6. Haeun-Membohongi Diri Sendiri

1.9K 276 11
                                    

Di dalam mimpiku, aku melihat Kihyun. Ia sedang menatapku dengan tatapannya yang selalu tidak dapat kujabarkan apa artinya. Lalu aku merasa ia menggapai tangannya untuk meraihku, namun perlahan-lahan ia menjauh. Dan aku merasa saat itu juga perasaanku menjadi kosong. Hampa. Tidak ada orang yang berada di sisiku lagi. Itu membuatku terbangun dari tidurku dan menyadari semua ini hanya mimpi.

Aku tertidur di atas sofa. Pasti aku ketiduran setelah membaca buku. Kurasakan selimut yang membungkus tubuhku dan kebingungan akan siapa yang telah melakukannya.

Aku bangkit dari tidurku dan melihat seseorang yang baru saja keluar dari pintu samping menuju taman. Itu pasti Kihyun. Pasti ia yang sudah melakukan ini semua terhadapku. Aku tersenyum. Aku bangkit dan memutuskan untuk menghampirinya.

Kedengarannya ia sedang berbicara dengan Happy. Entah bagaimana caranya, aku menemukan kalau itu adalah hal yang lucu yang pernah kulihat.

"Aku hanya ingin membawamu ke dalam rumah, Happy. Hujan sebentar lagi akan turun."

Happy masih terus-terusan menggonggong sejak tadi. Aneh sekali. Happy bahkan tidak pernah menggonggong padaku. Ia termasuk anjing yang penurut.

"Sepertinya kau tidak menyukaiku. Apa kau hanya menyukai, Haeun?"

Ia menggonggong lagi. Namun sepertinya kali ini bukan dalam nada yang marah. Aku ingin melanjutkan langkahku untuk keluar dari balik pintu, tapi....

"Kau menyukainya? Ia perempuan yang manis, bukan? Tentu saja banyak orang akan menyukainya. Sepertinya, aku juga mulai menyukai dirinya, Happy. Bagaimana ini?"

Langkahku terhenti. Persis tepat di ambang pintu. Apa yang baru saja kudengar sangat membuatku terkejut. Apa aku tidak salah dengar? Apa lebih baik aku melarikan diri sekarang juga?

"Aku tahu ia tidak akan menyukaiku. Semuanya sudah jelas. Tapi, apa aku boleh berharap?"

Kihyun masih saja berbicara pada Happy, tanpa mengetahui kalau aku juga mendengar semua perkataannya dari balik tubuhnya. Aku ingin angkat kaki dari sini agar tidak ketahuan olehnya, tapi tubuh ini seakan tidak bisa bergerak.

Namun semua itu terlambat sudah. Kihyun membalikkan tubuhnya dan memergokiku yang masih berdiri di ambang pintu. Ia tampak terkejut melihatku. Aku juga masih terkejut akan perkataannya.

"In Haeun.......sejak kapan kau.....ada disini?" tanyanya terbata-bata.

Aku tidak tahu harus menjawab apa. Apakah aku harus jujur, atau berbohong lebih baik?

"Aku...baru saja datang." Kupaksakan sebuah senyuman agar terlihat lebih meyakinkan.

"Aku datang karena ingin mengucapkan terima kasih karena sudah menyelimutiku. Aku memang merasa kedinginan."

Semoga kebohongan ini, ia dapat mempercayainya.

"Oh." Sepertinya ia sedikit percaya akan kata-kataku. "Tidak masalah, Haeun-ah. Cuaca memang sedang tidak menentu jadi kau harus menjaga kesehatanmu. Mengerti?"

Aku mengangguk dengan cepat. "Aku mengerti. Kalau begitu, aku permisi dulu. Aku mau mengembalikan selimutnya ke kamar."

Dengan tergesa, aku meninggalkannya. Aku harus cepat-cepat agar ia tidak mengetahui kebohonganku. Perasaanku sangat berkecamuk. Oh, Tuhan, aku tidak ingin ini terjadi. Aku akan membenci diriku sendiri. Karena aku tahu, aku tidak akan pernah bisa membalas perasaannya.

***

Makan malam terlewati dengan penuh kesunyian. Hanya ada suara denting sendok dan garpu yang memenuhi ruang makan ini. Terkadang Happy ikut membuat suara dengan mencakar pelan beberapa peralatan rumah menggunakan kedua kaki depannya.

"Haeun-ah." Akhirnya Kihyun membuka suara.

"Ne, Oppa?"

"Minggu depan, Eomma dan Appa mengajak kita untuk main ke rumahnya. Ada pertemuan keluarga besar di sana jadi kita harus ikut."

"Jadi apakah ini akan menjadi pertemuan resmi pertamaku dengan keluarga besar Oppa?"

"Bisa dibilang begitu. Ah, dan kuharap kau jangan terlalu kaget kalau-kalau dari mereka suka banyak bertanya. Kebanyakan dari mereka adalah orang yang sangat ingin tahu."

"Hahaha." Aku tertawa lepas. "Tenang saja, Oppa. Aku akan mengatasinya."

Dan suasana kembali hening.

Makananku telah habis. Aku mengambil beberapa piring kosong dan membawanya ke dapur untuk dicuci di wastafel. Aku sudah menggunakan sarung tangan karet yang biasa digunakan untuk mencuci piring. Setelah itu, aku mulai acara mencuciku.

Tak lama, Kihyun juga sudah selesai makan. Ia menghampiriku dan meletakkan beberapa piring kotor di samping wastafel. Sekarang, ia berdiri di sampingku dalam diam. Aku yang tidak tahu harus berbuat apa masih saja tetap mencuci piring.

"Aku tidak mengharapkan apa-apa." ucapnya pelan. Sepertinya aku tahu pembicaraan ini mengarah ke mana.

"Kalau kau memang sudah tahu, tolong jangan menjauhiku. Bersikaplah seperti biasanya."

Suara air yang mengalir dan suara Kihyun menyatu dalam telingaku. Tapi entah kenapa, suara Kihyun yang membuatku merasa tertusuk.

"Aku tahu sekarang ini kau masih menutup hatimu. Tapi, suatu saat nanti, jika kau sudah bersedia membuka hatimu, kau tinggal memberitahuku, maka aku akan siap memasuki hatimu."

Tanganku masih bekerja dan bergerak mencuci piring-piring kotor ini, tapi pikiranku sudah melayang kemana-mana. Rasanya aku seperti robot yang bekerja oleh sebuah sistem.

"Aku akan menunggumu sampai kau siap. Dan hingga nanti waktunya tiba, tetaplah menjadi In Haeun yang kukenal."

Perlahan, ia meraih kedua tanganku. Untung saja aku sedang tidak mencuci sebuah piring. Tindakannya berhasil membuatku tersadar kembali. Aku kembali ke dunia yang sebenarnya. Dengan bingung dan perasaan bersalah, aku menatap dirinya, yang anehnya malah tersenyum padaku.

Kurasakan jemari-jemariku yang bebas. Ternyata ia melepas kedua sarung tanganku. Sekarang malah ia yang menggunakannya.

"Biar aku saja yang mencucinya. Ini sudah malam. Lebih baik kau istirahat dan tidur."

Senyumnya. Senyum itu. Senyum yang terasa familiar sekali. Tapi aku tidak tahu dan tidak ingat pernah melihatnya dimana.

Dan anehnya, senyum itu juga muncul dalam mimpiku malam ini. Ada apa denganku?

TBC~

Falling Slowly | Yoo Kihyun (Monsta X)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang