senyum.
"Ciee. Chat apa lo?." Balas Vitta, Vitta ini memang paling mendukungku saat sedang berjuang mendapatkan 'gebetan'ku.
"Dia bales apaan?." Tara juga langsung bertanya dengan semangat nya.
"Dijamin cuma di read aja 'kan." Caca ini memang kurang suka jika aku mendekati kakak kelas itu. Dia pernah berkata 'kita itu cewek, jangan terlalu agresif. Cowok yang lo deketin ilfeel yang ada' dan hanya aku iya-kan saja.
"Baca aja. Hehe, tau aja, Ca." Aku hanya bisa tersenyum lebar jika sudah di tanya seperti itu oleh Caca, karena memang betul lelaki yang aku dekati itu sangat ketara sekali kalau dia ilfeel padaku. Tapi sudah terlanjur malu dan terlanjur berjuang. Jadi, sudahlah.
Jangan tidur terlalu malem ya, Kak. Besok sekolah, jan sampe telat. See U. 20:15. [Read]
"Cih. 'Gak ada bosen nya ya lo kirimin dia chat alay kek gitu, dia yang ada makin males sama lo." Tukas Caca kasar dan sarkastik.
KAMU SEDANG MEMBACA
WHEN?
Teen Fiction"Jadi, kapan Kak Dhi suka sama gue?" -Putih "Percuma, dek, perhatian sama saya, saya sudah punya calon istri!" -Dhika Sep, 2016