Perjalanan dari Seoul menuju Tokyo kurang lebih memakan dua jam. Bagiku sebenarnya itu perjalanan yang singkat dan ditempuh dalam jarak yang cukup dekat. Namun berbeda halnya dengan Haeun. Ia sangat tidak terbiasa naik pesawat dan sedikit takut dengan ketinggian, sehingga membuatnya tadi mabuk udara. Sepanjang perjalanan ia hanya bisa mengeluh dan akhirnya meminum obat anti mabuk udara, sebelum tertidur pulas di pundakku. Melihatnya seperti itu sedikit membuatku khawatir, tapi juga gemas di saat yang bersamaan.
Dan sekarang ketika kami sedang menunggu pengambilan bagasi yang biasanya akan memakan waktu, Haeun gunakan waktu yang ada untuk beristirahat. Koper miliknya sudah datang, jadi tinggal menunggu punyaku saja. Ia sedang menduduki koper merahnya sambil menguap kecil dan mengusap matanya pelan.
"Apa kau masih mabuk udara? Kalau kau mau setelah dari sini kita langsung menuju hotel saja, agar kau bisa beristirahat." ucapku padanya.
Haeun menggelengkan kepalanya. "Aku baik-baik saja. Aku kan sudah minum obat."
"Kau selalu berkata kalau kau baik-baik saja, tapi aku sendiri tidak tahu apakah kau berkata jujur atau tidak. Haeun-ah, kalau kau memang sakit, kau harus memberitahuku, ne?"
Ia malah cemberut dan menggembungkan kedua pipinya, membuat bibirnya mengerucut imut. Imut sekali. Kutangkup pelan kedua pipinya dan membuat Haeun menatap padaku.
"Jangan cemberut seperti itu. Jelek." Dengan sedikit tertawa aku mengejeknya.
Matanya membulat dan mulutnya membuat senyuman, senyuman yang selalu kusuka dan akan selalu menjadi favoritku.
"Walaupun jelek, tapi Oppa menyukaiku, kan?" tanyanya ringan, seakan membalas ejekanku.
Darah kembali berdesir cepat di sekujur tubuhku dan aku tahu hanya Haeun yang bisa membuat tubuhku seperti ini. Aku membalas senyumannya, lalu menoel pelan hidungnya. "Benar, aku menyukaimu."
Haeun terkikik dengan penuh kebahagiaan membuatku juga ikut merasa bahagia walau hanya dengan cara melihatnya.
"Oh, itu kopermu, Oppa."
Ia menunjuk koperku yang berwarna hitam dan bergerak mendekat ke arah kami. Aku meraihnya. Setelah itu, aku kembali menatap Haeun yang telah berdiri di sampingku.
"Sudah siap berpetualang di Jepang?" tanyaku.
Ia tersenyum dan memberi anggukan. "Siap, Kapten."
"Oke, let's go!"
Baru saja aku mulai melangkah dengan satu tangan menarik koperku, ketika kurasakan tangannya menggenggam tanganku yang satunya lagi yang masih bebas. Aku sedikit tersentak dan melirik padanya. Namun ia seperti pura-pura tidak tahu apa yang sedang terjadi dan malah tetap menatap ke depan. Dengan sekuat tenaga aku berusaha menahan senyumku. Kalau ia pura-pura tidak tahu, maka aku juga bisa begitu.
***
Selama di Jepang, aku dan Haeun akan ditemani dan dibantu oleh seorang tour guide yang memang adalah kenalanku, bernama Kazuo. Ia merupakan orang asli Jepang, tapi sempat tinggal di Korea untuk beberapa tahun. Jadi untuk masalah bahasa tidak perlu diragukan lagi. Aku meminta bantuannya untuk menjadi tour guide selama kami di Jepang dan ia menerimanya dengan senang hati.
Ia merekomendasikan beberapa tempat yang memang cocok dan wajib dikunjungi oleh kami.
"Karena kalian baru menikah, aku sarankan agar kalian mengunjungi tempat ini."
Kami bertiga berhenti di depan pintu masuk menuju Ueno Park. Katanya taman ini terkenal dengan keindahan bunga sakuranya. Apalagi kami datang di saat yang tepat, yaitu saat bunga sakura sedang mekar-mekarnya.
"Bersenang-senanglah. Aku akan menunggu kalian di sini 1 jam lagi." ucap Kazuo sambil melambaikan tangannya.
Aku dan Haeun sudah masuk ke dalam Ueno Park. Ini sungguh benar-benar menakjubkan. Pemandangannya membuatku tidak bisa berhenti berdecak kagum.
"Oppa, indah sekali."
"Aku tahu."
Melihat bunga sakura dengan mata kepalaku sendiri membuatku sadar mengapa orang-orang sangat menyukainya. Bunga itu sungguh cantik.
"Oppa, kau tidak ingin memotretnya?"
"Ah, betul sekali. Hampir saja aku lupa."
Dengan kamera yang kubawa, aku berencana akan mengambil gambar sebanyak yang kubisa ketika sedang berada di Jepang ini. Aku memang suka sekali fotografi walaupun bukan seorang profesional. Ini sudah menjadi hobiku.
Beberapa foto sudah kuambil yang kebanyakan adalah pemandangan indah dibalut dengan bunga-bunga sakura yang bermekaran. Ketika aku sedang mengambil fokus suatu objek, Haeun masuk menjadi objekku. Aku tahu seharusnya aku bisa menyuruhnya untuk minggir sebentar, tapi apa daya, aku justru lebih terpana pada Haeun yang menjadi objekku itu.
Kuambil beberapa gambar dengan berbagai macam pose yang ia berikan, tanpa sepengetahuan dirinya. Apalagi ditambah nuansa pemandangan di sekitarnya yang indah, membuat hasil fotonya sangat sempurna.
Aku mulai memfokuskan kameraku lagi padanya. Haeun sedang membelakangiku, masih sibuk bermain dengan bunga sakura dari tangkai pohonnya. Tiba-tiba, sebuah ide terlintas di benakku.
"Haeun-ah."
Kupanggil dirinya. Ia menengok ke belakang sambil masih memegang bunganya dengan wajahnya yang polos. Saat itu juga, aku mengambil gambar pada momen tersebut.
"Kenapa mengambil fotoku secara tiba-tiba?" rengek Haeun dan mendekatiku. Ia ingin melihat hasilnya dari kamera, namun aku mundur dan menjauhkan kameraku darinya.
"Eits, kau tidak boleh melihatnya."
"Wae?"
"Kalau kau mau melihatnya, tunggu sampai pulang ke Seoul ketika aku akan mencetak semua fotonya. Dan aku akan memberikan foto terbaik untukmu, sebagai hadiah."
Ia ragu sejenak dan akhirnya membiarkanku melihat hasil yang kuambil melalui kameraku.
Semua hasil gambar yang kuambil membuatku puas. Tapi ketika foto itu menuju bagian akhir, tepatnya pada foto-foto Haeun, aku diam terpukau. Terlebih lagi foto terakhir yang kuambil. Aku tersenyum dibuatnya.
"In Haeun."
"Hmm."
"Kau sangat cantik sekali."
TBC~
KAMU SEDANG MEMBACA
Falling Slowly | Yoo Kihyun (Monsta X)
Fanfic[COMPLETED] In Haeun "Ajari aku untuk mencintaimu." Yoo Kihyun "Perlahan tapi pasti, aku akan membuatmu mencintaiku." In Haeun (OC) || Yoo Kihyun || Lee Minhyuk Please don't be silent reader 🙏 11.11.2016-22.12.2016