35

6.6K 361 18
                                    


"Mar, tadi Ali telepon aku. Dia bilang, dia butuh teman cerita dan kebetulan dia disini. Sebagai kakaknya aku juga gak tega, kamu ikut ya?" ucap Kaia kepada suaminya itu

"iya aku ikut, aku paham kok! Apalagi dia setahun ini sendirian terus kan?" Kaia mengangguk, Amar mengelus pucuk kepala istrinya dan mengecupnya.

"yaudah, kita kumpul yuk sama Al sama Verrel sama yang lainnya ke bawah"Kaia mengangguki ucapan suaminya itu dan menuju kebawah untuk kumpul.

"yeee, pasangan yang manja ini baru dateng! Romantis romantisan mulu yak?!" ledek Al

"apaansih, abis bocan gue"

"bocan? Bolak kali elo mah, bobo galak, rrr"ledek Al yang dihadiahi tatapan tajam dari Kaia, pasangan itu memilih duduk.

"oh ya, gue nanti mau ketemu sama Ali. Anak itu kasian, satu tahun ini nyariin pujaan hatinya eh sekalinya ketemu nyesekkin banget, cari ulah juga sih. Ada yang mau ikut?" jelas Kaia.

"gue ikut deh, gue gak terlalu tau banyak yang tadi dia omongin di cafe"ucap Verrel.

" itu anaklo kak, kan gak bisa banget lepas dari elo, nanti nangis lagi"lagi dan lagi Al meledek kakaknya itu.

"kan ada pacarlo sama istri gue, lagipula juga Prilly sama sahabat sahabatnya disini. Makannya, kalau iri langsung nikahin"Al mencibir mendengar kata kata di ucapan terakhir kakaknya itu.

"gue maunya kalau masalah si bungsu udah kelar baru dah dia gue nikahin"

"intinya pada mau ikut?" tanya Kaia yang sudah mumet melihat perdebatan adik kakak ini. Verrel mengangguk.

"iyadeh gue juga ikut, kepo gue"

###

Ali melihat dirinya di pantulan cermin, mengamati setiap inci wajahnya. Pipinya sedikit menirus, dibawah matanya ada garis hitam yang tercetak, rambutnya menjadi sedikit panjang, dan bibirnya pucat.

"kayak mayat hidup gue, iss, udah udah. Nah kan, udah jam berapa nih? Gue harus ketemu Kaia"ia melihat arlojinya yang ada di pergelangan tangannya. Ia memasukkan ponsel ke dalam saku celananya dan juga dompet, lalu bergegas menuju tempat janjian mereka bertemu.

"duh, Kaia mana sih? Gak mungkin kan gue telepon dia lagi? Pulsa gue nanti abis kan rugi, gak bisa ngestalk bidadari." gumam Ali saat sudah sampai taman, ia melihat sekelilingnya dan tersenyum tipis saat melihat Kaia berjalan ke arahnya.

" Ali, sini aja!" teriak Kaia, Ali berjalan menyusul ke arah kakaknya itu, lalu menyalami kakaknya yang sudah lama tak jumpa.

"ciee lagi ngandung ponakan gue, semoga cakepnya kayak gue"ledek Ali, Kaia menaikkan sebelah Alisnya.

"kalau mau yang cakepnya kayak elo, nikahin dah tuh yang itu"Ali menatap datar kakak iparnya itu dan menghembuskan nafas kasar.

"dapet permintaan maaf darinya aja susah banget, apalagi nikahin. Gue sih bego banget pake ngomong begituan, jadi ya gini deh akibatnya"lirih Ali, seseorang menepuk bahunya.

"yang penting lo minta maaf dulu sama gue, nanti gue bantuin dah tuh dapetin maaf dari si unyil itu"Ali menolehkan kepalanya, terdapat Al dan Verrel yang sedang tersenyum.

" maafin gue ya, gue bodoh banget ucapin kata kata kasar ke adik kalian. Bahkan, kalau waktu bisa diulang gue pengen memperbaiki itu semua"sesal Ali.

"iya kita paham, jadi gimana lo mau minta maaf lagi?"

"gue mau buat kejutan untuk dia, buat dia tersenyum lagi, bukannya sedih"ucap Ali,

"jadi kapan lo buat itu semua?" tanya Al, Ali sedikit berfikir.

Malaikat TerindahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang