Seperti biasa, aku melahap bekal buatan Haeun di dalam ruang kerjaku saat istirahat. Semenjak menikah, aku memang hampir tidak pernah pergi keluar lagi untuk makan, karena Haeun selalu menyiapkan bekal untukku. Dan, aku merasa senang.
Masakan yang ia buat sangat enak. Kuakui ia memang berbakat dalam memasak. Ia juga sangat rajin mengerjakan pekerjaan rumah tangga sehingga rumah selalu terlihat rapi ketika aku pulang. Sejujurnya saja, aku tidak terlalu mementingkan hal tersebut. Tapi ia berkata kalau itu sudah menjadi kewajibannya sebagai seorang istri jadi aku juga tidak bisa menolak keinginannya kalau begitu.
Dari wajahnya ia terlihat senang, tapi bila aku membaca matanya, ia merasa kesepian. Benar, ia kesepian. Menjadi seorang ibu rumah tangga adalah pekerjaan yang berat, terlebih apalagi jika sudah memiliki anak. Selain berat, pekerjaan itu juga membuat seseorang merasa kesepian. Aku dapat membayangkan Haeun yang sudah bekerja sampai siang hari menjadi guru, lalu pulang dan kembali bekerja membereskan seisi rumah, sendirian. Bukannya aku tidak pernah membantunya tapi tetap saja ia pasti merasakan tanggung jawab yang dibebankan padanya.
Seketika aku berpikir, bagaimana caranya untuk membuat ia tidak merasa kesepian lagi? Setidaknya ada yang menemani dirinya ketika di rumah.
Sebuah ide melintas di benakku. Tanpa pikir panjang, aku mulai mencari hal yang ingin kucari melalui internet di komputerku. Semoga saja apa yang akan aku lakukan ini dapat menghiburnya dan membuatnya bahagia.
***
"Aku pulang." ucapku setelah membuka pintu.
Haeun muncul dari dapur masih dengan celemek yang melingkari pinggangnya.
"Tumben jam segini Oppa sudah pulang."
"Aku pulang dari kantor lebih cepat."
"Ada apa?"
"Tidak ada apa-apa. Aku hanya ingin memberikanmu sebuah hadiah."
"Hadiah?"
Aku menampilkan senyumku padanya dan menunjukkan sebuah kotak kandang kecil yang dari tadi kusembunyikan di balik tubuhku. Ia terkesiap kaget sampai menutup mulutnya dengan kedua tangannya.
"Lucu sekali."
"Aku tahu kau pasti akan menyukainya."
Ia membuka pintu kandang kecil tersebut dan mengeluarkan seekor anjing kecil jenis Beagle. Ia memeluknya, mengelusnya, bahkan menciumnya. Ternyata aku tidak salah pilih.
"Ini untukku?" tanya Haeun dengan kedua matanya yang membesar.
"Untukmu. Anggap saja itu hadiah dariku, agar kau tidak merasa kesepian."
"Oppa, terima kasih banyak. Aku sangat menyukainya."
Aku tersenyum melihatnya senang seperti itu. Ia terlihat berbeda ketika bermain bersama dengan Beagle kesukaannya.
"Apa kau tidak mau memberinya nama?"
"Nama. Benar, nama. Hmmm aku tidak kepikiran sama sekali. Oppa ada usul?"
"Hmmm." Aku mulai berpikir. "Bagaimana dengan Happy? Supaya ia selalu membawa kebahagiaan di rumah ini. Eotte?"
Haeun tampak menimbang-nimbang.
"Happy. Lucu juga. Nama yang bagus, Oppa. Hai, Happy. Selamat datang. Namaku Haeun."
Ia mulai lagi dengan gestur lucunya dan mengangkat Happy seraya menggoyang-goyangkan tubuh Happy. Aku tidak bisa menahan senyumanku lagi dan akhirnya aku malah terkekeh pelan melihatnya.
Tiba-tiba, sesuatu membuatku berhenti tertawa. Aku mengendus untuk memastikan penciumanku.
"Haeun, apa kau lupa mematikan kompor?"
"Astaga, aku lupa mematikannya. Tolong pegang Happy sebentar." Ia memberikan Happy padaku dan berlari menuju dapur dengan wajah paniknya. Dan aku kembali tertawa melihat wajahnya yang lucu itu. Apapun yang ia lakukan, ia sungguh mempesona.
***
Suatu Minggu, langit sedang tidak ingin menampakkan kecerahannya karena sejak pagi langit terlihat gelap. Angin juga berhembus cukup kencang. Aku tidak bisa menikmati kecerahan di hari Minggu, lagipula aku juga harus mengerjakan pekerjaan yang harus segera selesai di ruang kerjaku, jadi aku akan berada di rumah seharian.
Merasa sudah terlalu lama bekerja, aku beranjak keluar dari ruang kerjaku dan menuju ke lantai bawah. Ketika sudah sampai bawah, aku melihat ke arah sofa dan mendapati Haeun tengah tertidur di sana, dengan buku yang menutupi wajahnya. Tanpa sadar aku kembali tersenyum akan dirinya. Apapun yang ia lakukan, itu bisa membuatku berhasil tersenyum.
Kuhampiri dirinya. Dengan pelan kuambil buku itu dan meletakkannya di atas meja. Posisi tidurnya terlihat sangat tidak nyaman. Ia terduduk, namun kepalanya dalam keadaan setengah terjatuh ke kiri. Itu pasti membuatnya pegal. Aku membenarkan posisi tidurnya agar menjadi lebih enak dengan menyenderkan kepalanya pada lengan sofa. Sekarang ia sudah sepenuhnya dalam posisi tidur menyamping. Aku berjalan ke kamar dan mengambil sebuah selimut untuk menyelimutinya. Ia pasti kedinginan.
Aku lalu duduk di atas meja dan mengamati wajahnya ketika sedang tidur. Damai. Wajahnya mendatangkan kedamaian dalam hatiku. Aku bahkan bisa menatapnya hingga berjam-jam tanpa merasa bosan. Ketika melihatnya, aku merasa bangga, bahwa ia adalah istriku.
Di luar kesadaranku, aku mengulurkan tanganku mendekati wajahnya. Aku ingin mengelus wajahnya perlahan, namun sayang aksi itu tertunda ketika melihat dirinya menggeliat dalam tidurnya dan kesadaranku mulai muncul kembali. Apa yang baru saja kau lakukan, Kihyun? Akhirnya, aku hanya membetulkan sedikit poninya yang menutupi mata agar tidak mengganggu tidurnya.
Aku berjalan menuju taman samping tempat Happy diletakkan. Karena cuaca sedang tidak bagus, aku memutuskan untuk melepaskan ikatannya dan membawa Happy ke dalam rumah. Ketika ia melihatku, ia malah menggonggong.
"Wae? Wae? Kenapa kau menggonggong seperti itu?"
Ia terus-terusan menggonggong dan membuatku bingung.
"Aku hanya ingin membawamu ke dalam rumah, Happy. Hujan sebentar lagi akan turun."
Happy masih menggonggong.
"Sepertinya kau tidak menyukaiku. Apa kau hanya menyukai, Haeun?"
Ia menggonggong lagi, seakan menjawab iya.
"Kau menyukainya?" Aku mulai melepaskan ikatan yang membelit lehernya, sambil terus berbicara sendiri. "Ia perempuan yang manis, bukan? Tentu saja banyak orang akan menyukainya. Sepertinya, aku juga mulai menyukai dirinya, Happy. Bagaimana ini?"
Aku menggendong Happy ke dalam pelukanku dan ia sudah berhenti menggonggong. Aku mengelusnya perlahan agar ia bisa lebih tenang.
"Aku tahu ia tidak akan menyukaiku. Semuanya sudah jelas. Tapi, apa aku boleh berharap?" ucapku yang tidak jelas berbicara pada siapa. Happy pasti tidak akan mengerti juga aku ngomong apa.
Aku berbalik untuk berniat masuk lagi ke dalam rumah. Namun langkahku terhenti, oleh sesosok yang sedang berdiri di ambang pintu samping, dengan ekspresi kagetnya yang sangat terbaca. Apa ia mendengarkan semua pembicaraanku?
Pantas saja Happy berhenti menggonggong sejak tadi.
TBC~
Double update today. ✌️️
KAMU SEDANG MEMBACA
Falling Slowly | Yoo Kihyun (Monsta X)
Fanfic[COMPLETED] In Haeun "Ajari aku untuk mencintaimu." Yoo Kihyun "Perlahan tapi pasti, aku akan membuatmu mencintaiku." In Haeun (OC) || Yoo Kihyun || Lee Minhyuk Please don't be silent reader 🙏 11.11.2016-22.12.2016