Sudah 3 hari sejak terakhir kali Vale menelpon, tidak ada kabar sama sekali. Dylan mencoba bertanya, mencoba menghubungi Vale namun ponselnya tidak aktif. Pun Vale tidak masuk sekolah. Dylan khawatir. Dylan mencoba bertanya pada Deni, namun tampaknya Deni juga sama ia memilih bungkam dan malah meminta maaf saat ditanyai Dylan.
Dylan bingung apa yang sebenarnya tejadi? Apakah Vale sedang mempermainkannya?Sore itu Dylan baru pulang sekolah, ia hendak masuk ke rumah namun sebuah suara menghentikan langkahnya.
"Dylan!"
Dylan menoleh, didapatinya sang tante yang sedang berdiri di depan gerbang rumahnya.
"Iya?" Dylan menjawab perlahan.
"Tante boleh bicara sama kamu sebentar?" Valeri mencoba menahan emosinya. Bagaimanapun juga Dylan tetaplah keponakannya. Ia tidak ingin hubungan persaudaraannya hancur begitu saja.
"Bisa tante." Ini saatnya Dylan bertanya, kemana Vale pergi akhir-akhir ini.
Valeri mengajak Dylan pergi ke sebuah kafe yang letaknya tidak jauh dari komplek perumahan mereka.
Sekarang mereka berdua sudah duduk berhadapan.
Tiba-tiba tangan Valeri terulur, Valeri menggenggam tangan Dylan yang berada di atas meja."Tante mau tanya, Dylan bisa jawab jujur kan?" Valeri tidak ingin emosi, ia ingin semuanya berjalan lancar sesuai rencananya.
"Iya tan," Dylan mengangguk lemah, ia masih menerka-nerka apa yang akan Valeri tanyakan.
"Apa hubungan Dylan dengan Vale?"
Deg!!!!
Dylan kaget mendengar pertanyaan Tantenya itu, apa tantenya sudah tahu? Jangan-jangan ini semua ada hubungannya dengan hilangnya Vale.
"Tan....? Maafin, Dylan." Ucap Dylan pelan.
Valeri mengehela nafas berat. "Apa salah kalo tante minta sama Dylan buat jauhin Vale? Masadepan kalian masih panjang. Kalian bisa mendapatkan cinta yang lebih baik. Gadis cantik di luar sana masih banyak. Tante tahu kalian berdua pasti khilaf kan?" Valeri sudah tidak bisa menahannya lagi.
"Tan, aku sama Vale saling cinta-" belom sempat meneruskan Valeri sudah memotong ucapan Dylan.
"Persetan dengan cinta kalian. Apa yang kalian harapkan dari hubungan antara dua laki-laki?!" Valeri sedikit berteriak.
Dylan mengerjap, ia kira tantenya ini akan menerimanya dengan baik, mengingat tantenya pun bisa menerima kedua orangtuanya yang berbeda.
"Tapi tan-" lagi ucapan Dylan di potong Valeri."Gak ada tapi!" Valeri menghembuskan nafas kasar, mencoba menenakan hati. Valeri melunakkan sikapnya lagi. "Tante mohon, kamu harus pikirin masa depan kamu bukan? Vale juga. Dia masih kecil belum tahu apa artinya cinta. Apa artinya kehidupan. Kamu yang lebih besar harusnya lebih tahu. Tante mohon pikirin baik-baik. Ini semua demi kebaikan kamu dan Vale. Kalo kalian berdua bersama maka bukan hanya tante yang kamu sakiti tapi semua keluarga Wijaya." Valeri menatap Dylan dengan seksama, " Tante mohon kamu pikirin baik-baik." Valeri kemudian berdiri, meninggalkan Dylan yang masih diam setelah mendengar ucapan Valeri.
Apa yang harus Dylan lakukan sekarang? Benar jika ia dan Vale memaksa untuk terus bersama maka banyak orang yang akan tidak menyetujuinya. Tapi jika mereka berpisah bukankan mereka hanya akan saling menyakiti? Bagaimana ini?
Vale yang dikurung di dalam kamarnya hanya bisa berjalan mondar-mandir. Vale tidak tenang, perasaanya bercampur aduk. Tadi Valeri bilang akan pergi menemui Dylan, Vale takut jika Valeri berbuat sesuatu yang mencelakai Dylan. Vale mulai berpikiran yang tidak-tidak.
Valeri sampai di rumahnya. "Semoga Dylan mau mendengarkan dan menurutinya." Valeri bergumam sendiri, Ia yakin Dylan akan mendengarkan ucapannya. Ia segera masuk kekamar Vale. Valeri sengaja mengurung anaknya di dalam kamar. Ia tidak ingin anaknya bertemu dengan Dylan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Let Me Love You Season 2
RomanceBisakah seorang Valencio Wijaya bertahan pada pendiriannya? Mencintai seorang Dylan Wijaya apapun itu yang terjadi? sekuel dari cerita "I won't Give up(let me love you)