"I see you and even though everything changed. You're always at the same place, looking the same, making me cry."
- Taeyeon 'Time Lapse'
***
Untuk apa berharap?
Untuk apa berharap? Pertanyaan itu tiba-tiba berulang di pikiran Jihoon. Ia menemukan kehadiran seseorang di sana, di tengah lapangan. Di sebelahnya terpasang sebuah teleskop.
Apa itu Soonyoung?
Terasa sakit? Benci? Sayang? Entah apapun itu yang ia rasakan, sekarang mereka menuntunnya berjalan mendekatinya.
Orang yang sedang duduk itu bisa merasakan bunyi rumput yang dipijak. Ia sontak menoleh ke belakang, mencari tahu siapa sosok yang berjalan ke arahnya.
Kedua matanya terbuka lebar.
"Lee Jihoon?" ujarnya menyebut namanya.
"Ternyata benar kau," ujar Jihoon menundukkan kepalanya. Ia tidak sanggup memandang orang yang baru saja ingin dilupakannya.
"Apa yang kau lakukan di sini?" tanya Soonyoung seolah tidak ada yang pernah terjadi walaupun sebenarnya memang tidak ada yang terjadi baginya.
"Hanya lewat," balasnya sedikit demi sedikit mengarahkan pandangannya pada Soonyoung.
Wajahnya masih sama seperti sebelumnya. Tidak, dia memang Soonyoung yang ia kenal.
"Kau ingin melihat langit bersamaku?" tanya Soonyoung tiba-tiba.
Jihoon tertegun. Sekali lagi ia mendengar orang yang dulu mengingkari janjinya mengajaknya lagi. Ia mengangguk sambil berusaha tersenyum.
Soonyoung menepuk tempat kosong di sebelahnya dan Jihoon duduk di sana. Ia memperhatikan langit yang masih cerah-cerah saja.
"Kau ingin melihat bintang jatuh?" tanya Jihoon menoleh ke arah Soonyoung yang sibuk memicingkan kedua matanya.
Ia balas mengangguk.
Apakah harapan itu benar-benar ada?
"Sebelum kau menghampiriku, aku teringat akan masa kecilku," ujar Soonyoung tiba-tiba.
Jihoon menoleh ke arah Soonyoung dan memandangnya curiga.
"Ah, tidak bukan masa SMA, masa kecil. Benar-benar kecil. Mungkin sekolah dasar."
Soonyoung menarik nafasnya sebelum memulai ceritanya.
"Dulu aku pernah bertemu dengan seorang anak yang tinggal di depan rumah nenekku."
Jihoon memalingkan wajahnya, ia melihat ke atas langit sebagai gantinya.
"Waktu itu, ibu memutuskan untuk membawa nenek bersama kita. Aku pikir aku tidak akan bisa pergi ke rumahnya lagi walaupun memang aku tidak pernah pergi ke sana setelah itu," lanjut Soonyoung.
Hening sejenak.
Soonyoung membuka mulutnya lagi untuk bercerita, "Aku suka di sana karena ada sebuah lapangan di seberang rumah nenekku. Aku ingin melihat langit di sana."
Jihoon masih mendongakkan kepalanya. Ia tidak ingin menoleh ke arah Soonyoung.
"Seorang anak yang tinggal di sebelah lapangan itu suatu malam menghampiriku. Dengan bodohnya aku menangis saat itu dan dia menenangkanku. Aku cengeng, bukan?"
Jihoon tidak menjawab.
"Aku berjanji akan melihat langit bersamanya keesokan harinya dan aku harus pergi sebelum aku menepatinya."
Soonyoung menarik nafasnya sejenak, "Dan..."
"Kau tidak mengingat siapa anak itu?" tanya Jihoon tiba-tiba.
"Tidak," balas Soonyoung, "Kalau dulu aku ingat untuk menanyakan namanya, harusnya bisa menemukannya. Kita bisa jadi teman yang baik."
"Teman. Ya," balas Jihoon.
"Ngomong-ngomong, mengapa aku menceritakannya padamu? Aku tidak seharusnya menceritakannya," ralat Soonyoung.
"Tidak apa," ujar Jihoon.
Jihoon menundukkan kepalanya dan mengusap kedua matanya.
"Lee Jihoon," panggil Soonyoung.
Jihoon menegakkan kepalanya, memandang ke depan sambil menyahut.
"Tidak apa. Aku hanya mengecek," balas Soonyoung.
"Kwon Soonyoung," panggil Jihoon.
"Hmm. Jangan bilang kau juga hanya mengecekku."
"Apa kau masih ingat seperti apa rumah nenekmu?" ungkit Jihoon.
"Aku hanya ingat sekilas bentuknya," balas Soonyoung mengingat-ingat.
Jihoon hanya mengangguk singkat.
"Sudah malam, aku harus pulang," balas Jihoon.
Soonyoung mengangguk dan membiarkan Jihoon berbalik pergi.
Jihoon beranjak dari atas rumput lapangan. Ia berjalan perlahan. Begitu ia yakin Soonyoung tidak mengawasinya lagi, ia berlari.
"Kenapa takdir sangat menyebalkan?"
***
To be continued.
Maaf kalo ini kategorinya pendek.
Btw author mau numpang promote ff tapi ff BTS, 'Don't tell me bye'
Bisa dicari di works author
Hehe..Happy Exam for all the third graders!
Happy Reading! ^^
YOU ARE READING
[√] a Couple of Shooting Stars
FanficAda saat di mana kita dapat jatuh ke tempat yang salah. Tak beda dengan bintang jatuh. Tempatnya di luar angkasa, bukan di bumi. Apakah jatuh cinta itu salah? Apakah menunggu itu salah? Apakah berpaling itu juga salah? [ complex-relationship, drasti...