Suara weker yang nyaring membuat aku terbangun dari tidur lelapku. Aku menguap dan mengucek mata pelan. Aku melihat jam diatas nakas samping tempat tidurku. Masih pukul 04.32 wib.
Aku bangun dari tempat tidur dan merapikan ranjangku. Setelah rapi, aku berjalan keluar kamar. Aku mencium aroma yang sangat menggiurkan dari arah dapur. Aku berjalan kearah dapur yang terdengar sedikit berisik.
"Masak apa, Ma?." Aku menghampiri Mamaku yang sedang asik dengan masakannya.
Mamaku menoleh kearahku dan tersenyum. "Bikin capcay. Cepet mandi, shalat terus makan sebelum berangkat."
"Siap, captain." Aku memasuki kamar mandi dan bergegas mandi.
* * *
"Ma, udah bikin bekel belom? Sama Eneng aja buat nya." Aku turun dari kamar setelah mandi dan shalat. Aku menghampiri Mama yang sedang menyusun makanan dimeja makan. Meski kami hanya tinggal berempat namun kebiasaan Mama yang selalu masak banyak tak bisa diganggu gugat.
"Belom, yaudah bikin sendiri aja sana."
Setelah mendapat restu Mama untuk mengacak-acak dapur, aku lekas pergi meninggalkan Mama menuju dapur.
Apa aku buatin satu untuk kak Dhi aja ya? Kan lumayan bisa hemat. Pikirku.
Aku tersenyum dan memasang celemek, waktunya bertempur.
* * *
Aku memasuki gerbang sekolah, aku sengaja berangkat 'agak siang agar bertemu dengan kak Dhi. Jika aku pergi ke kelas terlebih dahulu, maka makanan ini tak akan sampai ke tangan kak Dhi. Yang ada pasti dimakan oleh teman-temanku.
Aku duduk dikursi yang ada diparkiran, lumayan banyak kakak kelas yang baru datang dan memarkirkan kendaraannya.
Aku mengikuti alunan indah suara Taylor Swift dalam lagu you belong with me. Mataku menangkap seseorang yang aku tunggu sedang membuka helm limenya. Aku tersenyum dan menghampiri kak Dhi yang akan turun dari ninja birunya.
"Hai, kak." Aku menyapa kak Dhi.
Kak Dhi hanya menoleh dan menatapku sebentar tanpa membalas sapaanku. Aku tersenyum masam.
"Aku bikin ini buat kakak." Aku mengasongkan kotak bekal tupperware man black-blue. Dengan sedikit menunduk dan tersenyum kecil.
"Kamu gak perlu bikinin saya bekal." Ucapan itu membuat aku mendongak menatap mata hitam kak Dhi. Apa katanya? Tak perlu buat bekal untuknya? Aku kan hanya berbuat baik.
Kak Dhi berjalan meninggalkanku dengan keadaan kaget dan mulut setengah terbuka. Kenapa sikapnya berubah drastis seperti ini? Kemarin masih baik deh. Mungkin kemarin dia sedang jinak.
* * *
"Lo kemana aja, Put? Siang bener datengnya." Vitta menghampiriku yang baru saja melepas tas dan duduk.
"Iya. Biasanya lo pagi, Put." Tara mengikuti Vitta yang berdiri diam didekatku.
"Muka lo kok galau." Caca yang sedari tadi diam akhirnya terdengar suaranya.
"Gak apa-apa lagi pengin siang aja berangkatnya. Muka Selena gue kan emang gini dodol."
"Ahh, kayaknya gua tau deh. Pasti kak Dhi, kan?. Ngaku deh lo." Tara mencolek-colek tengkukku pelan, ia selalu tahu kelemahanku. Aku tertawa dan akhirnya mengangguk pelan tak kuat menahan siksaan ini.
"Sudahku duga."
* * *
Jam istirahat sudah dimulai beberapa menit yang lalu. Aku baru saja duduk sehabis dari kantin mencari makanan kesukaanku. Ongol-ongol.
KAMU SEDANG MEMBACA
WHEN?
Teen Fiction"Jadi, kapan Kak Dhi suka sama gue?" -Putih "Percuma, dek, perhatian sama saya, saya sudah punya calon istri!" -Dhika Sep, 2016