"In Haeun, apa kau sudah siap?" teriakku dari pintu depan.
"Sebentar. Aku ambil tas dulu." balasnya dari lantai atas.
Aku kembali menunggu untuk menit-menit selanjutnya. Memang benar kata orang-orang, kalau menunggu perempuan sedang bersiap-siap itu rasanya tidak akan pernah selesai-selesai. Sepertinya ini sudah berjam-jam lamanya. Aku kembali terduduk dan menunggunya, sambil sesekali bermain dengan Happy yang sekarang berlari-lari mengitari kakiku. Tak lama kemudian, suara sepatu berhak tinggi yang membentuk sebuah irama ketukan di lantai pun terdengar dari arah tangga.
"Maaf kalau sudah menunggu terlalu lama."
"Tidak apa. Apa sekarang kau benar-benar sudah siap?" tanyaku lagi dan mulai bangkit berdiri.
"Sudah. Ayo kita berangkat sekarang."
Kami beranjak bersama menuju pintu depan, ketika Haeun kembali berhenti dan berbalik menuju ke dalam rumah lagi. Aku pun ikut berhenti dan melihat dirinya kebingungan.
"Happy. Jaga rumah baik-baik ya. Jangan berbuat yang macam-macam. Kita akan pulang secepatnya, oke?"
Aku tersenyum. "Tenang saja. Happy akan baik-baik saja kok."
"Aku hanya ingin mengingatkannya saja, Oppa." ucapnya dan membalas senyumanku.
"Ia anjing yang pintar. Jadi kau tidak perlu khawatir."
Haeun mengangguk-anggukkan kepalanya dan mulai mengelus lembut tubuh Happy. Setelah selesai, ia bangkit berdiri dan melangkah padaku, dengan senyum yang masih menghiasi wajahnya. "Kajja. Bisa-bisa nanti kita terlambat gara-gara aku."
***
Sambil menyetir, sesekali aku menatap Haeun yang berada di sampingku. Beberapa kali aku mendapati ia memainkan tali tasnya, dan beberapa kali juga ia termenung memandang ke luar jendela.
"Apa kau gugup, Haeun-ah?" tanyaku pelan.
Ia sedikit tersentak dari lamunannya dan menatapku kaget. Lalu sepersekian detik setelahnya ia tersenyum. "Sedikit. Karena ini pertemuan pertamaku."
"Kau tidak perlu gugup. Santai saja. Mereka semua orang yang baik. Kalau nanti ada yang bertanya macam-macam padamu, kau tinggal memanggilku saja."
"Aku mengerti. Aku akan berusaha mengatasinya dengan baik."
Dan setelah itu suasana kembali diam. Ia masih sibuk memandangi pemandangan luar, sedangkan aku sibuk fokus dengan jalanan di depanku. Tapi pikiranku masih sibuk berpikir. Semua adalah tentangnya.
Aku mengingat kejadian minggu lalu yang terjadi antara diriku dan dirinya. Itu benar-benar adalah kejadian terbodoh. Aku terus merutuki diriku sendiri mengapa hal itu bisa sampai terjadi. Aku tahu ia sebenarnya berbohong dan berusaha menutupi kenyataan yang sebenarnya. Ia pasti sudah mendengar perkataanku. Dan semua pernyataan yang aku nyatakan selesai makan malam, aku tidak bisa menahan diri untuk tidak mengatakannya. Memang rasanya memalukan, tapi sebagian diriku juga merasa lega. Ada baiknya ia tahu, daripada aku terus-terusan menutupinya. Benar, aku mulai tertarik padanya. Perlahan, aku mulai menyukainya.
***
"Terima kasih sudah mau menyempati datang ke sini, Haeun-ah." ucap Eomma.
"Ah, tentu saja aku akan datang, Eommeonim. Kalian juga sudah menjadi keluargaku." jawabnya tenang.
Aku yang duduk di sebelahnya mencoba untuk terlihat rileks, tapi sulit. Sulit membiasakan diri dalam keadaan seperti ini. Membawa seorang istri ke hadapan keluarga besarmu adalah sebuah tantangan tersendiri. Bukan karena perasaan malu atau semacamnya, tapi karena aku takut Haeun akan merasa tidak nyaman.
KAMU SEDANG MEMBACA
Falling Slowly | Yoo Kihyun (Monsta X)
Fiksi Penggemar[COMPLETED] In Haeun "Ajari aku untuk mencintaimu." Yoo Kihyun "Perlahan tapi pasti, aku akan membuatmu mencintaiku." In Haeun (OC) || Yoo Kihyun || Lee Minhyuk Please don't be silent reader 🙏 11.11.2016-22.12.2016