"Before the dark night traps me in, don't leave me"
- BLACKPINK 'STAY'***
Kwon Soonyoung, satu dari ratusan orang yang ada di pikiranku, satu dari puluhan orang yang kutemui setiap harinya.
Dari puluhan dan ratusan orang itu, mengapa hanya ia yang terlintas di pikiranku sekarang?
"Lee Jihoon! Cepat tidur! Kau harus sekolah besok!"
Aku tertangkap ketika sedang terjaga lagi.
"Tidurlah sekarang, nak," seru ibuku memohon.
"Iya," balasku agar ia tidak berlama-lama di depan pintu kamarku.
Tak lama setelah balasanku, aku mendengar langkah kaki pergi. Aku menghela nafas lega. Sekarang, aku dapat terjaga hingga larut lagi.
***
Segar dan dingin. Mandi malam memang tiada duanya. Aku baru saja pulang dari latihanku yang menyenangkan. Namun semenyenangkan apapun latihan itu, tetap saja melelahkan.
Aku sudah selesai mandi dan berbaring di atas ranjangku. Kulihat jam di samping ranjang, sudah jam 9 malam.
Daripada susah tidur dengan perut kosong, aku memilih keluar kamar untuk mencari makanan di dapur. Untungnya masih ada sedikit sisa makanan di kulkas. Aku mengambil wajan dan memanaskannya.
Rumahku tampak sangat sepi. Ayahku selalu pulang larut. Ibuku sudah tertidur, pasti ia kelelahan. Kakakku, ia tinggal di apartemennya sendiri bersama teman-teman sekampusnya.
Setelah makan malam, aku kembali ke kamar. Aku mengambil ponselku yang baru saja ku-charge.
Anak itu lagi.
Hai.
Setiap malam aku selalu mendapat pesan seperti ini dan aku merasa ini sangatlah tidak penting. Untuk apa menyapa malam-malam kalau kita dapat bertemu setiap saat di sekolah?
Tapi aku tidak setega itu menghiraukan pesan dari temanku. Jadi aku membalasnya.
Hai juga
Tak lama berselang setelah aku mengirim balasannya, pesan baru darinya muncul.
Ini benar Soonyoung, kan?
Tentu saja aku ini Soonyoung, orang yang tempo hari menuliskan nomor teleponnya sendiri di buku orang itu.
Iya, aku masih Soonyoung
Ponselku hening beberapa menit. Orang itu pasti sedang memikirkan topik yang akan dibahasnya malam ini.
Besok ada tugas, nggak?
Topik pilihannya jatuh pada tugas sekolah. Dengan malas, aku mengetikkan beberapa kata di keypad.
Kayaknya nggak ada. Ada pun nggak bakal ku kerjain.
Oh, ok.
Selesai. Percakapan ini berakhir di sini.
Aku hendak memejamkan kedua mataku namun gagal. Mereka tidak terpejam dan aku tidak tertidur.
***
Aku meletakkan ponselku ke atas rak pelan. Aku kehabisan topik, kehabisan kata-kata. Hal-hal sejenis kehabisan ini selalu terjadi ketika aku berbicara dengannya. Seakan-akan otakku dibatasi oleh sebuah dinding bernama Kwon Soonyoung.
Lidah dan tanganku gatal untuk mengatakan atau mengetikkan semua hal yang berhubungan dengannya. Tapi tentu saja aku tidak akan melakukannya. Aku tidak mau dipanggil 'Jihoon, Si Maniak' atau sejenisnya. Lagipula, hal-hal seperti itu lebih cocok untuk konsumsi pribadi.
Oh, Kwon Soonyoung.
Aku ingin sekali memejamkan kedua mataku dan terlelap dalam alam mimpi. Tapi... aku tidak dapat melakukannya.
Ini sudah jauh melewati jam tidurku dan akhir-akhir ini seseorang selalu membuatku melewatinya.
***
Apa mungkin aku mengidap insomnia? Mustahil. Aku tidak pernah merasakan stress akhir-akhir ini. Hubunganku dengan keluarga dan temanku pun baik-baik saja. Tidak ada yang perlu dipermasalahkan.
Aku menoleh ke arah jendela yang tertutup tirai. Mungkin melihat pemandangan langit malam dapat membuatku mengantuk. Gagasan macam apa itu?
Sekonyol apapun gagasan itu aku teap beranjak dari ranjangku dan membuka tirai jendela. Langit malam berwarna biru gelap muncul di depan mataku.
Tiba-tiba aku melihat dua titik putih kecil berekor bergerak menuruni langit.
***
Malam hari ternyata tidak semenakutkan yang kupikirkan. Dulu aku selalu berpikir untuk tidur lebih cepat. Aku kira semakin larut, maka akan semakin banyak hal yang memaksamu untuk tidur, sebagai contoh ketakutan.
Aku memberanikan diri untuk membuka tirai jendela di pinggir kamarku. Dua buah objek di langit langsung menyedot seluruh perhatianku.
Bintang jatuh, baru kali ini aku melihatnya secara langsung.
***
Kebetulan yang indah, bintang jatuh, benda langit yang sejak lama ingin kuamati melalui teleskop.
Sampai sekarang, sampai teleskop itu rusak dan lenyap, aku tidak sempat mewujudkannya.
***
To be continued
***
Hai, ini author pghsh615 balik lagi... ff lama ga tau gmn kabarnya... author baru otw menjalani setumpuk ujian yang beruntun.
Moga-moga ujiannya cepet kelar biar bisa nyari inspirasi lebih lama lagi
Hehe ^^
YOU ARE READING
[√] a Couple of Shooting Stars
FanfictionAda saat di mana kita dapat jatuh ke tempat yang salah. Tak beda dengan bintang jatuh. Tempatnya di luar angkasa, bukan di bumi. Apakah jatuh cinta itu salah? Apakah menunggu itu salah? Apakah berpaling itu juga salah? [ complex-relationship, drasti...