Seminggu ini Vale benar-benar tidak ingat pada Dylan. Vale lebih banyak menghabiskan waktunya dengan Matthew. Siang itu Dylan duduk di depan kelasnya, Mata Dylan menatap dua makhluk yang kini sedang duduk di bangku taman sekolah, mereka sepertinya tidak malu karena yang terlihat sekarang adalah pemandangan dua orang laki-laki yang sedang makan sembari bercanda. Dylan menghela nafas dalam, menenggelamkan wajahnya di lekukan sikut milikknya.
"Lo kenapa?" Tanya Dewa tiba-tiba yang kini sudah duduk di samping Dylan.
Dylan mendongak. "Pusing gue." Jawab Dylan seadanya dan kembali ke posisi semula.
Dewa menoleh ke arah bawah ternyata ada Vale dan Matthew. Dewa menggelengkan kepalanya, "jadi sekarang mereka deket?" Tanya Dewa.
Dylan merubah posisinya, meletakkan dagunya diantara lengannya. "Gue malah seneng, dia gak gangguin gue lagi!" Jawab Dylan.
Dewa sedikit mengernyitkan alis, Dewa hanya bertanya 'jadi sekarang mereka deket?' Kenapa jawaban Dylan malah melenceng?
"Lo cemburu?" Tanya Dewa ragu.Dylan langsung menoleh dan menoyor kepala Dewa "bego lo! Mana ada gue cemburu."
"Ya biasa aja kali Dy, gak usah pake emosi!" Jawab Dewa sambil mengusap kepalanya.
Dylan mendengus kesal "ngomong sama lo yang ada gue tambah darah tinggi!" Dylan beranjak meninggalkan Dewa, baru saja beberapa langkah ia brjalan tiba-tiba ia menabrak sesuatu yang membuatnya jatuh. "Aw...!" Dylan terjatuh kebelakang Sikunya mendarat terlebih dahulu menopang punggungnya.
"Lo gak papa?" Tanya orang yang di tabrak Dylan. Dylan masih mengaduh kesakitan, ia berdiri dan menepuk pantatnya yang kotor terkena lantai "kalo jalan matanya lihat jalan dong!" Ujar Dylan, lalu berlalu meninggalkan TKP.
* * *
"Sial! Resek banget sih hari ini!" Gumam Dylan sepanjang jalan menuju toilet. Sampai di toilet Dylan langsung mencuci tangannya, dan membasuh wajahnya. Baru selesai membasuh wajah, Matthew keluar dari salah satu bilik. Matthew berjalan perlahan menuju Washtafel, kini Matthew berdiri di samping Dylan. Dylan menoleh menatap Matthew mata mereka saling bertemu, Dylan ingin mengatakan sesuatu tapi apa? Dylan ingin marah tapi marah kenapa? Tidak ada yang keluar dari mulut Dylan, Akhirnya Dylan hanya memalingkan wajahnya.
Dylan berbalik menuju kelas tiba-tiba panggilan Matthew menghentikan langkahnya."Kak!" Panggil Matthew.
Dylan tidak menoleh, ia masih memunggungi Matthew "ya?"
"Kakak gak usah ngerasa ke ganggu sama aku, kakak biasa aja kayak dulu waktu sebelum ada aku diantara kakak sama Vale." Ujar Matthew, lalu dia berlalu mendahului Dylan yang masih mematung setelah mendengar ucapan Matthew.
'Apa itu? Apa maksudnya? Kenapa dia yang ngomong gitu? Emang gue ganggu mereka? Bukannya kebalik?' Dylan keluar dari toilet mengejar Matthew, begitu keluar di lihatnya Vale sedang merangkul Matthew sembari bercanda. Dylan sudah kesal sekarang, tangannya mengepal matanya memanas. Vale menoleh menyadari keberadaan Dylan "lo kenapa Dy?" Tanya Vale masih sambil merangkul Matthew. Matthew hanya menunduk memainkan jemarinya.
"Gak papa!" ujar Dylan sambil mengeratkan giginya.
Vale mengangguk "mau bareng?" Ajak Vale.
"Enggak, makasih!" Dylan kemudian berbalik ia berjalan kearah lain. Kenapa hatinya sakit melihat Vale dengan Matthew? Ia berjalan begitu cepat, ia ingin pulang, mungkin menangis di kamar? Sampai di ujung koridor Dylan berhenti, ia duduk di sebuah bangku. Dylan tertunduk, sekarang yang ia rasakan adalah kecewa."Kalo waktu itu gue yang nolong Vale, mungkin gak akan berubah kayak gini." Gumam Dylan. "Kenapa gue ngerasa gini? Padahal cuma Vale yang gue punya, gue yang selalu ada di sisi dia sejak kecil, sekarang kenapa dia pergi gitu aja?." Mungkin jika Dewa, Genta dan Vale mendengar ucapan Dylan barusan, Dylan akan malu semalu-malunya, bukankah Dylan selalu bilang kalau Vale itu pengganggu? Tapi kenapa sekarang ia merasa di tinggalkan oleh Vale?
"Oh jadi gitu?" Sebuah suara tiba-tiba menjawab gumaman Dylan. Dylan segera mendongak. "Lo lagi?! Siapa sih lo? Ngapain lo di sini?" Tanya Dylan pada lelaki yang tadi menabraknya dan kini sudah berdiri di hadapannya.
"Lo gak tahu gue? Astaga padahal waktu itu gue nolongin elo, gue Kevin!" Ucap cowok
Tinggi itu, Dylan terlihat berpikir sebentar, ah ia ingat sewaktu ia dan Vale berkelahi dengan Deril dan Ronald, cowok ini yang berteriak memanggil pak satpam. "Apa aura kehadiran gue terlalu tipis? Sampe-sampe lo gak ngerasa kalo gue ada? Hmmm... sayang sekali." Ujar Kevin sembari duduk di samping Dylan."Eh? Maksud lo? Gak jelas banget!" Jawab Dylan.
" apa lo sedeket itu sama Vale? Lo suka sama dia Dy?" Ucap Kevin tiba-tiba.
"Bukan urusan lo!" Jawab Dylan Ketus.
"Kalo sekarang gue bilang suka sama lo, lo pasti bakal nolak gue kan?" Pertanyaan Kevin ini berhasil membuat Dylan terkaget.
Dylan membelalakkan matanya, ini orang gila kali ya, batin Dylan. Gampang banget bilang suka sama cowok. Gak punya malu apa?
Dylan tidak menggubris, ia segera bangun dan hendak beranjak meninggalkan Kevin namun tangan Dylan di tahan oleh Kevin.
Dylan menoleh "lepasi-" ucapannya terhenti kini bibir Kevin sudah menempel di bibir Dylan. Dylan mengerjapkan matanya selama 3 detik ia tidak sadar, ia kemudian mendorong Kevin dan menonjok pipi Kevin "anjing! SIALAN LO!!" Ucap Dylan kesal."Dia udah punya pengganti lo! Dia udah lupa sama lo Dy!" Ujar Kevin sembari memegangi bibirnya yang berdarah, selembek-lembeknya Dylan ia tetap lelaki dan tonjokan lelaki pasti lebih kuat daripada perempuan, pasti rasanya sakit.
"DIEM LO!! BACOT!" Dylan berlalu meninggalkan Kevin dengan amarah di hatinya.
Kevin menatap punggung Dylan yang perlahan mulai menjauh dari pandangannya. "Lo lihat Dy, gue bakal buktiin siapa yang lebih baik buat lo. Cukup gue diam dari dulu, sekarang gue bakal kejar lo!" Kevin diam diam memendam rasa pada Dylan sejak dulu, hanya saja ia selalu sembunyi. Ia menunggu hubungan Dylan dan Vale renggang, dan menurut Kevin ini adalah waktu yang tepat.
Dylan benar-benar kesal, bagaimana bisa dirinya di cium laki-laki? "Sialan Aaarghhhhh!!!!!" Dylan menendang tong sampah yang ada di hadapannya. "Kevin Anjing!"
Sepulang sekolah Dylan langsung masuk kamar, ia tidak nafsu makan sungguh hari ini hari yang menyebalkan baginya. Tadi di sekolah ia di cium Kevin, saat pulang ia harus menggu di jemput Adriel karna Vale pulang dengan Matthew.
Dylan menjatuhkan tubuhnya di ranjang. Ingin tidur pokoknya tidur! Tiba-tiba ponselnya bergetar "halo?"
"Udah nyampe rumah lo, Dy?" Suara Genta terdengar di sebrang telfon.
"Hmmm baru aja, kenapa?" Tanya Dylan tanpa minat.
"Gak papa ,gue cuma khawatir aja." Jawab Genta.
"Ta? Lo pernah ciuman gak?" Tanya Dylan tiba-tiba.
"Eh? Kenapa lo? Kok tiba-tiba nanya gitu?" Genta malah balik bertanya.
"Jawab aja kenapa sih!" Ujar Dylan sinis.
"Hahaha.. iya iya. Hmmm pernah, ciuman pertama gue sama orang yang gue suka!" Jawab Genta bahagia.
Tut .... tut... Dylan memutuskan sambungan telfonnya. "Aaaaarrrghhhh, first kiss gue di ambil monyet sialan!!! Kevin monyet! Kevin Anjing!!aaaaarrghhhhh" Dylan tidak henti-hentinya menyumpahi Kevin. Ia benar-benar kesal.
Tbc.....
KAMU SEDANG MEMBACA
Let Me Love You Season 2
RomanceBisakah seorang Valencio Wijaya bertahan pada pendiriannya? Mencintai seorang Dylan Wijaya apapun itu yang terjadi? sekuel dari cerita "I won't Give up(let me love you)