Tarik-hembus. Itu yang aku lakukan selama beberapa saat membaca chat terakhir yang berasal dari kak Dhi. Tanpa terasa air mataku sudah berkumpul di pelupuk mataku siap meluncur.
"Gak boleh nangis, berusaha dewasa. Jangan kaya anak kecil lagi."
Hanya dengan kata-kata itu aku bisa memainkan jari ku di atas keyboard ponsel.
Iya, Kak. Sorry. 21.02
Maaf udah bikin kaka baca chat alay aku dan maaf udah bikin risih. 21.03* * *
Esok nya aku pun bercerita kepada ketiga teman-temanku bahwa aku sudah gagal dalam memperjuangkan cinta, ternyata aku kalah telak oleh calon istri nya itu. Calon istri nya begitu idaman, cantik, shalehah, baik, pintar, tinggi, dan sederet kesempurnaan lainnya yang diberikan Tuhan padanya.
"Udahlah sekarang mah move on aja." Ucap Caca sambil memakan makanan yang baru ia beli.
"Iyasih move on aja, ntar juga dia kena karma." Kata Tara. Vitta hanya diam, tak mengeluarkan pendapat nya.
"Dia mana mungkin kena karma." Ucapku lesu.
"Dia 'kan udah bikin lo nangis beberapa kali, dia pasti dapet karma nya, meski bukan dari lo langsung."
"Paling ujungnya dia yang balik ngejar-ngejar lo."
"Gamungkin dia balik kejar-kejar gue." Sudah kuputuskan bahwa aku akan bangkit, dan perasaanku mengatakan bahwa aku akan sulit untuk bangkit dan jatuh cinta lagi.
"Mungkin lah. Gaada yang gamungkin." Tara berucap 'agak kesal,
"Kenapa juga mesti gamungkin. Bener kata Tara gaada yang impossible." Vitta menambahkan.
"Karena ini bukan novel romance remaja yang dimana cewek nya ngejar-ngejar cowok terus ditolak. Dan cowok nya kena karma, dan malah balik ngejar ceweknya dan berakhir happy ending."
* * *
Pagi nya aku terbangun dan langsung bergegas ke sekolah, aku memasuki ruang kelas dan langsung menaruh tas dan menghampiri Vitta yang duduk sambil memegang ponsel nya.
"Vit, ada pr 'gak?." Aku duduk dihadapan Vitta. Vitta mendongak mengahadapku dan yang pertama aku lihat adalah mata 'panda' yang berada di bawah mata Vitta.
"Gak ada." Jawab Vitta pelan, air mata mulai bergerumul dimata Vitta. Dan aku langsung berdiri menghampiri Vitta dan langsung memeluknya erat.
"Udah jangan nangis." Aku menepuk dan mengusap punggung Vitta pelan yang menangis semakin jadi.
"Ayo keluarin aja semuanya biar lebih tenang." Aku sebenarnya ingin bertanya kenapa ia seperti ini namun Vitta terus menangis di bahuku.
"K-kak Andi, P-put." Ucap Vitta pelan, tangis nya sudah sedikit reda, ia melepaskan pelukannya dan langsung bergeser tempat duduk. Aku duduk disamping Vitta dan masih mengusap tangan Vitta pelan.
"Kenapa sama Kak Andi?." Aku berusaha bicara selembut mungkin.
"D-dia balikan sama m-mantan nya lagi." Masih terisak, ia terlihat seperti sedang menguatkan diri untuk menceritakan itu padaku.
"Mantannya?." Aku sedikit terkejut mendengar perkataan Vitta barusan. Bukankah dia sudah move on? Kenapa bisa balikan sama mantannya lagi? Dasar lelaki.
"Ba-barusan mantan nya update foto bareng K-kak Andi di ig. Dan l-lo tau caption nya apa? 'everything hasn't change'. B-bayangin, P-put."
"DEMI APA, LO?"
***
"Harusnya lo dengerin penjelasan dari kak Andi dulu, jangan salah sangka dulu. Kalian baru jalan 3 hari gini masa mau udahan sih." Aku memeberikan saran kepada Vitta yang langsung menyimpulkan begitu saja, walau awalnya aku juga sedikit kesal dengan sikap kak Andi.
KAMU SEDANG MEMBACA
WHEN?
Teen Fiction"Jadi, kapan Kak Dhi suka sama gue?" -Putih "Percuma, dek, perhatian sama saya, saya sudah punya calon istri!" -Dhika Sep, 2016