Kode jodoh

780 35 0
                                    

"Tiba-tiba aja dia berenti didepan gua dan ngajak bareng." Ucapku meyakinkan teman-temanku. Caca yang baru datang langsung histeris saat Vitta dan Tara menceritakan kejadian yang menimpaku tadi.

"Sulit dipercaya." Ucap Caca yang masih terbengong-bengong mendengar ceritaku.

"Gila, dikit lagi, Put. Pepet terus." Ucap Vitta menyemangati.

"Dulu siapa yang gak suka kalau gua deketin dia?." Ucapku menyindir.

"Hehe, sorry, Put." Ucap Caca sambil tertawa kecil dan mengangkat kedua jarinta membentuk huruf 'V'.

* * *

"Pusing pala gua."

"Mabok gila"

"Otak gua blank."

"Pengen muntah sumpah." Okey yang ini gak nyambung banget. Ulangan hari ini sudah selesai dan kami semua baru saja keluar dari kelas.

"Vit, kamar mandi yok. Pen pipis." Ajakku pada Vitta, biasanya yang paling sering pengin pipis ya Vitta tapi kali ini entah kenapa aku ingin buang air.

Saat berjalan menuju toilet wanita aku melewati mushola sekolah, dapat dilihat ada beberapa orang yang sedang membersihkan mushola, ada yang sedang menyapu dan ada pula yang sedang membersihkan pintu kaca mushola. Mataku tertuju pada seseorang yang sedang menyapu, mata itu menatap balik mataku dan aku terkejut saat ditatap balik olehnya. Aku langsung sedikit berlari dan mengusap dadaku yang berdegup kencang. Nyebut, Put. Ucap batinku.

"Ciee, kek pilem india aja lo. Pake tatap-tatapan segala." Vitta berjalan dibelakangku. Oh my, aku lupa bahwa aku sedang berjalan bersama Vitta.

"Diem lo, curut." Dan aku lari meninggalkanya menuju kamar mandi.

* * *

"Main dulu kek, masa langsung balik sih." Kini hanya ada aku, Vitta dan Tara. Temanku yang lain sudah pulang kerumah masing-masing dan ada pula yang pergi main terlebih dahulu.

"Hari ini yang lomba futsal di gor, smp kita ya, Pit?. Nonton itu aja yuk." Ajak Tara dengan semangat.

"Iyatah? Hayu aja sih gua mah." Ucap Vitta.

"Gua gimana? Malu kali kesana, pasti banyak temen smp lo." Ucapku sedikit murung.

"Selow aja, lo juga temen kita kan." Hibur Vitta sambil merangkul bahuku.

"Eh, tapi hari ini gak bisa. Baru inget kalo gua disuruh langsung balik. Mau nemenin Mama kondangan gua. Bye, duluan." Aku pun langsung pergi tanpa mendengar perkataan mereka lagi.

* * *

Aku berdiri didepan cermin dan sedikit merapikan kerudung satin gold yang aku pakai untuk ke pesta pernikahan teman Mama. Aku memakai black dress dengan model juntai dan dibagian dada sampai perut banyak permata indah yang menghiasi. Sebenarnya ini sama seperti yang Mama dan kakakku pakai.

Aku memakai wedges cokelat dengan hak 5 cm. Tinggiku hampir menyamai Mama yang tinggi nya hampir 165 cm itu, sedangkan kakakku itu sedikit pendek dibandingkan aku. Aku tinggal berempat dengan Mama, kakak perempuanku dan anaknya. Ayahku sudah tenang dirumah Allah sejak aku menginjak smp. Kakakku yang lainnya sudah menetap dirumah mereka masing-masing.

"Ayo, udah belom. Aa udah nunggu di rumahnya." Ucap Mamaku. Rumahku dan rumah kakakku yang laki-laki paling besar bersebelahan. Sedangkan kakak wanita tertuaku berjauhan rumahnya, dan jangan lupakan kakak lelakiku yang paling jahil dan sudah jinak setelah menikah yang tinggal berjauhan dengan rumahku.

"Eneng udah beres, Teteh tuh lama." Aku menyampirkan tas kecil dibahuku dan berdiri di depan cermin.

"Bentar, si dedek pake sepatu dulu." Ucap kakakku.

WHEN?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang