4. Kihyun-Wedding Day

2K 295 7
                                    

Aku gugup.

Ya Tuhan aku gugup sekali.

Hari ini adalah hari pernikahanku. Aku tidak boleh merusak hari penting ini.

Sudah berulang kali kubetulkan jas yang tengah kukenakan ini. Peluh keringat beberapa kali terkadang jatuh dari pelipisku namun masih dapat kuseka sehingga tidak merusak riasanku. Gugupku ini kentara sekali sehingga mungkin banyak yang menyadarinya. Termasuk teman-temanku, Wonho, Hyungwon dan Changkyun yang duduk paling depan dan dekat dengan altar.

"Hei, kau tidak boleh gugup. Jangan rusak acara pernikahanmu." ucap Hyungwon setengah berbisik.

Aku mengangguk pasrah dan memberikan acungan jempol pada mereka bertiga. Kutarik napas dalam-dalam dan membuangnya secara perlahan. Tamu-tamu sudah berdatangan dan tempat ini juga sudah cukup ramai sehingga kusimpulkan sebentar lagi acaranya akan segera dimulai.

Aku sudah berdiri di depan altar sejak tadi, menunggu acara dimulai, juga menunggu sang Pendeta datang, dan juga menunggu kedatangan mempelai wanita yang ditunggu-tunggu.

Terdengar iringan musik mulai mengalun secara perlahan dan keadaan menjadi sedikit tenang. Ketika Sang Pendeta telah berdiri di hadapanku, aku tidak tahu apa persisnya yang tengah ia ucapkan. Sepertinya itu ucapan-ucapan resmi yang harus diucapkan pada saat pemberkatan. Aku menyimaknya sebisaku. Lalu ketika sang Pendeta mempersilahkan mempelai wanita untuk masuk ke dalam ruang Gereja, rasa gugup ini semakin menjalar lagi. Aku berusaha untuk menutupinya agar tidak terlihat di wajahku.

Para tamu mulai berdiri dan ingin ikut serta menyambut Haeun yang sudah berdiri di ambang pintu bersama dengan Tn.In melalui tepuk tangan mereka yang begitu riuh.

Dilihat dari matanya, Haeun juga terlihat sekali gugup. Walaupun ia sudah menggamit lengan Tn.In, namun rasanya seakan ia tidak mampu untuk mulai melangkah. Dan ketika itulah, matanya menatap dalam mataku. Aku tahu aku tidak dapat berbuat banyak. Tapi aku berusaha tersenyum agar dapat memberinya kekuatan. Dan sepertinya itu berhasil karena ia membalas senyumanku.

Dengan mantap, ia melangkah bersama Tn.In di sepanjang jalan menuju altar, tanpa lupa memberi senyuman kepada seluruh tamu. Harus kuakui, bahwa Haeun terlihat sangat cantik hari ini. Penampilannya pada saat pernikahan hari ini tidak akan pernah kulupakan. Akan kusimpan selalu di dalam memori otakku.

Ketika Haeun dan Tn.In sudah sampai di depan altar, Tn.In mengulurkan tangan Haeun kepadaku. Aku meraihnya dan menggenggamnya begitu erat.

"Kuserahkan Haeun padamu, Kihyun."

Aku tersenyum pada Tn.In. Tidak perlu khawatir, aku akan menjaga Haeun dan membahagiakannya. Aku berjanji. Tn.In kemudian meninggalkanku dan Haeun menuju ke tempat duduknya.

Sekarang, aku dan Haeun sudah berdiri menghadap sang Pendeta dan siap menjalani prosesi pemberkatan ini sampai selesai.

"Yoo Kihyun, apakah kau bersedia menerima In Haeun menjadi istrimu baik ketika dalam masa senang dan susah maupun dalam keadaan sehat ataupun sakit, sampai maut memisahkan kalian berdua?"

"Saya bersedia."

"In Haeun, apakah kau bersedia menerima Yoo Kihyun menjadi suamimu baik ketika dalam masa senang dan susah maupun dalam keadaan sehat ataupun sakit, sampai maut memisahkan kalian berdua?"

"Ya, saya bersedia."

"Dengan ini, saya meresmikan kalian menjadi sepasang suami istri dan para tamu di sini yang akan menjadi saksi pernikahan kalian. Dipersilahkan untuk kalian berdua saling bertukar cincin."

Cincin yang melambangkan sebagai pengikat antara sebuah pasangan terpampang jelas di atas meja. Kuraih cincin tersebut dan menyematkannya pada jari manis Haeun. Setelah itu, giliran dirinya untuk menyematkan cincin itu pada jariku. Dengan perlahan ia menyematkannya dan selesai itu ia menatapku dengan hati-hati.

Proses pemberkatan ini sebentar lagi akan selesai. Sekarang adalah waktunya bagiku untuk membuka cadar yang sedang menutupi wajahnya. Hal itulah yang akan menandakan kalau pernikahan ini telah benar-benar resmi terjadi. Cadar itu sudah sepenuhnya tidak menutupi wajah Haeun lagi. Kutangkup wajahnya dengan kedua tanganku. Aku tahu ini akan menjadi yang pertama kalinya. Walau terasa canggung, tapi bagaimanapun juga aku harus melakukan ini.

Kupersempit jarak wajahku dengan wajahnya.

Dimulai dari kening.

Kedua pipi kiri dan kanan.

Dan berakhir pada bibirnya. Hanya sebuah kecupan singkat. Kecupan yang mungkin akan menjadi yang pertama dan terakhir kalinya, mengingat pernikahan ini terjadi hanya karena berlandaskan permintaan orang tua, bukan atas kemauan sendiri.

Namun, bagaimanapun juga, ia telah resmi menjadi istriku. In Haeun sekarang telah menjadi istriku.

TBC~

Falling Slowly | Yoo Kihyun (Monsta X)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang