Vale

2.2K 269 19
                                    

Astha sudah khawatir, pasalnya sejak sore tadi Vale belum memberi kabar apa pun. Tadi Astha menyuruh Vale untuk mencari Dylan, tapi sampai sekarang Vale belum memberi kabar apa pun.

"Duduk Tha, Dylan pasti baik-baik aja." Dean mencoba menenangkan Astha yang sedari tadi mondar-mandir sembari memegangi hpnya.

"Aku takut De, dia gak bawa ponsel atau pun dompet. Dia belum makan, dia pasti kebingungan. Gimana kalo ada apa-apa sama dia? Kamu tahu sendiri gimana manjanya dia." Astha mengomel sendiri, ia tahu benar watak Dylan bagaimana. Bahkan melebihi Dean.

"Mom, koko udah gede. Lagian koh Vale juga pasti nemuin koko." Adriel mencoba menenangkan mommynya.

Astha masih saja tidak tenang. Ia masih mondar mandir seperti setrikaan.

* * *

Vale dan Dylan sudah sampai di depan rumah mereka masing-masing. Dylan segera melepas sabuk pengamannya dan keluar dari mobil. Vale mengikuti langkah Dylan dan ikut keluar dari mobilnya.

"Dy?" Vale memanggil Dylan yang hendak masuk ke dalam rumah.

"Hm? Kenapa?" Dylan menoleh, menghentikan langkahnya.

"Besok lagi, kalo lo mau nangis bilang sama gue." Vale memegang jemari Dylan. Dylan menatap jemari yang diraih oleh Vale,"Kenapa?"

"Biar gue jadi orang pertama yang ngehapus air mata lo." Vale seketika mengecup lembut kening Dylan. Mengelus belakang kepala Dylan. Memberikan sedikit kenyamanan untuk kekasihnya itu. Dylan mengangguk dalam pelukan Vale. Kini ia punya Vale yang kapan pun bisa ia andalkan. Tentu apa pun, Vale harus tahu. Ia tidak boleh memendamnya sendiri.

Tanpa mereka sadari seseorang menatap mereka berdua dari kejauhan. Entah apa yang membuat orang itu marah, yang pasti orang itu tidak suka melihat Dylan dan Vale melakukan hal seperti itu.

Dylan melepas pelukannya dan berbalik masuk ke rumah.

Begitu pun Vale, ia membuka gerbang rumahnya dan segera masuk ke dalam rumah. Setelah memarkirkan mobilnya di garasi Vale segera masuk ke dalam rumah. Begitu sampai di dalam rumah, di lihatnya Valeri sedang duduk di ruang tengah.

"Vale!" Suara Valeri menghentikan langkah Vale yang hendak menaiki tangga.

"Kenapa mih?" Vale menghampiri ibunya.

"Apa yang kamu lakukan dengan Dylan barusan?!" Suara Valeri masih sedikit kalem namun tegas.

Vale mengerjap, ia kaget bagaimana bisa ibunya tahu. Darimana ibunya bisa tahu. "maksud mamih?"

Valeri berdiri dari duduknya, ia kini menatap Vale dengan tatapan penuh kemarahan. "Kurang jelas dimana pertanyaan mamih Valencio Wijaya?! APA YANG KAMU LAKUKAN DENGAN DYLAN BARUSAN?!" sudah habis kesabaran Valeri. Suaranya kini menggema di dalam rumah besar itu. Membuat Deva dan Deni keluar dari kamar mereka.

"Ada apa val?" Deva mendekati istrinya yang masih menahan emosi pada putranya tersebut.

"KAMU TAHU APA YANG KAMU LAKUIN SAMA ANAK KAMU INI DEV?! DIA CIUM SEPUPUNYA SENDIRI!!!" Valeri berteriak murka.

Vale mengangkat wajahnya melihat kemurkaan di wajah ibunya tersebut. Bukankah ibunya penyuka hubungan sesama jenis? Lalu mengapa ia marah saat tahu Vale mencium kening Dylan?

"Val tenang dulu. Mungkin kamu salah lihat. Valencio kamu jelasin ke mamih kamu ada apa sebenarnya?!" Deva mencoba menenangkan istrinya untuk tidak emosi.

"ITU SUDAH JELAS DEV, ANAK KAMU MENCIUM SEPUPUNYA SENDIRI!-" Valeri berjalan mendekati Valencio, " MAMIH GAK PERNAH NGAJARIN KAMU BUAT JADI KAYAK OM KAMU, VALENCIO WIJAYA!!" Valeri sudah emosi, kemarahannya sudah di ubun-ubun. "Apa salah mamih Val? Mamih gak pernah nyuruh kamu buat jadi kayak gini! Apa mamih salah karena mamih suka dengan hubungan sejenis? Apa ini karma buat mamih? Tapi mamih gak rela Val, kalo anak lelaki mamih jadi Homo!" Valeri menangis, ia menarik lengan Vale, meminta penjelasan. "Bilang sama mamih Val, kalo mamih salah lihat. Bilang Val! Mamih mohon kamu jangan kayak gini, kamu gak tahu gimana dunia abu-abu itu. Mamih mohon Val. Mamih mohon!"

Let Me Love You Season 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang