Taehyung tertegun menatap gadis belia di hadapannya. Senyum di wajahnya terlihat kaku dan kikuk, lalu kedua matanya berkedip cepat menatap gadis itu yang terlihat menunduk karena malu.
"Apa? Kau tadi bikang apa Tzuyu-ya?" tanya Taehyung mencoba meyakinkan apa yang baru ia dengar barusan.
Jadi, ceritanya adik kelasnya itu sedang mengungkapkan perasaan padanya?
Duh....
"A--pa oppa mau menjadi kekasihku?"
"I--"
"Aku mohon jangan dijawab sekarang Oppa! Beri aku waktu seminggu, lalu sehabis itu kau bisa memutuskannya," terang gadis itu yang diketahui bernama Tzuyu.
Keadaan di sini sedikit mendesak dan cukup membingungkan. Hening untuk beberapa saat, Taehyung kemudian menoleh ke arah Jungkook yang masih setia berdiri di belakangnya dengan raut wajah yang datar seperti biasanya.
Jungkook yang melihat raut wajah suaminya yang seperti meminta tolong padanya dan berkata aku-harus-jawab-apa? tapi Jungkook hanya mengedikkan bahunya tak acuh dan berjalan menghampiri Taehyung lalu menatap gadis di hadapannya yang masih menunduk karena malu.
"Baiklah, hanya satu minggu saja bukan?" Taehyung berujar lesu yang
segera menerima pekikan girang dari Tzuyu.Gadis itu seketika raut wajahnya berubah menjadi cerah dan berbinar. Senyumnya yang terlihat manis membuat kedua lelaki di hadapannya tanpa sadar ikut tersenyum meski tipis sekali.
[***]
"Mengapa kau setuju?"
Di ruang makan itu terasa suasananya sedikit aneh, Taehyung yang barusan bertanya pada istrinya itu. Hei, yang barusan menyuruhnya menjawab 'iya' adalah Jungkook sendiri melalui gerakan isyarat.
Sementara Jungkook yang tengah asyik makan itu hanya memutar kedua matanya jengah. Memangnya salah?
"Aku malas melihat gadis itu menangis atau parahnya memohon padamu seperti pengemis hanya karena ingin menjadi kekasihmu," terang Jungkook lalu meminum airnya.
Taehyung menatap tidak percaya ke arahnya, yang benar saja? Hanya karena itu?
"Ta--tapi kan kita--"
"Sudahlah, aku ingin tidur. Hari ini lelah sekali karena bermain basket, selamat malam," potong Jungkook cepat lalu meninggalkan meja makan dengan begitu saja.
Meninggalkan Taehyung yang terdiam menatap kepergiannya. Walaupun di dalam otaknya ada berbagai banyak pertanyaan dan rasa ingin sekali menolak tapi lamban laun sepertinya Taehyung mulai memiliki sebuah kesimpulan.
"Baik, kalau memang begitu yang kau inginkan" Taehyung tersenyum yang menyiratkan rasa perih pada hatinya.
[***]
Esoknya semua sedikit berubah. Jika biasanya mereka hanya berdua di apartement besar itu, kini ditambah satu orang membuat suasana di apartement menjadi lebih ramai karena sering terdengar dua orang yang bercakap-cakap ria dan tertawa riang bersama.
Rasanya apartement itu sedikit lebih berwarna semenjak kedatangan Tzuyu gadis yang tempo hari menyatakan perasaanya pada Taehyung. Gadis itu kini lebih sering bermain ke sini, seolah ingin menempeli Taehyung yang santai saja menaggapinya.
"Oppa, ngomong-ngomong Jungkook Oppa itu kakakmu?" Tzuyu bertanya dengan nada antusias sembari menyuapini sesendok es krim youghurt besar kepada Taehyung.
"Iya, dia hyungku." Taehyung tersenyum menjawabnya.
Senyum yang sebenarnya memiliki makna lain yang sedikit lebih dalam.
"Tapi setahuku oppa kan anak tunggal? Jadi, Jungkook Oppa itu kaka sepupumu nde?"
Dan Taehyung hanya tersenyum menanggapinya. Ia sudah berbohong pada dirinya sendiri, tanpa ia sadari seseorang tengah memperhatikan mereka sedari tadi.
Kini sudah empat harinya lamanya kedua insan itu menjadi dekat dan lebih sering menghabiskan waktu bersama-sama. Mengundang seluruh perhatian sekolah berpikir bahwa mereka berdua sudah berpacaran. Tapi saat ditanya hal demikian Taehyung hanya diam, tersenyum simpul dan membiarkan semuanya mengerti dengan sendirinya.
Karena semuanya tidak ada yang tahu sama sekali, bahkan Tzuyu sekalipun. Bahwa kini si primadona di sekolah mereka, si pangeran tampan yang penuh talenta itu sebenarnya sudah berstatus sebagai seorang suami. Taehyung mengerti dengan sangat kalau ia harus pintar menyembunyikan statusnya, tapi ia rasa bukan begini cara seharusnya.
Semenjak kedatangan Tzuyu ke apartemen dan gadis itu yang terus menempelinya, Taehyung merasa ada jarak yang amat teramat jauh antara drinya dengan Jungkook. Ia jadi seperti jarang melihat istrinya di apartement, mereka jarang berkomunikasi lagi. Bahkan Taehyung belum memasakkannya sarapan seperti biasa sejak empat hari yang lalu. Rasanya ia benar-benar rindu.
"Oppa ayo dimakan buburnya" Tzuyu terdengar seperti merajuk menyuapkan sesendok bubur hangat pada Taehyung.
Apa sudah dikatakan sebelumnya, bahwa Taehyung tengah sakit sekarang? Tubuhnya terasa demam, efek kelelahan sepertinya dan kini mereka berdua tidak sekolah. Padahal Taehyung sudah menyuruh Tzuyu untuk sekolah, membiarkannya di apartement sendiri tapi gadis itu keras kepala juga dan pada akhirnya Taehyung membiarkan Tzuyu merawatnya dengan cukup telaten.
"Oppa kau melamun?"
"A--ah iya?" Taehyung sedikit terkejut, sadar dari pikirannya yang entah ke mana.
Tubuhnya kini terasa panas, kepalanya berdenyut pusing dan merasa lemas sekali. Tapi meski begitu pikirannya tetap melayang entah kemana, ngomong-ngomong besok adalah hari di mana penentuan.
Di mana Taehyung harus memutuskan apa ia akan menerima atau tidak pernyataan Tzuyu. Gadis yang hampir seminggu ini selalu setia menempelinya, membantu, menemani, dan memberikan penuh perhatian padanya.
"Tzuyu-ya, aku ingin bicara sesuatu padamu."
[***]
Pagi ini Jungkook memiliki kelas sehingga saat jam sudah menunjukkan makan siang dirinya sudah selesai, tidak ada kegiatan lain di kampus. Lantas ia segera pergi kembali ke apartemennya, tak lupa membawa bubur, obat, dan jus yang menyehatkan.
Apalagi kalau bukan karena ia merasa khawatir. Tadi pagi dengan santainya ia meninggalkan Taehyung yang masih tidur, ia pikir suaminya itu akan membolos tapi nyatanya saat ia hendak berangkat, Tzuyu datang dan memberitahu bahwa Taehyung sedang demam, pemuda itu memberitahunya semalam.
Walau ada rasa sakit sedikit saat mengetahui bahwa orang lain lebih tahu kondisi Taehyung ketimbang dirinya, tapi Jungkook mencoba bertahan tetap optimis dan berpikir positif soal ini.
Jadi setelah jam kuliah selesai ia segera pulang. Ada rasa bersalah dan khawatir mengingat Taehyung kini sendirian di apartemen, tidak ada yang merawat dan menjaganya.
Setelah sampai, Jungkook langsung memasuki apartement. Membuka sepatunya kemudian berjalan ke dapur. Menyiapkan beberapa makanan dan juga obat untuk Taehyung nanti. Sehabis semunya siap Jungkook tidak langsung membawanya, melainkan ia hendak mengecek terlebih dahulu bagaimana keadaan Taehyung.
Dan dirinya dibuat sangat terkejut, kedua matanya membulat dengan tubuhnya yang terasa kaku. Otaknya tidak bisa berpikir apa-apa hanya membiarkan kedua matanya melihat adegan di hadapannya.
Tepat di kasur, bagaimana Taehyung tiduran di atas sana dengan seorang gadis yang selama satu minggu ini selalu menempelinya dan memberinya kasih sayang layaknya seorang kekasih. Dan bodohnya Taehyung mau menerimanya, menjalani keinginan gadis itu sepenuhnya.
"Tae--hyung...," cicit Jungkook lirih, kedua matanya mememerah menahan bendungan air matanya yang sudah terasa berat, Jungkook merasa bibirnya bergetar dan hatinya terasa sangat sakit dan remuk.
Apa ini balasan kepercayaan dan cintanya yang mulai tumbuh?
Semudah itukah Taehyung mempermainkannya?
[***]
KAMU SEDANG MEMBACA
Hier [TAEKOOK]✔
FanfictionA happy family with love and sympathy. Note : M-PREG Chapter rated M diprivat! [ taekook ; yaoi ; au ; ooc ; chaptered ] Part I : start [16/11/11] - end [17/01/01] (Chapter 1-20) Part II : start [17/01/04] - end [20/02/29] (Chapter 21-60) ©leenamarui