58. Rain

6.3K 798 54
                                    

Hujan turun di luar dengan deras, akibatnya udara menjadi dingin dan suhu di dalam rumah menjadi lebih hangat dan itu membuat siapa saja nyaman, kantuk di mana-mana sehingga siapa saja mudah terlelap. Ada yang terbangun di kamar yang ramai akan mainan dan hiasan-hiasan lucu. Kedua matanya mengerjap, lalu ia bangun dan turun dari kasurnya, membiarkan sang kembaran tetap terlelap, terlindungi selimut hangat.

Suara hujan meredam langkah kakinya, dengan handal ia membuka pintu kamar lalu berjalan keluar. Melihat lorong rumahnya yang sepi diterangi lampu, pandangannya mengedar hingga langkah kakinya membawanya menuju kamar di sebelah kamarnya.

Ia pun membuka pintu kamar itu yang tidak berhasil membangunkan di penghuni kamar yang masih terlelap di atas kasur dengan posisi saling berpelukan dan ada yang membelakanginya. Taehwan terdiam, mendapati punggung ayahnya yang membelakanginya, dan ayahnya tengah tertidur memeluk ibunya. Tanpa selimut tapi itu tidak membuat mereka kedinginan karena ada penghangat ruangan.

Langkah kakinya bergerak lagi, menghampiri kasur tersebut lalu menepuk-nepuk punggung ayahnya yang terbaluti kaus berwarna abu-abu tua. Sekali, dua kali, tiga kali, dan tepukan kelima agak kencang hingga menimbulkan suara khas dan sukses membuat ayahnya mengerang kecil.

Dengan setengah hati Taheyung melepas pelukan pada istrinya, berbalik lalu mendapati wajah anaknya yang terlalu dekat. Keduanya sama-sama terkejut menatap wajah satu sama lain, bahkan Taehwan nyaris terjatuh.

"Daddy," panggilnya dengan nada kecil.

Taehyung mendengarnya, kedua matanya masih mengantuk namun masih bisa melihat anaknya dengan jelas. Ia membalas tanpa suara, hanya gerak bibirnya yang dapat dibaca anaknya.

"Bosan," ungkap bocah itu.

Hari sudah menjelang sore begitu Taehyung melihat jam di dinding kamar. Ia pun bangkit menjadi duduk di pinggir kasur, sang anak mendekatinya, meraih tangannya lalu menarik-nariknya.

"Mau susu!"

[***]

Segelas susu cokelat hangat adalah keinginan Taehwan saat ini. Dan ia tengah meminumanya dengan semangat, sementara Taehyung hanya meminum air putih karena baru sekali bangun tidur. Rambutnya masih acak-acakkan, dan ia mengusap rambut putranya yang sedikit berantakan khas orang bangun tidur.

Isi gelas itu kandas, Taehwan menaruhnya di atas meja. Kemudian menatap ayahnya yang segera menghapus noda sisa susu di bibirnya dengan tisu. Kini kantuk sudah benar-benar sirna, dan Taehyung sendiri mulai bosan. Jatah liburnya sampai lusa begitu pun kedua putranya.

Taehwan menatap ke arah jendela, di mana hujan turun di halaman belakang dengan deras. Entah mengapa ada keinginan yang muncul di dalam dirinya untuk bermain di bawah hujan. Ia pun turun dari kursinya sendiri, lalu menarik sang ayah yang terbengong tak tahu arah.

Mulanya Taehyung diam saja, menurut ke mana anaknya menariknya. Hingga mereka menuju ke belakang, Taehwan berusaha membuka pintu belakang rumah mereka yang terkunci.

"Hwannie mau apa?"

Si kecil kini menatap ayahnya meski harus mendongak. Menunjuk ke arah luar pada jendela.

"Mau main!"

Orang tua pada umumnya pasti akan menolak, atau ada yang memarahi anaknya saat ingin hujan-hujan. Tapi Taehyung bukanlah seperti kebanyakan orang tua pada umumnya.

[***]

Sore menjelang, hujan masihlah turun dan Jungkook tergerak untuk bangun. Melenguh sebentar lalu begitu kedua matanya terbuka, tidak didapatinya sang suami yang semula memeluknya. Pantas saja Jungkook merasa sedikit asing, dan begitu melihat jam ternyata waktu sudah menunjukkan pukul 4.

Hier [TAEKOOK]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang