Sialan! Sialan!! Sialan!!!
Aku menggerutu di setiap aku berlari menuju sekolah. Walaupun rasanya sudah tidak kuat untuk berlari lagi, tapi aku harus tetap memaksakan diri ini. Bagaimana bisa-bisanya aku terlambat di hari pertama masuk sekolah? Bahkan hari ini adalah hari pertamaku masuk SMA. Terkutuklah jam beker yang tidak berbunyi di waktu yang seharusnya. Untung saja aku masih sempat bangun walaupun telat setengah jam. Tapi tetap saja ini sudah telat dari jadwal yang seharusnya.
Tiba di gerbang sekolah, tentu saja gerbang tersebut sudah ditutup. Kalau aku menampakkan diri di sana, aku pasti akan kena hukuman. Sekolahku memang terkenal dengan disiplinnya yang tinggi sehingga mengharuskan untuk taat pada peraturan. Jika begini caranya, aku bisa dihukum.
Dengan menggunakan akal sehatku, aku melangkah menjauh dari gerbang sekolah dan menuju ke samping sekolah yang terbilang sepi. Di sana ada sebuah pagar yang bisa dipanjat dan aku akan memanjat lewat sana agar bisa masuk ke dalam sekolah tanpa diketahui oleh yang lain kalau aku terlambat.
Awalnya semua terasa mudah. Aku merasa ini akan berhasil. Namun ketika ingin menuruninya, aku tidak bisa menemukan keseimbanganku dan malah terjatuh mendarat di atas tanah.
Demi Tuhan, itu terasa sangat sakit sekali. Apalagi kedua lututku yang mendarat dengan langsung. Pasti itu sudah mulai berdarah.
Perlahan, aku mendengar suara langkah kaki yang mendekat ke arahku. Sial, tidak mungkin aku ketahuan, bukan?
Aku mendongak mencari objek siapa yang tengah mendekatiku. Ternyata seorang anak laki-laki, dengan jas yang berbeda dari yang kami gunakan sebagai seragam sekolah. Tamatlah riwayatku! Dia pasti salah satu anak dari perkumpulan anak teladan, yang tugasnya mengurusi anak-anak bermasalah di sekolah agar dapat mentaati peraturan.
"Tunggu! Sebelum kau berbicara, kau harus mendengarkanku terlebih dahulu." ucapku sambil merentangkan tanganku agar ia berhenti melangkah.
Ia memang berhenti dengan jarak yang tidak cukup jauh, tetapi rautnya menampakkan keterkejutan yang tidak biasa.
"Aku itu juga salah satu anak teladan seperti kalian. Tapi hari ini aku datang terlambat dan tidak mungkin bagiku untuk masuk lewat pintu depan, karena mau diletakkan di mana wajahku?" Aku menjelaskan panjang lebar, dengan keadaan masih terduduk. Tidak mungkin aku berdiri dalam keadaan lutut terluka seperti ini.
Matanya menelusuri wajahku dan juga tubuhku. Aku berharap setidaknya ia adalah orang yang bisa ditipu.
"Kalau begitu kenapa kau tidak menggunakan jas ini?" Ia menunjuk jas yang ia kenakan.
"Tadi kan sudah kubilang kalau aku terlambat. Jas-nya aku lupa bawa." elakku.
Ia menganggukkan kepalanya. Kumohon! Untuk kali ini saja Tuhan harus berpihak padaku. Aku tidak ingin dihukum di hari pertamaku masuk SMA.
"Hmm begitu. Terus kalau begitu kaos kakimu itu salah pakai juga? Memangnya kau punya adik di sini?"
Aku melihat ke kaos kakiku. Brengsek! Aku lupa kalau kaos kaki SMA berbeda dengan saat SMP. Di SMA ini kaos kaki dibedakan per tingkat kelas. Jadi akan ketahuan mana saja anak kelas 10, kelas 11, dan kelas 12. Kenapa aku bisa tidak mengingatnya?
"Sepertinya aku harus mengeceknya. Kau terlihat mencurigakan."
"Tidak perlu. Baiklah aku mengaku. Aku adalah anak kelas 10 yang terlambat di hari pertama masuk sekolah. Puas?"
Lelaki itu malah terdiam. Tadinya ia ingin mengambil sesuatu dari saku jasnya, namun tidak jadi setelah mendengar perkataanku. Di kalangan teman-temanku, aku memang terkenal sebagai perempuan yang berani, sedikit tomboy, dan juga sedikit galak. Katanya sih itu karena efek aku belum mengalami pubertas. Beberapa temanku yang sudah mengalaminya malah berubah 180 derajat menjadi sangat feminim. Mereka berkata kalau aku juga akan berubah ketika masa itu datang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Falling Slowly | Yoo Kihyun (Monsta X)
Fanfic[COMPLETED] In Haeun "Ajari aku untuk mencintaimu." Yoo Kihyun "Perlahan tapi pasti, aku akan membuatmu mencintaiku." In Haeun (OC) || Yoo Kihyun || Lee Minhyuk Please don't be silent reader 🙏 11.11.2016-22.12.2016