Happy Reading,,,Vale masih memikirkan ucapan Dylan semalam, kenapa Dylan bisa berpikir kalau Thew menyukai dirinya? Jika wajah Vale bisa membuat Thew terpesona, maka ada kemungkinan Dylan juga bisa tertarik pada Vale. Seketika Vale membayangkan kalau Dylan menjadi pacarnya. Vale tertawa sendiri.
Vale benar-benar seperti orang gila, ia tidak sadar jika dirinya kini sedang di tengah lapangan dan bermain bola, otaknya Fokus memikirkan Dylan, tiba-tiba sebuah bola datang menerjang wajah tampan Vale, alhasil hidungnya berdarah.
Vale di bawa ke UKS oleh teman-temannya, sebenarnya hanya Thew. Entah kenapa Thew perhatian sekali dengan Vale.
Melihat sikap Thew membuat Vale teringat akan pertanyaan Dylan kembali. Apa sebaiknya dia menghindari Thew, atau justru Vale harus tetap dekat dengan Thew agar Vale tau kalau sebenarnya Dylan juga menyukainya.
Mungkin dengan adanya Thew, Vale bisa memanfaatkan situasi untuk bisa tau bagaimana perasaan Dylan padanya.
"Thanks, lo udah bawa gue ke sini."
"Sama-sama, Val. Ada yang lo butuhin?"
"Gak ada sih, paling gue mau tidur aja. Lo bisa balik ke kelas sekarang." Vale kemudian memejamkan matanya dna menutup matanya dengan lengan.
Thew hanya bisa pasrah, ia keluar dengan kesadaran dirinya. Mungkin Vale tidak mau diganggu olehnya.
* * *
Baru saja Vale hendak menutup matanya, decit pintu di buka terdengar, seseorang masuk ke dalam.
Vale masih acuh, dia pikir Thew yang kembali masuk, ia masih memejamkan matanya.Ternyata bukan Thew, tapi Dylan. Dylan yang mendengar Vale terkena bola sampai berdarah dari Dewa dan Genta, segera berlari ke UKS, untung jam pelajaran di kelasnya sekarang ini kosong.
Ia masuk ke dalam UKS dan di lihatnya Vale sedang tertidur di ranjang. Dylan mendekat, memeriksa wajah Vale. Hidung Vale di plester. Keringat masih membasahi wajah Vale, Dylan mengambil tisu lalu mengelap keringat di wajah Vale.
"Dasar bego, gimana bisa lo kena bola gitu? Bola di tendang pake kaki bukan pake muka." Dylan masih mengomel seperti nenek tua.
"Gue lagi gak konsen tadi!" Jawab Vale tiba-tiba.
Deg..
Dylan kaget, dia kira Vale tertidur ternyata tidak. Matanya terbuka dan tersenyum menampilkan deretan giginya yang rapih. Dylan yang sedang mengelap keringat Vale langsung menghentikkan aktivitasnya.
"Kok berhenti? Ini belom kelar!"
Dylan melempar tisu ke arah dada Vale "lap in sendiri!"
Vale tertawa terbahak, lihatlah bagaimana Vale tidak suka mengerjai Dylan? Jika saat di kerjai wajah Dylan bisa membuat Vale lupa akan rasanya sakit. Walaupun mereka tidak pernah akur, sebenarnya mereka sangat dekat. Meski Vale tumbuh bersama dengan Deni adik perempuannya, Adriel adik Dylan dan Dylan tapi menurut Vale yang terbaik diantara mereka adalah Dylan. Vale lebih dekat dengan Dylan. Dylan selalu membuatnya nyaman, sepedas apapun omongan Dylan baginya itu hanya angin berlalu, ia tahu dirinya terkadang terlalu berlebihan saat menjahili Dylan.
Dylan itu segalanya bagi Vale. Sejak dulu ia lebih memilih Dylan di banding siapa pun.
Tiba-tiba tangan Vale terulur, ia mengacak rambut Dylan.
"Lo gak sopan ya! Gue itu lebih tua dari lo!" Dylan merapikkan rambutnya yang berantakkan.
"Habisnya lo lucu!"
"Resek, Lo!"
"Segitu khawatirnya kah lo sama gue?" Tanya Vale.
Dylan tersentak, sejenak dia mencoba mencari alasan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Let Me Love You Season 2
RomanceBisakah seorang Valencio Wijaya bertahan pada pendiriannya? Mencintai seorang Dylan Wijaya apapun itu yang terjadi? sekuel dari cerita "I won't Give up(let me love you)