Dylan

6.4K 545 48
                                    

Happy Reading......

Dylan adalah anak laki-laki yang dibesarkan oleh orangtua yang mampu mencukupi segala macam keinginannya. Maka tidak heran jika Dypan memiliki sifat manja, meskipun begitu dia tidak egois, dia masih bisa berbagi dengan adiknya, Adriel.

Dylan lebih pendiam, di sekolah pun ia tidak banyak memiliki teman. Bagi Dylan cukup teman yang bisa mengerti dirinya, tidak perlu teman yang hanya memnafaatkannya saja.

Dylan tidak suka olahraga, Dylan lebih suka menghabiskan waktunya untuk membaca buku atau mempelajari sesuatu hal yang menurutnya unik dan patut ia kulik. Dia lebih banyak menghabiskan waktunya di perpustakaan pribadi milik ayahnya, Dean. Di sana banyak buku-buku bacaan yang meamng sengaja Astha dan Dena belikan untuk Dylan semenjak Dylan masih kecil.

Suasana hening ala perpustakaan memang menjadi favorit Dylan, tak heran jika adiknya Adriel yang tingkahnya pecicilan akan habis Dylan omeli karena kegaduhan yang sering ia timbulkan saat bermain game, apalagi jika teman bermain Adriel game datang maka hancur sudah dunia Dylan. Siapa lagi kalau bukan Valencio Wijaya, sepupunya sendiri. Dylan selalu merasa kesal pada Valencio. Menurut Dylan, Valencio adalah anak yang tidak punya sopan santun, dan tingkahnya yang kekanakan membuat Dylan semakin merasa jengah pada Vallencio. Badannya yang bongsor membuatnya terlihat seperti orang bodoh jika ia sedang melakukan kekonyolan.

"Mom, Dylan mesti ngomong berapa kali sih? Dylan gak suka kalo pulang dan berangkat bareng sama si berandalan itu!" Baru saja masuk rumah Dylan sudah mengomel pada Astha.

"Kenapa lagi?" Astha yang sedang menonton tv segera mematikannya.

Dylan melepas sepatunya dengan rapih, kemudian menaruhnya di dalam lemari sepatu. Ia tidak suka barang-barang miliknya tidak tertata rapih, ia juga tidak suka jika barang-barang milik Adriel ada di tempatnya.

"Mom, tahu? Tadi pagi dia hampir bunuh Dylan." Dylan bercerita sembari mencuci tangannya.

"Kenapa bisa?"

"Dia itu bawa motornya kayak setan, Dylan masih mau punya umur panjang, bukan mati sia-sia karena dibonceng si berandalan itu."

"Terus?"

"Kasih Dylan mobil, yah..yah.. please, Mom!!!"

"Koko manja banget, sih!" Adriel yang baru pulang dari sekolahnya langsung menyusul ke ruang tengah di mana Astha dan Dylan berada.

"Itu bukan solusi, kalo emang kamu merasa gak aman sama Valle, kamu bisa naik taksi setiap hari."

"'Kan macet," Dyoan memasang muka ketusnya.

"Terus apa bedanya kalo kamu bawa mobil sendiri?"

"Aneh nih, emang si Koko, lu bawa mobil aja belom jago, lagian, ya, Ko Valle udah baik mau anter jemput lo, masih aja lo ngeluh." Adriel memang lebih memihak Valle daripada kakaknya sendiri.

"Gak usah ikut campur," Dylan menatap Adriel dengan penuh kemarahan.

"Gik isih ikit cimpir," Adriel kini mencibir kakaknya yang sedang emosi itu.

"Ih, Adriel!"

"Iiihh idriil ..."

"El,"

Begitu mendengar suara Astha, Adriel segera berlari menuju kamarnya. Ia tidak mau terkenal omelan Mommynya itu hanya karena sibuk mencibir kakanya yang manja itu.

"Awas kamu, ya!" Dylan berteriak sekeras mungkin ketika Adriel menjulurkan lidahnya, mengejek pada Dylan.

"Udah, cepet ganti baju, habis itu makan siang." Ucap Astha oada Dylan.

Let Me Love You Season 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang