Vale memeluk erat Dylan yang masih menangis. Sesekali ia mengusap punggung Dylan, untuk menenangkannya.
"Udah nangisnya?" Vale melepas pelukannya dan menatap wajah Dylan yang sembab karena air mata. "Gak usah nangis lagi, gue udah jadi milik elo, elo juga udah jadi milik gue. Sekarang elo ama gue udah jadian." lanjut Vale.
Dylan menonjok kecil bahu Vale "siapa yang bilang kalo gue udah jadi milik elo?!" Tanya Dylan.
Vale meringis pura-pura kesakitan, "oh.... jadi gue mesti balik lagi ke Matthew nih?" Ledek Vale.Dylan langsung melirik Vale dengan tatapan sadisnya, "sono!" Dylan mendorong tubuh Vale sedikit menjauh dari hadapannya.
Vale hanya tersenyum lalu melangkah maju lagi menghampiri Dylan. Vale meraih kedua tangan Dylan yang tergantung bebas di kedua sisi tubuhnya, Vale menggenggamnya erat. Ia tersenyum sambil menatap Dylan.
"Gue gak akan lepasin lo lagi!" Ucap Vale.Dylan tersenyum, membalas tatapan Vale. "Udah ah, drama banget. Gue mau balik ke rumah, kaki gue digigitin nyamuk nih!" Dylan mencoba menyembunyikan perasaannya saat ini, yang entah degup jantungnya pun seakan ingin lari, mendobrak keluar dari tempatnya. Untunglah Vale tidak terlalu banyak protes, ia segera menuruti kemauan Dylan. Vale mengantar Dylan ke rumahnya yang jaraknya mungkin hanya beberapa langkah. Vale mengantarkan Dylan sampai ke depan rumahnya.
Cup!
"Good Night" Bisik Vale setelah mengecup kening Dylan lalu pergi membuka pintu gerbang rumahnya.
Dylan masih berdiri mematung, wajahnya kini terasa panas, mungkin jika ia berkaca sekarang pipinya sudah merona seperti buah cery yang ranum. Dylan tersenyum lalu menutupi wajahnya, Vale benar-benar membuatnya malu. Dylan segera berlari masuk ke rumahnya. Jantungnya benar-benar berdegup tidak beraturan. Dylan masuk dan segera menutup pintu, ia berdiri di depan pintu mengatur nafasnya sejenak. Ia memejamkan matanya dan tersenyum geli sendiri.
"Baru pulang Dy?"
Dylan kaget mendengar suara Dean, ia segera membuka matanya dan berpura-pura baik-baik saja. "Eh? Iya pa. Mom kemana?" Tanya Dylan mengalihkan perhatian.
"Ada di kamar, kamu kenapa?" Tanya Dean lagi.
"Hah? Apanya yang kenapa? Dylan gak papa kok!" Jawab Dylan.
"Oh ya sudah, cepat istirahat besok kan kamu sekolah." Dean kemudian berlalu menuju kamarnya.
Dylan hanya mengangguk sambil mengelus dadanya. Ia berjalan menaiki tangga menuju kamarnya. Sampai di kamar ia langsung merebahkan tubuhnya. Bayangan kejadian tadi masih teringat di kepala Dylan. Ia tersenyum sendiri, lagi! Tiba-tiba ponselnya bergetar satu notifikasi pesan masuk.
-gue bahagia!-
Begitu kira-kira bunyi pesan dari Vale yang di terima Dylan. Dylan tersenyum, hendak membalas pesan milik Vale, namun satu pesan sudah masuk lagi ke ponselnya.
-kyaaaa, gue guling-guling di kasur-
Dylan menaikan satu alisnya, kenapa Vale se-alay ini pikir Dylan.
Satu pesan lagi masuk ke ponsel Dylan.-gue harus panggil lo apa?-
Lah? Apa? Emangnya mau manggil apa, batin Dylan.
Notifikasi pesan lagi.-yang? Ah udah biasa. Honey? Biasa.
My love? Biasa. Apa dong?-Dylan benar-bear tidak menyangka kalau Vale akan jadi seperti ini, benar-benar idiot.
-bales ih, di read doang lagi!-
Dylan menghembuskan nafasnya kasar, gimana mau bales kalo Vale terus-terusan ngirimin pesan ke ponselnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Let Me Love You Season 2
RomanceBisakah seorang Valencio Wijaya bertahan pada pendiriannya? Mencintai seorang Dylan Wijaya apapun itu yang terjadi? sekuel dari cerita "I won't Give up(let me love you)