'Kalau gue gay, lo masih mau bertemen sama gue?'
Pertanyaan macam apa itu, jelas-jelas orang tua Dylan saja Astha dan Dean, mereka berdua gay, lalu kenapa Dylan harus tidak mau berteman dengan Vale lagi?
Pagi ini masih sama seperti pagi-pagi sebelumnya, Dylan harus pergi ke sekolah. Hari ini akan ada ulangan matematika, tapi karena semalam Vale mengganggu Dylan dengan alasan curhat, Dylan sama sekali belum belajar. Apalagi pertanyaan Vale yang membuat pikiran Dypan makin mengerucut pada kesimpulan bahwa Thew sudah berhasil membuat Valencio jatuh cinta padanya, benar-benar membuat Dylan tidak bisa fokus.
Ciiiiit!!!
"Aw," Dylan membenarkan helmnya yang baru saja beradu dengan bagian belakang helm yang Digunakan oleh Vale.
"Sorry," Vale sebenarnya sengaja melakukan hal itu, pasalnya sejak berangkat dari rumah tadi Dylan sama sekali tidak menyapanya, bahkan saat Vale menjahili Dylan, Dylan hanya diam saja.
"Kepala gue berharga, gak kaya lo yang gak ada isinya, jadi kalo mau pecah, lo gak akan rugi kalo gak punya kepala."
"Kalo kepala gue hilang, wajah ganteng gue juga ilang dong?"
Dylan hanya tersenyum miris mendengar jawaban Vale. "Sekarang lo mau lanjut jalan, atau lo mau gue turun di sini dan cari taksi?"
"Jangan dong, lo itu titipan om Astha yang harus gue jaga dengan baik dan benar." Vale memegang pergelangan tangan Dylan untuk memeluknya. Sekarang lo pegangan, gue mau tancap gas!"
* * *
2 jam pelajaran matematika rasanya tidak cukup bagi Genta dan Dewa untuk mengerjakan 5 soal matematika. Kepala Genta dan Dewa hampir pecah hanya melihat 5 soalnya saja. Dan di sinilah Genta dan Dewa sekarang, di kantin. Saking pusingnya kepala mereka berdua, mereka sampai lupa rasanya lapar.
"Kalian gak pesen makan?" Dylan menegur Genta dan Dewa, ia baru saja mengambil pesanan makananya.
"Gue udah enek, gara-gara soal matematika tadi. Otak gue masih panas." ucap Dewa sembari melambaikan tangannya.
Dylan hanya menggelengkan kepalanya. Sesekali ia menatap ke arah meja lain, mencari sosok Vale. Biasanya saat Dylan duduk bersama Genta dan Dewa, Vale akan datang menghampiri mereka bertiga dan menggoda Dylan.
"Lo nyari siapa?" Genta yang sadar dengan sikap Dylan kemudian mengikuti arah pandang Dylan.
"A? Gak, gak nyari siapa-siapa. Tumben aja kantin sepi."
"Sepi? Lo gak lihat semua meja hampir panuh? Dy, mata lo gak kenapa-kenapa kan?" Genta mengibaskan kelima jemarinya di hadapan Dylan.
"Apa sih, gak lah, jangan pikir gue bakal mabok soal kaya kalian berdua." Dylan kemudian kembali menyendokkan makanan ke mulutnya.
Thew juga tidak datang ke kantin, apa jangan-jangan mereka berdua sedang bersama. Pikiran Dylan benar-benar tidak bisa lepas dari Vale dan Thew.
"Iya, lo kan pinter, gak kaya kita berdua, bego."
"Heh, lo aja yang bego, gue gak." Dewa menoyor kepala Genta.
"Sakit, Wa!"
"Kalian berdua lama-lama cocok, gak bosen temenan terus?"
Mendengar pertanyaan Dylan, Genta dan Dewa tampak kaget.
"Ogah!" Dua mulut manusia saling menjawab dengan kompaknya.
Dylan terkekeh, ia kemudian menepuk pundak kedua temannya itu.
* * *
Jam istirahat kedua pun Dylan masih belum bertemu dengan Vale.
KAMU SEDANG MEMBACA
Let Me Love You Season 2
RomanceBisakah seorang Valencio Wijaya bertahan pada pendiriannya? Mencintai seorang Dylan Wijaya apapun itu yang terjadi? sekuel dari cerita "I won't Give up(let me love you)