Deburan ombak tampak menyapu bibir pantai, entah membawa makhluk laut atau hanya sekadar batu. Adapun saat surut, ombak menarik apapun yang didekatnya. Sepasang mata kecil menatap deburan ombak itu dari balik pintu kaca geser. Tubuhnya sudah wangi dengan parfum khusus anak-anak begitupun penampilannya sudah lebih baik dari sebelumnya. Sudah sepuluh menit lebih yang ia lakukan hanya berdiri dengan kedua kaki kecilnya sambil menatap deburan ombak yang seolah mendekat namun tidak pernah sampai.
"Sayang, sedang apa?" Suara lembut sang ibu ditangkap oleh rungunya, ia hanya menoleh sebentar kemudian kembali memandang ke arah pantai lepas yang tak jauh dari tempat mereka berada.
Sang ibu-Jungkook mensejajarkan tingginya dengan sang anak pertama. Putranya yang hyperactive itu kini tampak lesu, bak awan mendung di atas sana yang menjadikan alasan utama mengapa putranya bisa serupa dengan awan tersebut.
Siapa yang tidak suka liburan? Apalagi pergi ke pantai dan berniat menghabiskan waktu di sana. Dari kemarin Taehwan sudah bersemangat untuk bermain di pantai namun kemarin mereka baru sampai dan kini, yang seharusnya ia dapat bermain puas di sana harus terhalang dengan rintik-rintik hujan yang terus menderas, waktu masih pagi namun mentari tidak ingin menampakkan diri dulu.
"Mau main," cicitnya sambil menunjuk ke arah debuan ombak di sana. Yang kini dengan latar gelap sehingga kurang menarik.
Jungkook tersenyum maklum mendengarnya. Ia pun menggendong putranya yang semula menolak tapi akhirnya menurut. Keduanya kini menatap ke arah pantai yang berjarak 50 meter lebih dari pondok mereka.
"Hwan-ie tidak lapar?" tanya sang ibu, yang dibalas gelengan pelan.
Tapi beberapa saat kemudian bunyi gemuruh dari perut kecilnya terdengar. Sontak wajahnya menatap sang ibu, dan detik berikutnya wajahnya sudah ia sembunyikan di ceruk leher ibunya. Menahan malu, sementara itu dengan berbisik ia merengek ingin makan.
Tentu saja, waktu sarapan sudah tiba!
[***]
Meja makan itu tampak sepi, meski suara alat makan yang berdenting masih terdengar walau tidak nyaring. Suara hujan di luar sana terdengar diredam oleh atap pondok ini. Salah satu anggota keluarga ini terlihat begitu murung dan kurang semangat walau makanannya masih kandas seperti biasa. Junghwan yang melihat kembarannya sedang murung seperti sekarang, dengan inisiatif ingin mengajaknya bermain.
Lagian, tidak hanya bermain di pantai saja bukan yang mereka bisa lakukan di sini? Maka ia pun menepuk sebelah bahu kembarannya yang hanya menoleh sekilas. Sang ibu memberi mereka dua buah kue sebagai makanan penutup. Dan kini tampak Taehwan yang menikmati kuenya dengan pelan-pelan.
"Ayo main! Jangan cemberut begitu!" ajak Junghwan pada kembarannya yang sedari tadi hanya diam.
Tidak ada balasan atau sahutan, sementara kedua orang tua mereka sudah pergi meninggalkan keduanya di ruang makan. Entah untuk apa. Junghwan menatap gemas kembarannya, ia pun berusaha menarik Taehwan agar mau bangkit dari duduknya. Tapi kembarannya itu sedari tadi tidak berkutik, hanya memakan kue bolu yang diberikan ibu mereka dengan pelan-pelan. Bukan tipikal kembarannya seperti biasa.
"Daripada begini terus, kau mau jadi batu?" tanyanya dengan nada sebal.
"Memangnya orang bisa jadi batu?" balas Taehwan dengan tatapan bingung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hier [TAEKOOK]✔
FanficA happy family with love and sympathy. Note : M-PREG Chapter rated M diprivat! [ taekook ; yaoi ; au ; ooc ; chaptered ] Part I : start [16/11/11] - end [17/01/01] (Chapter 1-20) Part II : start [17/01/04] - end [20/02/29] (Chapter 21-60) ©leenamarui