Bonus Chapter

3.9K 164 6
                                    


pesan untuk cerita ini : maaf jika tidak nge-feel huhu :')

Happy reading~

☘️☘️☘️

Usia Zean sudah menginjak 25 tahun sekarang dan tentu saja sudah memiliki kekasih.

Ali yang tidak bisa dibilang muda lagi, hanya sesekali datang kekantor untuk mengecek hal-hal yang menurutnya penting. Atau jika ada waktu luang, Ali memilih mengunjungi makam Prilly.

Menjadi ayah, sekaligus pengganti ibu untuk Zean selama ini tidaklah mudah bagi Ali, bagaimana pun ia merasa kesulitan. Tapi, mengingat tawa mendiang istrinya, membuat Ali kembali bangkit dan berusaha menjadi orangtua yang baik untuk Zean.

Hingga, Zean sudah tumbuh dewasa. Lelaki ini semakin mengerti akan semua hal yang dilaluinya dulu, tentang kemana ibunya pergi atau apa yang terjadi pada ibunya pada waktu lalu.

Zean mengalami semua hal yang ada dipikirannya dengan baik, ia bisa sukses, ia bisa mencari seseorang untuk mengisi hatinya, ia bisa membahagiakan ayahnya, ia juga bisa membahagiakan ibunya walau ia tidak bisa bertemu.

Prilly yang selama ini hanya bisa memperhatikan Zean dari tempat yang berbeda, tentu saja bangga akan putranya itu. Wajahnya tampan, persis seperti Ali dulu, otaknya cerdas dan memiliki pribadi yang ramah, walau terkadang ceroboh akan waktu.

Ali juga merasa bangga, ia bahkan pernah menangisi hal ini. Anak kecil yang selalu bertanya apakah ibunya akan kembali nanti, atau dimana ibunya sekarang, kini sudah menjadi orang yang sukses. Jika diingat lagi masa-masa sulit saat Ali mengurusi Zean balita, akan membuat Ali rindu dan terkekeh sendiri. Anak menggemaskan itu sudah menjadi anak tampan.






"Pah" Ali menolehkan kepalanya saat seseorang menepuk pundaknya, ia tersenyum menatap putranya.

" ayok, maaf papah buat kamu nunggu. Gimana? Pasti hatinya berdebar kenceng banget tuh" ledek Ali, Zean terkekeh dan mengangguk setuju, hatinya memang berdegup kencang sekarang.

"iya nih, tapi Zean percaya bahwa Zean bisa mengucapkannya dengan lantang dan lancar aja" ucapnya dengan kekehan kecil, Ali mengangguk.





Dan kini, waktunya Zean melaksanakan pernikahannya dengan seorang wanita, Zahra. Wanita cantik dengan hati yang lembut, dan senyumnya yang ramah.


Setelah melaksanakan ijab kabul, tentu saja mereka melaksanakan resepsi terlebih dahulu hingga pukul 8 malam, setelah semua selesai, mereka memilih perbincangan keluarga.

Tapi Ali memilih pulang, dengan perasaan hati yang kurang enak.

☘️☘️☘️

Ali tersenyum mengingat hari ini adalah hari yang membahagiakan untuk putranya itu dan juga menantunya, bahkan ia tak bisa menahan air matanya yang terus berjatuhan.

"Pril, aku merasa aku berhasil jadi ayah yang baik" gumam Ali sambil fokus menyetir, senyumnya tetap terpampang pada wajah tampannya itu.

"Zean sudah menikah, aku sendiri dirumah" ucap ali dengan kekehan.

"Pril, aku kangen kamu"

— — —☘️☘️☘️ — — —


Zean melangkahkan kakinya pada lorong rumah sakit, disebelahnya terdapat istrinya yang juga ikut.

Keringat membasahi dahinya, hatinya berdegup kencang, bukan kebahagiaan yang terpancar tapi ketakutan.

Malaikat TerindahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang