8. Haeun-Nyaman

1.9K 263 11
                                    

Memalukan. Semua yang terjadi hari ini adalah hal yang sangat memalukan. Mengapa juga aku sampai menangis hanya gara-gara bertemu lagi dengan Minhyuk? Kenapa juga aku bisa-bisanya menangis di depan Kihyun? Itu sama saja membuat dirimu terlihat lemah di depannya, Haeun! Seharusnya aku tidak melakukan itu sama sekali.

Tapi, ketika melihat Minhyuk berada di depanku lagi, dengan seorang perempuan di sampingnya, hatiku terasa sakit. Apakah mungkin itu pertanda kalau aku masih mencintainya? Apa aku masih belum bisa melupakannya? Sial, sial, sial! Kenapa sekarang kau malah jadi terlihat bodoh sekali, Haeun?

Aku terus saja merutuki diriku sendiri. Aku sedang berada di salah satu kabin Ferris Wheel, tapi aku tidak merasa seantusias lagi seperti tadi. Pemandangan yang terhampar di luar jendela pun tidak mampu menghibur diriku. Aku tidak sendiri. Kihyun duduk di sampingku. Kami hanya terdiam dari tadi semenjak Ferris Wheel ini berputar. Mungkin ia tidak ingin menggangguku yang dari tadi hanya sibuk menatap ke luar jendela.

Diam ini mencekam. Dan aku tidak ingin semakin terlarut dalam kesedihanku. Aku harus memecahkan keheningan ini.

"Yang tadi itu Lee Minhyuk. Kau tahu kan, ia adalah kekasihku sebelum akhirnya kita dijodohkan."

Kihyun hanya terdiam, seakan memberikanku tanda untuk tetap melanjutkan pembicaraan ini.

"Kita sudah bersama selama 4 tahun. Ia merupakan kakak kelasku, dan aku bertemu dengannya di suatu acara kampus."

Aku merasa semakin gila karena bisa-bisanya menceritakan ini semua pada Kihyun. Namun, mulutku tidak bisa berhenti bicara.

"Ia berada dua tingkat di atasku. Awalnya aku merasa biasa saja ketika ia mendekatiku, tapi lama-kelamaan aku tahu aku mulai menyukainya. Dan tak lama kemudian, akhirnya kita jadian."

Tepat setelah selesai berbicara, kabin ini berhenti bergerak. Biasanya orang-orang akan memanfaatkan moment ini untuk mengambil gambar dan menikmati pemandangan sekitar. Namun tidak denganku. Aku ingin terus berbicara sampai rasanya hati ini lega.

"Semua berjalan dengan baik, antara aku dengannya. Kami semakin serius menjalani hubungan dan aku terus membayangkan menghabiskan masa depan bersamanya. Aku tahu, ia juga memiliki impian yang sama. Tapi..."

Aku tidak bisa meneruskan lagi. Aku takut semakin aku berbicara malah akan semakin membuat hati Kihyun sakit. Untuk sekarang saja, aku sudah cukup membenci diriku sendiri.

Kabin mulai bergerak lagi dan Ferris Wheel kembali berputar.

"Apakah mungkin aku masih menyukainya, Oppa?"

Pertanyaan itu meluncur begitu saja dari mulutku. Ada apa denganku hari ini? Kenapa aku tidak bisa mengontrol mulutku sama sekali? Aku ingin mengatakan semuanya, tetapi kenapa kata-kata yang keluar justru malah terdengar menyakitkan?

Lalu, aku mulai menggeleng-gelengkan kepalaku berkali-kali, sambil berusaha menahan air mata yang rasanya ingin keluar lagi.

"Aniya, aku tidak boleh terus menyukainya. Aku harus melupakannya. Aku tidak ingin menjadi perempuan yang jahat, Oppa."

Kuberanikan diri ini untuk mulai menatap Kihyun di sampingku. Ia masih saja berdiam diri sambil menatap kosong apa yang ada di depannya.

"Beritahu aku. Apakah aku perempuan jahat? Apa aku berbuat jahat kalau aku masih menyukai dirinya, tapi di lain sisi aku tahu kalau Oppa juga menyukaiku?"

Kihyun tampak ragu harus berbuat apa. Ia duduk dalam keadaan gusar dan masih tidak berani menatapku. Benar, aku dapat melihat gelagatnya yang tampak gusar tersebut.

"Aku...aku tidak bisa pura-pura tidak tahu, Oppa. Aku tahu kau menyukaiku, tapi aku sendiri tidak tahu apakah aku bisa membalasnya atau tidak. Aku tidak ingin menjadi perempuan yang jahat, Oppa."

Dan, aku mulai menangis lagi. Hari ini aku sungguh menjadi perempuan yang lemah, dan aku membenci itu! Aku tidak ingin terlihat lemah di depan orang lain.

Setelahnya, semua terjadi begitu cepat. Aku juga tidak tahu mengapa ini bisa terjadi.

Kabin kembali berhenti berputar.

Aku masih saja terisak pelan.

Kihyun tampak bergerak sedikit dari duduknya.

Dan, hanya dalam beberapa waktu kemudian, aku sudah berada dalam dekapannya. Ia terus mengelus pelan kepalaku, sedangkan aku masih saja menangis dalam pelukannya.

"Apa kau sudah selesai bicaranya? Kalau begitu sekarang menangislah. Tapi selesainya kau menangis, kau harus tersenyum dan melupakan semua hal ini." ucapnya lembut.

Perkataannya membuat diriku menangis semakin menjadi-jadi. Ia masih saja mengelus rambutku perlahan. Dagunya ia letakkan di puncak kepalaku, membuatku merasa sangat nyaman sekali.

"Kau bukan perempuan yang jahat, Haeun-ah. Tidakkah kau tahu kalau definisi jahat itu hanya untuk orang yang berbuat kriminal?"

Aku mendengarkannya baik-baik. Sesekali aku masih sesenggukkan dalam dekapannya. Sepertinya aku sudah membuat bajunya basah oleh air mataku.

"Tapi kalau kau mengartikan jahat sebagai orang yang berhasil mencuri hatiku, maka kau adalah perempuan yang jahat. Sangat sangat jahat, Haeun-ah."

Aku berusaha untuk tersenyum. Ia masih saja sempat untuk bercanda di saat-saat seperti ini.

"Bukankah sudah kubilang waktu itu aku akan menunggumu? Sampai waktunya tiba nanti, sampai waktunya kau siap nanti, aku akan menunggumu, Haeun."

"Bagaimana caranya untuk bisa mencintai seseorang, Oppa?" gumamku pelan dalam pelukannya. Ia masih saja terus mengelus rambutku perlahan. Aku ingin waktu berhenti, agar aku dapat terus menikmati setiap sentuhan yang ia berikan.

"Itu mudah. Kau hanya perlu membuka hatimu."

Kabin mulai kembali bergerak. Aku memutuskan untuk melepaskan pelukan ini. Kuhapus segala air mata yang masih berbekas di wajahku. Aku sudah duduk seperti dalam keadaan awal, dan memberanikan diri untuk menatapnya.

"Lalu, apa yang harus kulakukan setelah membuka hatiku?"

Ia tersenyum tulus padaku. Diraihnya puncak kepalaku dan ia mengelusnya perlahan, sebelum akhirnya tangan itu mendarat di pipiku. Ia menghapus beberapa air mata yang masih berbekas di sana.

"Yang perlu kau lakukan hanyalah menunggu. Menunggu hingga waktunya nanti hatimu benar-benar sepenuhnya sudah menerima keberadaan hati yang selalu menemanimu ini. Maka, tanpa kau sadari, kau sudah mulai mencintainya."

Ia mengucapkannya dengan begitu lembut, membuatku merasa sangat nyaman, dengan sebuah tangannya yang masih memegang pipiku. Ia bagaikan seorang malaikat yang bertugas untuk melindungiku. Apalagi dengan senyum yang selalu menghiasi wajahnya.

"Kau tenang saja. Perlahan tapi pasti, aku akan membuatmu mencintaiku."

Aku tahu aku tidak menyukainya, tapi aku selalu nyaman bersamanya-In Haeun

TBC~

Falling Slowly | Yoo Kihyun (Monsta X)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang