30

6.8K 371 11
                                    


Tiga tahun kemudian,

Gadis mungil tersenyum getir menatap fotonya dengan kekasihnya, ralat mantan kekasihnya. Sudah tiga tahun lamanya ia menunggu lelaki yang dicintainya. Mungkinkah lelaki itu mengingatnya. Matanya menatap lirih undangan pertunangan mantan kekasihnya dengan sahabatnya. Apakah lelaki itu tidak mengingatnya? Sedangkan ia mengetahui semua orang. Ia tau kejadian tiga tahun lalu membuat dirinya menjadi amnesia, pendarahan yang begitu banyak di kepalanya membuat lelaki itu koma dan memilih dibawa ke singapura.

"kamu tega.." lirihnya, bahkan ia tidak sanggup menyentuh kertas yang terbentuk rapih itu. Malam ini, seluruh keluarga Ali maupun Prilly akan terbang ke Singapura untuk menemui Ali dan sahabat prilly, Rabel.

"Pril, Prill" seseorang mengetuk pintu kamar Prilly, namun Prilly hanya mampu diam dan tak bisa apa apa, kecuali menahan kerapuhan ini dan air mata yang selalu turun.

Cklek!

"Pril, udah jangan nangis lagi, lepasin aja kalau emang dia udah ada yang lain, lelaki di luar sana lebih banyak!" bujuk Verrel yang memang menginap semenjak diberitau-kannya kabar tersebut.

"onti ii"Prilly tersenyum tipis melihat anak Verrel yang sudah menginjak 2 tahun jalan 3 tahun, Vega Putri Latuconsina.

"iya kak, aku heran aja sama dia, dia inget semuanya tapi dia,.. -"air mata itu turun lagi, Prilly menunduk dengan bahu yang bergetar.

"yakin sama kakak, Ali pasti inget kamu, mungkin nggak sekarang, mungkin nanti. Kamu harus sabar dan tegar, janji sama kakak? Liat, Veganya nanti sedih. Sekarang kamu beres beresin pakaian kamu yang mau kamu bawa, berangkat kita dimajuin. Kakak tunggu dibawah, oke?" Prilly mengangguk paham, Vega memeluk aunty nya.

"jangan angis"Prilly terkekeh dan mengecup pipi gembul Vega, setelah itu Verrel dan Vega berlalu sedangkan Prilly membereskan pakaian yang ingin ia bawa.

"aku percaya, kamu inget aku Li"tegas Prilly

###

"udah kumpul semua?" tanya papah Rizal memastikan, mereka semua mengangguk. Tak lama kemudian, pesawatpun akhirnya berangkat menuju singapura.

"Pril, lo yang kuat ya, gue udah capek bilangin ke Ali, anak itu keras kepala dan badboy sekarang, bahkan kata anak buah papah dia sering ke club"ucap Kaia yang bersebelahan dengan Prilly.

"iya kak, aku paham"balasnya dengan senyum tulusnya. Prilly memandang luar jendela dan meratapi kesedihannya.

"apa aku udah tidak pantas lagi li buat kamu? Kamu dimana? Kata Kaia kamu jadi bandel, dimana Ali yang selalu cuek dan dingin? Dimana Ali yang selalu jail? Kamu dimana? Apa kamu tidak merasakan kerinduan selama 3 tahun belakangan ini? Apa perempuan yang kuanggap sahabatku itu merubahmu Li? Aku berharap, kamu kembali seperti Aliku, yang dulu"batin Prilly, tak terasa air mata itu jatuh lagi, dengan cepat ia menyekanya dan memilih memejamkan matanya.

###

"Pril, lo harus tegar, ikhlasin aja, gue tetep jadi kakaklo yang paling baik"ucap Al merangkul adiknya itu, Prilly mengangguk paham.

"tapi kak, Ali itu tunangan, tunangan sama sahabat aku"lirih Prilly, 3 kakak Prilly memeluk adiknya itu dengan erat, membantunya menjadi wanita yang kuat dan tegar.

Bila ditanya Prilly sudah lulus atau belum, jawabannya sudah. Ia membuka les khusus musik, dan terkadang Prilly datang untuk mengajar. Bahkan, ia pernah sesekali muncul di layar kaca untuk bernyanyi.

**
Merekapun langsung menuju hotel yang sudah di pesan, sementara kedua orang tua Ali menuju apartement yang Ali tempati, namun Kaia dan Amar memilih ikut bersama keluarga Prilly. (disini Kaia dan Amar sudah menikah ya, beberapa bulan yang lalu)

"udah, istirahat, besok acara dimulai. Siapin mental dan jaga kesehatan, kakak ke kamar ya"ucap Verrel sambil mengusap kecil kepala adiknya itu.

"kalau ada apa apa telepon aja telepon"Prilly mengangguk pula mendengar ucapan Kevin, akhirnya 3 kakaknya itu berlalu menuju kamarnya.

Ia sendiri, namun sahabat sahabatnya akan menyusul. Mila, Dahlia, dan Michel. Antara senang dan sedih, ia senang setelah sekian lamanya ia tak berjumpa dengan sahabatnya, akhirnya akan kumpul lagi. Namun ia sedih, lelaki yang selama ini selalu dihatinya kini memiliki yang baru.

Ia menyeka air mata yang lagi lagi masih setia merembas, mengambil ponselnya dan mengetik sesuatu di sebuah aplikasi yang ada.

"bertahun tahun sudah aku dengannya kenal, dan kami sempat terpisah. Saat aku memasuki SMA baruku, aku mengenalnya namun dia kuanggap musuh. Waktu semakin berjalan dan kami selalu di pertemukan, hingga kami tau kami adalah sahabat sewaktu kecil. Saat bel istirahat, aku tak melihat kepergiannya. Rasa penasaran pun muncul, lalu kutemukan dirinya di sebuah taman dengan danau yang cukup besar di sekolah. Dia berteriak dia mencintai seseorang, ntah perasaan apa yang menjalar tubuhku, air mata ini turun begitu saja, aku berlari ke rooftop sekolah dan sesegukan diatas sana. Hingga aku mendengar seseorang datang dan menyatakan cintanya, dan pada hari itu kami mulai jalan bersama.
Sampai akhirnya, aku dan dia lulus dan masuki sebuah kampus yang cukup terkenal. Kami mengambil jurusan yang sama.
Disaat aku merayakan pertambahan umurku, aku cukup senang namun khawatir karena kebandelan yang miliki, dan aku selalu rutin menemaninya.
Akupun tak ingin kalah, aku juga ingin menyiapkan sebuah surprise untuknya. Namun, saat kue yang sudah aku dan Kaia pesan tak kunjung datang, karena yang lain sedang sibuk, aku memutuskan aku yang akan mengambilnya. Hal yang tidak di inginkan terjadi, aku kecelakaan dan aku berhasil selamat menaiki sebuah angkot, dan aku pingsan karena pusing yang tidak bisa ku tahan. Saat sampai, suara seorang supir angkot menyadarkanku dan aku cukup terkejut karena aku sudah di tempat berkumpulnya angkot. Aku memilih jalan dan beristirahat sejenak di sebuah halte, tas ku lenyap karena dua pria bertubuh besar menyerangku, aku hanya bisa menangis. Lalu, sebuah mobil berhenti tepat didekatku, ternyata James. Ku kira dia adalah orang yang baik, namun aku salah, dia membawaku ke sebuah gudang yang sangat amat gelap, tanganku memerah karena cengkramannya. Hingga dia datang menyelamatkanku dari orang jahat itu, dia sedikit terluka.
Hingga kabar yang tidak kuinginkan datang, dia kecelakaan sehabis pulang dari rumah James. Kepalanya mengeluarkan banyak darah. Keluarganya memutuskan membawanya ke Singapura, dan aku sering mengunjunginya. Dia dinyatakan amnesia, dan hanya akulah yang tidak ia ingat.
...
Setelah 3 tahun lamanya, aku mendapat sebuah kabar bahwa dia sudah sehat sehat saja, namun undangan pertunangan datang kerumahku. Dia bersama sahabatku, Rabel.
Aku tau Rabel memang menyukainya, dan aku hanya bisa menangis. Dan saat ini, aku sudah berada di Negara yang tak ingin ku kunjungi sementara.

Aku akan selalu menunggunya, karena aku yakin, yang puluhan tahun tak akan pernah dikalahkan dengan yang baru 1 tahun. Aku juga yakin, pasti dia akan pulih kembali.

I always love you, dan aku akan berkomitmen aku akan setia menunggu hari itu datang"

Prilly menundukkan kepalanya dan tangisan itu terdengar satu ruangan. Ia bukanlah malaikat ataupun bidadari yang selalu bahagia, ia hanyalah Prilly, seseorang yang mudah luluh karena hal hal kecil yang menurutnya membuat orang lain bahagia, namun mudah rapuh.

Ia memilih merebahkan tubuhnya dan memejamkan matanya, agar rasa penatnya hilang.

###

Sedikit dulu, part ini emang gk jelas namun dinikmati saja😂✌. Kalau ada kesalahan kata, harap dimaklumi ya. Butuh saran nih dari kalian, jngan dikacangin:'
See ya di chapter selanjutnya, byee!

Malaikat TerindahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang