Jadi, kapan?

866 47 0
                                    

Bell istirahat kedua pun sudah berbunyi baru saja. Aku, Vitta dan Tara berjalan menuju kamar mandi wanita. Jangan tanya kemana perginya Caca, karena jawaban nya pasti tak jauh dari teman-teman arabnya yang lain.

Saat berada di koridor yang hampir menuju kamar mandi mataku lurus melihat kedepan tanpa memperhatikan sekitar. Saat sampai di ujung koridor mataku menatap sesorang yang ingin aku hindari sejak kemarin malam.

Mataku terus menatap nya sambil terus berjalan, dia menatapku. Dan aku langsung mengalihkan pandanganku ke arah kedua temanku yang berjalan dibelakangku. Aku berjalan dengan cepat sambil sesekali berlari menghindari lelaki itu.

Aku memasuki kamar mandi dan mengatur nafasku yang tidak beraturan. Vitta dan Tara menghampiriku dan mengusap punggungku pelan.

"Gausah dipikirin."

* * *

"FIX LO JODOH SAMA DIA." Caca berteriak di kelas yang langsung menghadirkan tanda tanya diwajah teman sekelasku.

"Gua sih mau banget." Ucapku santai. Yang langsung dihadiahi tatapan tajam dari para temanku itu.

"Itu sih mau lo." Tara mendorong pelan bahuku sambil tertawa.

Aku tersenyum saat mengingat perkataan Caca barusan. Aku tak sabar menunggu itu terjadi.

"Jadi kapan kak Dhi suka sama gue?." Dengan senyum yang tak lepas dari bibirku aku terus membayangkan bahwa suatu saat nanti kak Dhi akan mencintaiku.

"Selow. Otewe."

* * *

Caca duduk disampingku yang terus memainkan ponselnya dan sambil sesekali mengikuti alunan musik yang berasal dari ponsel nya.

Sesekali ia tersenyum lalu dengan semangat memainkan ponsel nya lagi. Terus seperti itu selama beberapa menit ini.

Guru hari ini sedikit terlambat masuk, hanya ada kertas tugas yang baru saja diberikan oleh guru piket.

Aku masih sibuk memperhatikan Caca yang masih memainkan ponselnya tanpa mau mengerjakan tugas yang sudah ditulis di papan tulis oleh sekretaris kelas.

Aku sudah hampir selesai mengerjakan tugasku dan hendak memberitahu Caca bahwa ada tugas yang diberikan oleh guru piket tapi Caca dengan semangatnya langsung memanggil namaku dengan tanpa perduli orang lain terkejut mendengar suara nya yang nyaring.

"PUT, GILA-GILAAA. GUA SENENG BANGET."  Caca sedikit mengguncang bahuku kasar tanpa sadar bahwa aku kesakitan dan sedikit pusing diguncangkan seperti itu.

"Apa sih, Ca, pusing nih gua." aku melepaskan tangan Caca yang berada dibahuku kasar dan sedikit mendengus kesal.

"Hehe, sorry. Seneng banget gua. Akkhhh." Ia berteriak lagi, kali ini lebih kencang dibanding yang sebelumnya.

"Berisik lo, arab." Ucap Wicak yang terganggu dengan teriakan Caca barusan.

"Iyasih, mingkemin mulut lo napa. Teriak terus lo." Sambung Yunus yang sama geramnya dengan Wicak.

"Ih suka-suka gua dong." Jawab Caca tidak suka.

"Dikasih tau malah nyolot. Selow dong." Ucap Yunus yang sudah sedikit emosi dengan perkataan yang dikeluarkan Caca barusan.

"Udah deh, ngomong mulu lo. Bising." Caca menyudahi 'perkelahian mulut' yang terjadi beberapa menit yang lalu. Ia menatapku dengan mata berbinar dan senyum tersungging manis dibibir dengan sederet gigi berbehelnya.

"Lo mau tau gak, Put." Dia dengan semangat nya bertanya padaku, aku hanya mengangguk pelan tanpa mau menjawab pertanyaan Caca barusan.

"Masa si Muiz nge-LINE gua lagi sih. Sumpah gua seneng banget." Ucap Caca makin bersemangat, diluar ekspetasi Caca yang selama ini cuek dengan keberadaan kaum adam dan kali ini dia sedang diambang tali asmara.

Muiz, lelaki itu adalah salah satu teman Caca. Dia tinggal di Surabaya. Sudah berkuliah dan selalu menghubungi Caca, kira-kira sebulan itu dua atau tiga kali mereka bertegur sapa lewat chat LINE.

Walaupun Caca sering bilang tidak suka pada Muiz tapi kalau sudah mendapat chat dari Muiz wajahnya langsung berubah lebih cerah dari biasanya.

"Seriusan lo?." Tanya ku dengan penuh semangat juga.

"Iya, barusan. Dia bilang dia kangen gua. Gua seneng banget." Ucap Caca dengan senyum yang terus mengembang.

"Wah perkembangan pesat. Keep deketin doi." Balasku.

Wajah Caca langsung berubah, jadi lebih datar dibanding air muka nya yang tadi.

"Gua kan udah bilang kalau gua gamau pacaran." Ucap Caca datar. Ah, aku lupa kalau Caca ini anti pacaran. Dia ini tipe yang paling naif, tidak mau mengakui perasaanya sendiri.

"Iya deh tau, nyonya."

* * *

Saat pulang sekolah aku tidak langsung pulang kerumah melainkan pergi kesalah satu mall didaerah Bogor yang menyediakan toko buku lengkap.

Aku berjalan dideretan novel yang baru saja diterbitkan. Mengambil salah satu dan membaca sedikit penggalan prolog nya.

Aku pergi mecari-cari novel yang aku inginkan. Mataku menatap salah satu cover buku dari kejauhan dan langsung bergegas sedikit berlari ke tempat dimana buku itu berada.

Aku sudah mendapatkan apa yang aku inginkan sekarang. Aku berbalik tanpa memperhatikan jalan dan tanpa sadar menabrak seseorang yang berada didepanku sampai kacamata yang ia pakai terlempar di dekat kakiku.

Aku mengambil kacamata itu dan hendak mengembalikan kepada pemiliknya.

"Ini kacamatanya. Ma--af." Tenggorokan ku terasa kelu saat melihat seseorang yang berada dihadapanku. Kak Dhi. Dia, ngapain disini?.

"Ehm. Iya gak apa-apa." Suara nya terdengar indah mengalun ditelingaku. Dia mengambil kacamatanya masih berada ditanganku yang menggantung diudara sejak melihat mata tajam itu.

"Maaf sekali lagi. Aku duluan." Segera aku berlari dari hadapan kak Dhi ke kasir dan lekas membayar novel yang aku beli.

* * *

Hatiku masih berdebar sampai saat ini, rasanya malu dan sedikit  gugup berhadapan dengan dia. Rencana move on gagal sudah. Bagaimana aku bisa bangkit jika terus bertemu denganya.

Aku sedang berada diperjalan pulang, sambil duduk dibelakang abang ojek online yang aku pesan tadi aku memainkan ponsel dan mengetikan beberapa kalimat di multichat dimana teman-temanku berkumpul.

Tiba-tiba motor yang aku naiki berhenti. Tenyata lampu merah, aku kembali memainkan ponsel dan kembali mengetik sesuatu di ponselku.

Suara deru motor yang aku hapal terdengar di indera pendengaranku. Aku melirik kesamping dan langsung sadar bahwa itu motor milik lelaki tadi. Kak Dhi.

Kenapa harus terus ketemu sih? Jodoh sih jodoh, tapi masa dia terus ngikutin sih. Pikirku percaya diri.

* * *

Update double ya, kemaren kan gak ngepost. Happy reading.

WHEN?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang