TYPO❕
Ali, berserta keluarganya itu memasuki gedung yang cukup besar. Disekitarnya, banyak orang yang mengobrol bahkan tertawa. Ali, dan kedua orang tuanya menyalami tangan pengantin tersebut, Al dan Alyssa.
"selamat ya kak, moga cepet dikasih debay"ucap Ali, Al tersenyum dan menepuk bahu Ali kecil.
"iya aja deh, bentar lagi juga lo yang nikah"ledek Al, Ali hanya terkekeh kecil dan menyalami tangan yang lainnya.
"eh sayang, latihan ya nyalamin para tamu sebelum kita" goda Ali kepada Prilly yang berdiri disebelah Kevin. Gadisnya itu hanya mencibir.
"serah pak serah"
"jangan lama lama nyalaminnya, nanti aku kangen, aku tunggu ya, da"Prilly menggelengkan kepalanya dan terkekeh kecil dengan kelakuan Ali. ada ada saja, pikirnya.
Hari sudah menjelang malam, gedung pun juga sudah terlihat semakin sepi. Prilly sudah mengganti pakaiannya tadi menjadi baju santai, dan berniat ingin pulang.
"mah, pah, aku pulang ya, badan pada capek nih. Mau istirahat biar besok fresh"ucap Prilly menghampiri kedua orang tuanya yang sedang mengobrol.
"yaudah pulang duluan aja, pulangnya tunggu kak Kevin ya, atau gak kak Verrel, soalnya mamah gak bakal izinin kamu pulang sendirian kalau udah capek"Prilly menghela nafas.
"nggak deh, mending aku naik taksi aja, daripada nunggu kak Kevin yang lama sama kak Verrel yang rempong, aku duluan ya, assalamualaikum" pamit Prilly menyalami tangan kedua orang tuanya.
Ia berjalan keluar dari gedung tersebut, dan berjalan ke arah halte yang ada didepan gedung. Jalanan masih terlihat ramai, ia terdiam sejenak. Pikirannya melayang tentang kejadian beberapa tahun yang lalu, kejadian yang ia benci.
"ih apaansih Pril? Pikirannya jadi ngawur begini kan kalau udah bengong"ucapnya mengetuk kecil keningnya.
"neng, mau pulang sama abang? Gratis loh" ia terdiam, baru saja ia memikirkan hal hal yang mengerikan, seseorang berbicara dengan nada yang menurutnya menyeramkan. Lebih baik ia diam dan berpura-pura tidak tau.
"ayo lah neng, masa gadis secantik neng ini pulang sendirian? Abang gak macem macem kok, cuma mau satu macem aja"jantung Prilly semakin berdetak dengan cepat ketika orang yang berbicara dengannya ini menghampirinya.
"mukanya kok tegang sih cantik?"Prilly memilih memejamkan matanya saat orang tersebut terduduk disebelahnya, mungkin saja detak jantungnya terdengar. Orang disebelahnya ini membuka helmnya, dan itu membuat Prilly tambah takut.
"ayolah sayang, sampai kapan kamu bersikap tegang? Lagian, mana mungkin aku macem macemin kamu? Kan belum halal" sialan, kenapa ia tak mengenali suaranya? Apa karena tertutup helm atau memang ia yang sudah trauma?
"ihh, ternyata? Nyebelin ih, aku udah takut tau gak sih, ihh"kesal Prilly memukul kecil lengan lelaki disebelahnya ini.
"aw, aduh sayang maaf, aku kan cuma mau ajak kamu pulang, duh udah dong udah! Aww"Ali meringis saat Prilly menggigit lengannya dengan gemas.
"bodo! Abisnya nyebelin. Kamu gak tau kalau aku udah trauma? Kamu gak inget? Nyebelin sumpah"nada bicara Prilly kini menjadi lirih dan menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya, ia menangis.
"maaf maaf, aku lupa beneran. Jangan nangis dong, maafin Alinya dong, Pril, jangan nangis please, janji gak ulangin lagi" ucap Ali dengan nada memohon dan berusaha menyingkirkan tangan Prilly yang menutup wajah cantiknya.
"abisnya kamu nyebelin, kalau nanti ada orang jahat beneran gimana? Aku kan takut, kamu enak laki laki!!" Ali menarik Prilly kedalam dekapannya, ah selalu saja ia membuat gadisnya ini sedih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Malaikat Terindah
Fanfiction" Kamu adalah Malaikat Terindah untukku! Terimakasih karena kehadiranmu membuat hidupku menjadi lebih indah" Menceritakan tentang dua manusia yang bersahabat dari sejak kecil, namun harus terpisahkan. Sepertinya takdir mempertemukan mereka kembali...