Aku berangkat menuju sekolah dengan perasaan bahagia. Akhirnya aku sudah diperbolehkan bekerja lagi setelah hampir seminggu berdiam diri di rumah. Yang membuatku bahagia adalah ingatanku yang melayang pada saat aku menonton bersama Kihyun. Itu menjadi salah satu momen tak terlupakan. Apalagi ketika aku terbangun di pagi harinya, dan mendapati aku tengah tidur dalam pelukannya. Aku tidak begitu ingat tapi sepertinya malam itu kami berakhir tidur bersama di atas sofa. Mengingatnya lagi membuatku tiba-tiba tersenyum.
Aku sudah masuk ke dalam gedung sekolah yang sudah terlihat sepi karena anak-anak pasti semua sudah masuk ke dalam kelas. Kupercepat langkahku menuju ruang kelas yang menjadi tanggung jawabku dan ketika kubuka pintu, semua anak bersorak padaku dengan kompak.
"Selamat ulang tahun, Seonsaengnim!!"
Aku diam mematung, tidak tahu harus berbuat apa. Bagaimana mereka bisa tahu ulang tahunku? Ditambah lagi ketika melihat ke arah papan tulis, yang penuh dengan coretan anak-anak dengan maksud ingin memberikan ucapan untukku.
Aku baru kembali tersadar ketika ada seorang anak yang menarik pelan ujung kemejaku.
"Selamat ulang tahun, Haeun Seonsaengnim. Kami mencintaimu." Dan ia memberikan sebuket bunga padaku.
"Terima kasih banyak, Junseo. Terima kasih juga untuk kalian semua. Tapi, bagaimana kalian bisa tahu ulang tahun Seonsaengnim?"
Aku melangkah menuju meja yang terletak di ujung ruangan dan meletakkan buket bunga tersebut di atasnya.
"Dari Jooheon Seonsaengnim." ucap mereka kompak dan menunjuk Jooheon yang sembunyi di belakang kelas bersebelahan dengan rak buku. Dan yang membuatku terkejut adalah ia sedang mengenakan onesie bermotif lebah.
"Selamat ulang tahun, In Haeun. Semoga kau tidak akan pernah bosan mentraktirku." Ia melangkah menuju padaku dengan kue ulang tahun di tangannya. Sebuah lilin yang menyala dengan bentuk angka 26 bersinar terang, dan itu menyesakkan hatiku, mengingat umurku yang semakin bertambah tua.
"Ini semua idemu?" tanyaku pada Jooheon.
"Tentu saja. Kalau bukan, siapa lagi? Ayo mengakulah. Kau pasti terkejut, bukan?"
"Sangat terkejut. Rencanamu kali ini berhasil."
"Kalau begitu tiup lilinnya sekarang juga. Tapi sebelum itu buat permohonan terlebih dahulu."
Aku mengangguk dan menutup kedua mataku. Permintaanku tidak banyak. Semua yang kuinginkan hampir semua sudah kudapatkan. Aku memiliki pekerjaan yang kusukai. Appa telah menjalani perawatan intensif dan keadaannya semakin membaik, sehingga kemungkinannya untuk sembuh semakin besar. Aku telah menikah dan mempunyai seorang suami yang sangat baik terhadapku. Lalu apa lagi yang kurang? Sebenarnya saja ada satu yang kuinginkan, tapi rasanya itu mustahil sekali. Tapi pasti masih ada kemungkinan, bukan? Kalau begitu, itu akan menjadi permohonanku.
Kubuka mataku dan meniup lilinnya hingga apinya mati. Semua anak kembali bersorak dan bertepuk tangan.
"Terima kasih, Jooheon-ah. Kau memang sahabat terbaikku."
"Sama-sama. Aku minta ya kuenya." Memang dasar yang namanya Jooheon itu tidak mau rugi. Tapi aku tidak masalah akan hal itu.
"Ngomong-ngomong, apa permintaanmu?" tanyanya sambil mengunyah kue dan melepas onesie lebah-nya.
Aku hanya tersenyum padanya dan pura-pura tidak mendengar, lalu melanjutkan acara mengajarku yang tertunda.
KAMU SEDANG MEMBACA
Falling Slowly | Yoo Kihyun (Monsta X)
Fanfiction[COMPLETED] In Haeun "Ajari aku untuk mencintaimu." Yoo Kihyun "Perlahan tapi pasti, aku akan membuatmu mencintaiku." In Haeun (OC) || Yoo Kihyun || Lee Minhyuk Please don't be silent reader 🙏 11.11.2016-22.12.2016